Skip to main content

Motret Bangunan Lama

Ini salah satu bangunan tua di kota Medan. Aku baru memotretnya pagi ini. Bangunan seperti ini lumayan banyak di Medan, sayang kurang ditata. Bangunan yang terletak di Jalan Ahmad Yani ini saja telah ditempati beberapa keluarga pengemis.

Aku sudah lama ingin memotretnya soalnya bangunan seperti ini sudah nyaris punah tersingkir bangunan baru. Padahal nih yah menurutku jika saja bangunan ini diperbaiki tanpa mengubah bentuk, aku yakin bangunan-bangunan ini justru bakal menarik perhatian.

Aku nggak tahu yah dengan orang lain, tapi aku ini emang pecinta bangunan lama. Setiap kali aku melewati kawasan jalan Ahmad Yani, aku tetap aja bisa berseru kagum meski melewatinya hampir saban hari. Nggak putus-putusnya mengagumi. Hari, bang Hisar, Mustafa pasti akan berusaha melewati kawasan ini jika mereka mengajakku jalan-jalan. Meski mereka sama sekali nggak mengerti kenapa aku selalu histeris, celengak-celenguk, tersenyum dan bertepuk tangan tiap kali melewatinya; mereka akan dengan senang hati melewatinya.

"Yah udah, ntar kalo kau menikah, kau foto saja di pintunya itu." komentar Mustafa waktu aku sedikit "gila" karena baru tahu kalo kuil Chettiar di Jalan Kejaksaan juga bangunan lama. Aku ngeh setelah melihat pintu kecil warna hijau ukuran 2 X 1 meter yang persis sama dengan pintu atau jendela yang selalu kulihat di Jalan Ahmad Yani. Ternyata oh ternyata kuil itu setengah lama setengah modern.


"Nggak akh. Aku dah punya tempat kok untuk foto pra wedding,"balasku sumir.


"Paling juga di kawasan Ahmad Yani. Di Titi Gantung kan? Kau kan paling ribut kalo lewat jalan itu. Mus...Mus...Mus...Kau tau tidak; aku selalu suka lewat jalan ini. Indah kan. Itu saja yang kau bilang asal lewat tempat itu. Sampai bosan aku," Si Mustawa menirukan gayaku yang heboh kalo lewat Jalan AHmad Yani.


"Ehm, yang ini kau nggak tahu. Aku nggak akan bilang karena nanti nggak suprise." balasku berrahasia.


Si Mustawa sewot,"Mana ada lagi bangunan lama yang membuat gila kayak kebiasaanmu itu."


"Ada! Kan nggak harus di Medan."


"Udah gila ko ya. Sampai kemanalah kau cari bangunan lama tuh?"


Yah gitu deh...aku nggak bilang ke Mus dan juga nggak akan bilang ke siapapun selain calon suamiku kelak. (Tapi untuk itu aku harus memastikan dia benaran akan menikahiku. Aku benar-benar ingin tempat itu menjadi lokasi pra weddingnya hihihihihihih).

Hari ini motret bangunan lama belum kelar semuanya. Aku senang banget hari ini.Makasih ya Wis. Makasih buat kamera SLR nya.



Comments

Popular posts from this blog

kangenku melayang

Aku kangen banget hari ini- dengan kamu – pria yang begitu mempesona. Tapi rinduku ga pernah jelas bagimu. Kamu menejermahkannya dengan candaan tetapi aku mengartikannya sebagai penolakan. Rinduku ga pernah penting untukmu. Sesaat aku menyesal mencintaimu. Tetapi aku terlanjur mencintaimu dan aku ga akan pernah mencabutnya kembali. Aku terlalu mencintaimu. Akh..andai waktu bisa terulang. Andai jarak bisa ditiadakan… Jangan bilang aku kekanakan. Jangan bilang aku tidak mengerti dengan yang kukatakan. Bahasaku sederhana – aku hanya ingin berada disisimu.

Sedikit curhat ama seorang novie..

Kalo kamu...cowo impian kamu kaya gimana nov? Kalo gw...yang pasti dia seorang wanita (hehehe...iyalah)...tunggu belon selesai...dia seorang wanita yang cantik. Terus, dia harus punya suara yang bagus. Dan, gw suka cewe yang bisa maen piano, well ga terlalu jago gpp...yang penting suaranya aja harus bagus. Cewe yang manja, tapi juga bisa ambil keputusan untuk hal-hal yang penting. Yang bisa mengasihi gw apa adanya. Typicall working woman, supaya bisa menghargai sebuah jerih payah dalam mencari uang. Susah kalo punya cewe yang nantinya cuma nongkrong di rumah doang...biasanya sih jadi cewewet and cemburuan banget. Dan...cinta Tuhan. HUaaaaaaaaaaah ada ga ya wanita seperti itu ?????

Cara melupakan Kenangan Pahit

Kenangan pahit tidak perlu dipaksa dilupakan. Biarkan saja dia mengendap dengan sendirinya. Aku yakin waktu bisa membuat kenangan itu terlupakan. Dan inilah yang kualami. Aku perlu waktu yang lama untuk bisa melupakan kenangan itu. Awalnya pengen buru-buru menghapusnya dan menguburnya namun aku memilih proses waktu yang melakukannya. Malam ini aku menguji coba lagi apakah kenangan itu masih terasa pahit dan sakit saat aku melihat wajah itu. Puji Tuhan ternyata tidak. Aku melihatnya sama seperti jika aku melihat wajah orang lain. Memang kenangan itu masih ada tapi tidak lagi menimbulkan rasa nyeri seperti yang kurasakan untuk pertama kali pada 4 tahun silam. Kenangan yang pahit hanya bisa merubah ketika kita secara berani membiarkan hati kita melakukan recovery secara berlahan dan tidak dipaksakan. Artinya memberikan kesempatan kepada diri sendiri untuk menyembuhkan lukanya sendiri. Aku pun melakukannnya dengan sangat berlahan. Pertama memberikan diriku kesempatan untuk menangis. Kedua ...