Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2011

Jakob dan taman

Di dunia ini, tidak ada orang yang sangat menikmati taman selain Jakob. Tidak seharipun yang akan dilewatkannya tanpa ke taman. Dia menikmatinya dengan hanya duduk atau berbaring, dengan setangkup roti di tangannya dan matanya - jendela kanak-kanak matanya selalu saja seakan-akan melihat taman - seakan selalu untuk pertama kalinya. Karena itu aku menemukan diriku dalamnya. Aku pun tergila-gila dengan taman. Berdua dengan Jakob (kalau dia tidak sibuk dengan eksprimen nyamuk dan mengikuti orang utan di TNGL), kami nggak pernah bosan mendatangi taman-taman di Medan.Duduk atau sekedar berbaring adalah hal biasa yang kami lakukan. Kadang jika sempat, Jakob dan aku akan menikmati sup ayam buatanku di taman. Dia menyukaiku eh menyukai sup buatanku. Dia bilang seperti merasakan masakan ibunya di Jerman. Halah! gombal, pikirku. Suatu kali di hari terakhirku di Medan sebelum berangkat untuk pelatihan bahasa Inggris di Jakarta, kami memilih pergi ke taman Ahmad Yani. Taman terbesar di kota Medan

Hanya Perempuan Biasa

Malam ini aku teringat khotbahnya Tommy Tenny, salah satu penulis rohani yang kukagumi. Dia pernah cerita soal kucingnya yang takut bermain ke ruang dapur karena sebelumnya kucing itu pernah tersiram air panas. Semenjak itu kucingnya hanya berani diambang pintu dapur. Padahal kejadian itu kan sudah lama berlalu. Tenny bilang begitu juga manusia. Terkadang orang nggak bisa maju dan mendapatkan berkat yang baru karena mereka takut masuk ke situasi yang dulu pernah melukai mereka. Kenangan menyakitkan itu seperti alarm yang berbunyi kencang saat mereka akan kembali berhadapan dengan situasi yang sama. Padahal situasi itu bisa saja sudah berubah. Tapi karena kenangan itu menghantui, kita nggak pernah tahu situasinya sudah berubah menjadi menyenangkan. Kita justru hingga akhir hayat menyimpan kenangan itu dan bukannya mengambil kesempatan untuk mendapatkan pengalaman baru yang menyenangkan. Dan malam ini, aku adalah kucing ketakutan itu. Aku memilih mundur daripada memperjuangkan apa yang k

Cara melupakan Kenangan Pahit

Kenangan pahit tidak perlu dipaksa dilupakan. Biarkan saja dia mengendap dengan sendirinya. Aku yakin waktu bisa membuat kenangan itu terlupakan. Dan inilah yang kualami. Aku perlu waktu yang lama untuk bisa melupakan kenangan itu. Awalnya pengen buru-buru menghapusnya dan menguburnya namun aku memilih proses waktu yang melakukannya. Malam ini aku menguji coba lagi apakah kenangan itu masih terasa pahit dan sakit saat aku melihat wajah itu. Puji Tuhan ternyata tidak. Aku melihatnya sama seperti jika aku melihat wajah orang lain. Memang kenangan itu masih ada tapi tidak lagi menimbulkan rasa nyeri seperti yang kurasakan untuk pertama kali pada 4 tahun silam. Kenangan yang pahit hanya bisa merubah ketika kita secara berani membiarkan hati kita melakukan recovery secara berlahan dan tidak dipaksakan. Artinya memberikan kesempatan kepada diri sendiri untuk menyembuhkan lukanya sendiri. Aku pun melakukannnya dengan sangat berlahan. Pertama memberikan diriku kesempatan untuk menangis. Kedua

meninggalkan Medan

Ini malam terakhir aku tidur di kamarku sendiri di Medan. Sungguh menyesakkan dada momen ini. Aku hanya bisa melihat dan mendesah, ini pilihan yang tidak mudah tapi aku harus melakukannya. Bapak dan mama memberiku uang meski sejak awal aku menolak habis-habisan. Mereka memaksa dengan alasan yang biasa dilontarkan para orang tua di belahan dunia manapun. Aih, semakin sesak dada ini. Malam ini aku juga menemani bapak sebentar menonton pertandingan sepak bola. Meski tidak mengerti, tak apalah asal bisa dekat bapak sebelum aku berangkat. Sedangkan mama, dia ada tepat di depan pintu kamarku melipat pakaian yang aku yakin sudah terlipat. Aku tidak sanggup bicara apapun. Terlalu banyak perpisahan hari ini. Sore tadi pun, aku mengucapkan kata perpisahan pada Kak Deti dan Jakob. Aku memegang jaket kak Deti kuat-kuat. Tak sanggup aku bicara. Kak Deti terus saja bicara. Semakin lama semakin cepat dan tak beraturan. Dia cerita soal De Gaulle - bandara Paris, Narita-bandara Jepang dan musim yang ak

baby's song (germany)

Heute kann es regen, stürmen oder schnein, denn du strahlst ja selber wie der Sonnenschein. Heut ist dein Geburtstag, darum feiern wir - alle deine Freunde freuen sich mit dir, alle deine Freunde freuen sich mit dir. Wie schön, dass du geboren bist, wir hätten dich sonst sehr vermisst, wie schön, dass wir beisamen sind, wir gratulieren dem Geburtstagskind.

Malam pergantian tahun 2010

Akhirnya menulis lagi di hari pertama tahun 2011. Aku ingin menuliskan sesuatu mengenai malam pergantian tahun. Seperti biasa, tepat jam nol nol, aku, bapak dan mama kumpul membuat acara keluarga menyambut tahun yang baru. Sejujurnya, aku sudah kuatir mama atau bapak akan menghujaniku dengan pertanyaan kapan aku menikah. Karena berdasarkan perjanjian yang juga diadakan di malam pergantian tahun (tahun 2009), aku berjanji tahun 2010 adalah tahun terakhir bagiku mencari jodohku sendiri dan jika tidak berhasil juga maka tahun 2011 adalah tahun mamaku mencarikan suami buatku. Tapi Puji Tuhan, mama dan bapak nggak nanya. Mereka dengan sederhananya bilang, semoga dengan keberangkatan untuk sekolah, aku ketemu jodohku disana. Aku nyaris menitikkan air mata, apalagi mengingat dua bulan terakhir 2010, aku telah melakukan langkah berani meminta sahabatku untuk menikah denganku sebelum aku melanjutkan masters. Untung dia menjawab belon siap. Kalau iyah, mungkin sudah lain ceritanya haha. Sekarang