Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2004

si mugel

si mugel lagi ada di kotaku. mungkin memang medan telah menjadi kotanya. bukankah dia juga bilang kalo dia mencintai kotaku. dan aku percaya itu. dia menyebut rumah kontrakannya bukan sebagai rumah kos tapi my lovely house. aneh, kami sekota tapi tidak pernah bertemu. hanya sms ato telpon ke rumah. dia pasti sama gilanya dengan aku. aku bertanya padanya soal TUhan. tapi pemikiran kami terasa jauh dan ga nyambung (baru kali ini) .di titik sms yang mungkin sudah mencapai puluhan, baru dia mengerti esensi TUhan yang kupertanyakan. si mugel adalah orang yang paling pintar dengan pola pikir paling sederhana. hanya dia yang begitu. tapi semalam dia kehilangan sentuhannya. tapi aku menghargainya. dia mendengarkan dan menanggapi pertanyaanku yang tiba2 muncul seperti bah. hm, aku masih ingat smsnya yang terakhir jam 1.30 dini hari "wah kalo aku, seperti umumnya katolik KONSERVATIF, tetap aku terbuka ttg TUhan misalnya aku percaya adanya.kdg aku sangat aku dan tdk katolik! BODO

marah

aku hendak memuntahkan marah ari ini. marah yang menetap pada dada orang bodoh ini. hendak kurobek langit dengan tanganku atau kurubuhkan bumi dengan kakiku.

mo jadi sejarah

Jumat.. Pulang kantor malah demam 38,4 celcius. (entar lagi ngalahin suhu ayam) Sabtu.. demam makin tinggi pake acara meriang, flu dan pilek. anak2 bukannya nunjukin simpati malah ngajakin aku untuk cepat datang bentuk panitia natal wartawan kepolisian sumut. minggu demam turun naik. alhasil ga ibadah dan hanya bisa berbaring. kayaknya dipan dah berbentuk badan gw d saking berbaring terus. teman pada nelpon ngajakin berbuka bersama di ramadhan fair hiksssss senin demam mulai turun. agak legaan. akhirnya ga perlu opname. gw ga ngantor. padahal baru aja masuk setelah cuti xixiixiixi selasa demamnya masih ada, tapi gw kepaksa ngantor. ga enak ninggalin tugas lama2. lagipula jakarta nelpon, artikel gw mailfailure delivery hikssss. moga2 masih sempat untuk dimuat. gitu nyampe kantor cek imel, masukin buletin berita, nelpon narasumber, teman2 tanya mo liputan kemana trus editorial meeting. ke lapangan liputan peletakan batu pertama mall grand palladium. katan

Bingung

Medan mendung. Seharusnya tidak begitu. Seharusnya cerah sama seperti suasana hatiku. Bukankah selalu begitu. Kalo langit tergantung suasana hatiku. Pasti ada seseorang yang sangat istimewa sehingga langit rela mengkhianatiku dan tidak ikut dalam kegembiraannku. Selintas angin sempat berbisik padaku, kalau kekasihku sedang bersedih hati sehingga langit cepat-cepat mengganti dekorasi hatinya."Tapi apa aku punya pacar?!"sentakku bingung. Angin malah tertawa,"Tentu saja kau punya anak manis." Dia mengacak rambutku tapi aku langsung menepisnya. Tentu saja aku belum punya pacar . Angin ternyata benar-benar telah kehilangan kewarasannya saat embun pagi menolak untuk mendamping angin sepanjang hari dan memilih bersama bunga, pepohonan dan tembok saja. Kini terbukti angin hanyalah pembawa kabar bohong. Lantas, aku menunggu langit untuk menjelaskan semuanya. Tapi semuanya tampak semakin memburuk. Langit tidak saja meneteskan air mata tapi juga mengajak guntur bersaman

warisan

pagi yang indah. aku bangun diiringin teriakan ibu, RUMAH BANJIR LAGI! tapi ini tetap pagi yang indah bagiku. untuk pertama kalinya sejak sebulan ini aku nyenyak banget bobonya. hmmmmm...makasih TUhan. ibu terus aja ngomel, bilang bagaimana mungkin rumah permanen bisa banjir tiap kali ujan. aku sih ga heran, habisnya rumah kami jadi tempat penampungan air karna tanah yang disebelah rumah yang rendah. aku dah pernah bilang gitu dan akhirnya kita kalkulasi dana untuk memperbaiki segala sesuatunya. ya ampun Rp 10 juta dananya. uang darimana. akhirnya kita cuma bisa bengong. sampai akhirnya ibu bilang, kalo itu bakal jadi persoalan bagiku dan suami. aku masih ingat ketika bapak dalam kemarahannya bilang, kalo dia takkan mewariskan rumah dan segala isinya bagiku meski aku anak satu-satunya. aku sih tenang2 aja. soalnya emang ga pernah kepikiran sih itu rumah untuk siapa. ga ada saingan. jadi aku pikir bapak hanya main2 saja. sampai kemudian ketika ibu mau memindahkan sertifikatnya