Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2011

Menjelang siang 2

Matahari bersinar cerah siang ini. Meski tidak sehangat yang kuharapkan namun cukup menghibur di masa autumn. Rasanya tidak ingin menyianyiakan siang yang cerah ini. Rasanya semangat melahap 7 buku tebal yang kupinjam Sabtu siang di kampus. Aku sudah membaca satu diantaranya berjudul "The Selling of 9/11". Buku yang menarik karena membahas bagaimana bencana nasional menjadi komersial. Sayangnya tidak banyak membantu dengan esai yang kugarap tentang bagaimana media barat menggambarkan sepak terjang pemerintah Indonesia terkait serangan teroris di WTC Amerika Serikat 11 September 2001 lalu. Ada satu buku lain yang rasanya sudah tak sabar ingin kulahap berjudul Inside Al Qaeda: Global Network of Terror karangan Rohan Gunaratna. Buku ini menarik karena contennya berisi tentang jaringan teroris itu. Sedangkan buku lainnya (hm, gila..dimana ya aku meletakkan buku itu ?) aku pikir aku harus menghabiskannya hingga malam ini jadi besok sudah bisa buat outline esai untuk mata kulia

Menjelang siang 1

Aneh juga rasanya membaca pikiran orang bule tentang Indonesia. Kali ini aku melakukannya lewat bacaan tebal 529 halaman berjudul, "The dark Side of Democracy". Buku karangan Michael Mann ini mengupas mengenai sisi gelap demokrasi Indonesia sejak pasca kemerdekaan. Sedikit aneh memang bagaimana penulis ini menguraikan begitu jelas kekuatan Islam yang mendominasi tapi tidak menjadi sumber utama dari demokrasi. Aha! aku suka cara dia menuliskannya. Sayangnya, aku agak sedikit kesel (tapi lebih kepada diri sendiri) karena dia lebih banyak tahu tentang negeriku daripada aku sendiri hiksssss...er Guruku (setelah menyetujui proposal esai yang akan kugarap) bilang, dia sangat tertarik tentang Indonesia. Dia ingin tahu lebih banyak lagi. Apalagi kukatakan aku ingin menguraikan apa yang terjadi dengan masyarakatku sejak Amerika Serikat secara serampangan main asal tuduh saja mengatakan Indonesia merupakan basis utama jaringan teroris di Asia. Aku juga tidak senang dengan citra negari

Hari istimewa 2

Ayah, terima kasih buat yang semalam. Terima kasih karena tahun ini begitu istimewa sekali. Terima kasih karena aku melewati hari istimewa bersama seseorang yang sangat mencintaiku. Terima kasih karena Tuhan mengirimkan dia buatku. Pasti Ayah sangat sayang padaku hingga ayah mengirimkan dia bersama paket lainnya yang akan membuatku lengkap. Ayah, aku sangat bahagia dan aku berdoa ini untuk selamanya. Amin

Hari istimewa 1

Pagi-pagi tanggal segini biasanya mama dan bapak sudah sibuk ke kamar," Selamat ulang tahun baru, boruku." Dan setelahnya adalah mereka akan pergi ke pasar membeli ayam atau bebek untuk dimasak gulai istimewa dan seekor ikan mas yang akan dimasak arsik yummy... Tapi kali ini, aku tidak mendapatkannya karena aku berada di Inggris. Aku juga belum menelelpon mereka. Pulsaku habis hiksss.. Kangen nyokap. Kangen bokap. Sedang apa mereka ya ? Apa mereka merayakan hari jadi ini tanpa aku ?

Harus bisa

Hati ini resah. Sangat resah malah. Ada yang salah tengah terjadi di hidupku dan aku ingin menyudahinya. Harus bisa! TUhan sudah terlalu baik mengantarku sampai ke Inggris. DIA pasti berharap aku memberikan yang terbaik dalam hidupku. Harus bisa!

Ketika bapak menangis

Ada anggapan di masyarakat kalau cowok nggak boleh menangis. Ada yang lebih ekstrim mengatakan cowok yang nangis itu perempuan alias banci. Kenapa cowok nggak boleh nangis ? Kenapa kata menangis seakan diperuntukkan bagi kaum perempuan. Apa menangis menunjukkan kelemahan ? kalau begitu hipotesisnya, bisa jadi kesimpulannya perempuan adalah kaum yang lemah. Awalnya aku juga beranggapan serupa. Apalagi bapak mendidikku seperti mendidik anak laki-laki. Maklumlah anak tunggal. Jadi alih-alih dibelikan boneka, mainan di masa kecilku adalah pistol-pistolan mulai dari pistol air, karet hingga ketapel. Aku juga punya koleksi guli dan bahkan berhasil menjadikan guli sebagai sumber uang jajan sampingan karena guli hasil kemenanganku selalu saja kujual ke pihak yang kalah hihihihihi. Aku juga jago manjat pohon, masuk sungai mencari ikan atau balapan sepeda... Bapak juga selalu saja mengajarkan padaku agar jangan pernah menangis."Anak bapak nggak boleh nangis. Dunia ini kasar, jadi jangan per

Maafin aku sayang

Hari ini aku bicara dengan kekasihku. Kangenku meledak kayak semburan Lapindo (halah!) dan aku yakin dia juga sama. Melihatnya lagi dari seberang skype sering membuat dada ini sesak. Ingin memeluk tapi tak bisa. Ingin menyentuh tangannya yang lembut dan jemarinya yang panjang tak mungkin. Ini yang sering membuat kekesalanku yang kecil bisa jadi besar karena ketika aku merasa diabaikan, gumpalan kerinduan tadi - yang tidak tersalurkan - tersembur menjadi ledakan kemarahan. Padahal aku yakin kami nggak perlu bertengkar.Tepatnya aku nggak perlu selalu kesel padanya karena hal kecil jika jarinya menyentuh tanganku. Aku sayang dengannya. Semoga aku menjadi pribadi yang lebih sabar untuknya

mencari cincin

Hariku masih saja biru kelabu. Aih, ndak bisa juga kulupakan meski telah menari bersama daun-daun merah, kuning dan coklat dibukit menuju kampus hiksss.. Sore ini aku kepikiran akan ke Lewes Road, aku ingin beli cincin. Sudah lama sekali tak ada cincin yang melingkar di jari manisku. Semoga aku ketemu yang kucari. Sebenarnya aku berpikir untuk tidak usah membeli cincin karena aku berharap seseorang yang istimewa akan memberikannya segera, tapi (setelah kupikir lagi) aku tak ingin berharap. Takut kecewa dan demam..yah seperti hari ini DEMAM. Selalu saja begitu, ketika hati ini gelisah setengah mati, aku selalu saja demam. Kedengaran manja yah... Dua hari ini aku menghabiskan waktu mensearching bentuk cincin di google images, dan aku menemukannya. Indah sekali. Sayangnya cincin itu cincin untuk pasangan hahaha..Ketawa aku menyadari betapa bodohnya aku - menyadari - kalau aku memasukkan kata kunci cincin kawin hahahaha..DASAR! Aku menyimpan gambarnya sehari semalam dan baru tadi pagi kud

alasan aku belum menikah

Ditemani Il Divo dan secangkir kopi aku menuliskan ini. Aku sebenarnya nggak terlalu pengen mengulang lagi dan lagi kenapa aku juga belum menikah. Kok rasanya nggak adil harus menjelaskan alasannya sementara memang nggak ada alasan mendasarnya. Aku bukan nggak pernah pacaran, justru pacar pertamaku; hanya tinggal hitungan bulan kami akan menikah. Nyatanya jalan kehidupanku ternyata bukan berakhir bersama, Jadi yah..disinilah aku dan masih single. Bukan nggak pernah juga aku jatuh cinta sesudahnya. Pernahlah. Sekali. Dengan dia yang membuatku pergi ke kota tua Jerusalem dan naik keatapnya yang paling tinggi. Namun -sekali lagi aku dan dia belum menemukan jalan untuk bersama. Jadi aku melepasnya dengan tangisan. Dan sesudahnya dan sesudahnya aku masih merasakan rasa nyaman yang menelusup kepada setiap nama yang pernah singgah dalam hatiku. Namun apalah yang bisa kulakukan jika aku hanya yang menyimpan rasa dan mereka menyimpan rasa lain yang lebih dalam kepada perempuan lain. Salahku k

Mengapa berhubungan sex dengan pacar tidak boleh

Beberapa kali aku membaca alasan-alasan mengapa tidak baik melakukan hubungan sex dengan pacar. Ada banyak alasan mulai dari (tentu saja), takut hamil, takut jadi kecanduan dan berkembang ke sex bebas, takut setelah melakukan ditinggal pacar, takut kemudian pacar (biasanya laki-laki) memandang pasangan perempuannya adalah perempuan gampangan hingga alasan yang membuat keningku berkerut," Hubungan sex di luar nikah melahirkan benih ketidaksetiaan dan benih ketidakpercayaan," Alasan terakhir ini nggak kunjung juga bisa kucerna sempurna karena terasa jauh dan mengada-ada. Aku berpikir alasan-alasan lain yang lebih masuk akal dan memang menjadi pertimbangan yang baik untuk menjaga diri dalam masa pacaran tapi alasan yang terakhir kumasukkan dalam kategori,"lebay" Hingga Jumat malam Tuhan memberikan aku suatu penjelasan yang sempurna. Amin..Terima kasih Ayah. Kekasihku bilang teman-temannya akan datang berkunjung. Aku senang dia akan punya banyak teman akhir pekan ini.

Pagi setelah Jumat malam

Pagi ini tidak bisa juga aku menenangkan pikiranku. Ingin sekali rasanya memaki dan memuntahkan rasa jijik yang terus saja terjadi sejak Jumat malam. Aku mulai sedikit mengerti dengan apa yang terjadi, tapi rangkaian gambar-demi gambar di kepalaku terus saja membuat amarah bercampur jijik ini mendera-dera mencambuk dan membuatku ingin pergi dari hidupnya.

Dua wajah yang kukangeni

Di hati ini ada dua wajah yang begitu akrab dan selalu saja membuat hatiku hangat. Dua wajah yang cukup dekat dan hanya diperlukan menutup mata sekejab. Dua wajah yang membawaku sampai sejauh ini ke Inggris. Aku mencari dua wajah itu dalam bentuk raut-raut asing yang kuharap membentuk senyumnya yang terindah, sayang aku belum menemukan atau aku sebenarnya telah melihatnya sekelebat dalam bus yang kutumpangi menuju churchill Squre atau sekedar masuk kedalam kampus yang berkelok-kelok dikeliling bukit yang hijau. Aih dimanakah ... Hatiku lagi kosong. Aku kangen dua wajah itu