Skip to main content

Menjelang siang 2

Matahari bersinar cerah siang ini. Meski tidak sehangat yang kuharapkan namun cukup menghibur di masa autumn. Rasanya tidak ingin menyianyiakan siang yang cerah ini. Rasanya semangat melahap 7 buku tebal yang kupinjam Sabtu siang di kampus. Aku sudah membaca satu diantaranya berjudul "The Selling of 9/11". Buku yang menarik karena membahas bagaimana bencana nasional menjadi komersial. Sayangnya tidak banyak membantu dengan esai yang kugarap tentang bagaimana media barat menggambarkan sepak terjang pemerintah Indonesia terkait serangan teroris di WTC Amerika Serikat 11 September 2001 lalu. Ada satu buku lain yang rasanya sudah tak sabar ingin kulahap berjudul Inside Al Qaeda: Global Network of Terror karangan Rohan Gunaratna. Buku ini menarik karena contennya berisi tentang jaringan teroris itu.

Sedangkan buku lainnya (hm, gila..dimana ya aku meletakkan buku itu ?) aku pikir aku harus menghabiskannya hingga malam ini jadi besok sudah bisa buat outline esai untuk mata kuliah Media, Theory and Research. Aku merasa bergairah mengerjakan proyek esai ini dan nggak sabar untuk segera menyelesaikannya karena itu berarti memberikan kesempatan yang lebih banyak untuk manja -manjaan dengan kekasih semata wayang hehe...

Hm, bicara soal kekasihku; dia belakangan ini sibuk persiapan natal. Senang sih tahu dia sibuk urusan gereja, tapi iri juga karena dia pintar membagi waktunya dan bisa menyelesaikan tugas-tugas studinya jauh lebih baik dariku, sehingga dia punya banyak kesempatan untuk sosialisasi, sedangkan aku ? Sibuk baca buku populer, nonton film dan jalan-jalan tak tentu haha. Akh! syukurlah dia itu kekasihku jadi dia akan benar-benar akan membantu untuk membuat hidupku sedikit teratur.

Akh, jadi kangen dia ihiks....

Comments

Popular posts from this blog

kangenku melayang

Aku kangen banget hari ini- dengan kamu – pria yang begitu mempesona. Tapi rinduku ga pernah jelas bagimu. Kamu menejermahkannya dengan candaan tetapi aku mengartikannya sebagai penolakan. Rinduku ga pernah penting untukmu. Sesaat aku menyesal mencintaimu. Tetapi aku terlanjur mencintaimu dan aku ga akan pernah mencabutnya kembali. Aku terlalu mencintaimu. Akh..andai waktu bisa terulang. Andai jarak bisa ditiadakan… Jangan bilang aku kekanakan. Jangan bilang aku tidak mengerti dengan yang kukatakan. Bahasaku sederhana – aku hanya ingin berada disisimu.

Sedikit curhat ama seorang novie..

Kalo kamu...cowo impian kamu kaya gimana nov? Kalo gw...yang pasti dia seorang wanita (hehehe...iyalah)...tunggu belon selesai...dia seorang wanita yang cantik. Terus, dia harus punya suara yang bagus. Dan, gw suka cewe yang bisa maen piano, well ga terlalu jago gpp...yang penting suaranya aja harus bagus. Cewe yang manja, tapi juga bisa ambil keputusan untuk hal-hal yang penting. Yang bisa mengasihi gw apa adanya. Typicall working woman, supaya bisa menghargai sebuah jerih payah dalam mencari uang. Susah kalo punya cewe yang nantinya cuma nongkrong di rumah doang...biasanya sih jadi cewewet and cemburuan banget. Dan...cinta Tuhan. HUaaaaaaaaaaah ada ga ya wanita seperti itu ?????

Cara melupakan Kenangan Pahit

Kenangan pahit tidak perlu dipaksa dilupakan. Biarkan saja dia mengendap dengan sendirinya. Aku yakin waktu bisa membuat kenangan itu terlupakan. Dan inilah yang kualami. Aku perlu waktu yang lama untuk bisa melupakan kenangan itu. Awalnya pengen buru-buru menghapusnya dan menguburnya namun aku memilih proses waktu yang melakukannya. Malam ini aku menguji coba lagi apakah kenangan itu masih terasa pahit dan sakit saat aku melihat wajah itu. Puji Tuhan ternyata tidak. Aku melihatnya sama seperti jika aku melihat wajah orang lain. Memang kenangan itu masih ada tapi tidak lagi menimbulkan rasa nyeri seperti yang kurasakan untuk pertama kali pada 4 tahun silam. Kenangan yang pahit hanya bisa merubah ketika kita secara berani membiarkan hati kita melakukan recovery secara berlahan dan tidak dipaksakan. Artinya memberikan kesempatan kepada diri sendiri untuk menyembuhkan lukanya sendiri. Aku pun melakukannnya dengan sangat berlahan. Pertama memberikan diriku kesempatan untuk menangis. Kedua ...