Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2008

Hujan....aku datangggggggggggggggg

Apa yang lebih menyenangkan daripada mandi hujan dalam perjalanan pulang ke rumah. Aku selalu suka momen itu. Aku selalu suka hujan. Ehm, nggak selalu sih tapi jika dipersentasikan aku suka hujan daripada cuaca yang lain. Ehm, mungkin tepatnya aku ini si penggila hujan. Yah kecuali poin aku harus nguras rumah jika hujannya terlalu lebat hahahahha. Aku suka hujan. Hujan itu membuat aku merasa dicintai. Ketika airnya turun mengenai kepalaku trus turun membasahi setiap senti tubuhku aku seperti dipeluk, dibanjiri dengan aliran cinta yang deras namun lembut menyentuh kulitku. Duh, kamu ngerti nggak sih yang kumaksud? Enggak? Samalah! Aku juga enggak. Aku hanya mau bilang aku suka hujan titik. Jadi berhubung diluar lagi hujan, aku memutuskan pulang. Hujan....aku datangggggggggggggg

Aku suka hari ini dan esok

Besok aku akan bertemu dengan sahabatku Niki. Ini akan menjadi hari yang paling menyenangkan. Aku selalu tidak sabar bertemu dengan dia dan meskipun telah bertemu aku sudah tidak sabar menunggu pertemuan selanjutnya. Mengapa? Karena aku melihat diriku dalam dirinya tapi dalam keadaan yang lebih baik. Aneh? Mungkin. Tapi tidak bagiku. Niki selalu membuatku tahu bahwa aku spesial dan patut mendapatkan yang terbaik. Niki selalu tahu bagaimana menaikkan dan merendahkan egoku agar tetap membumi tanpa melupakan kalo aku rajawali. Hm, hari yang menyenangkan. Aku suka hari ini. n.b : Diposting sesaat setelah memutuskan menjadi Novita Si Gembira Hati hihihihihih

AKu ini Novita Si Gembira Hati

Dulu tiap kali aku sedih yang kulakukan adalah masuk ke lemari pakaian menangis dan teriak kuat-kuat. Kini tiap kali aku sedih yang kulakukan adalah masuk ke kamar, mengambil gitar dan membiarkan airmataku menetes bersama nada nggak jelas yang dihasilkan permainan jariku. Aku tidak mengerti kenapa sedih lebih bisa menguras tenaga dibandingkan gembira. Padahal jika aku gembira aku bisa loncat setinggi yang kubisa, lari sekencang yang kubisa atau berteriak sekuat yang kubisa. Lebih menguras energi kan? Tapi justru sedih menguras tenaga lebih dibandingkan gembira meski aktifitas yang dilakukan hanyalah meneteskan airmata dan termangu seperti orang bego. Mengapa? Mungkin saja ada saraf sedih yang langsung mereaksi tajam mengambil seluruh serum tenaga yang kupunya dan menggantikannya dengan sesuatu yang melemaskan semua otot. Entahlah, aku nggak ahli disini. Setelah aku merenung, sepanjang hidupku yang hampir 30 tahun ini aku lebih banyak sedih daripada gembiranya. Mengapa hanya kesedihan s

Ultah Mama

Ritual hari ini bangun pagi trus ke kamar mama dan menciumnya, "hepi b'day yah ma..." Mama sih nggak ngomong apapun. Seminggu ini dia juga nggak mau bilang mau kado apa. Aih, dan hingga kini aku juga nggak punya ide apapun untuknya. "Wis, mamaku ultah. Kau ke rumah yah. Biar mama masak enak untukmu." Wismi rekanku yang di Kompas itu hanya tersenyum. Nggak bilang yah dan enggak bilang tidak juga. Alhasil aku mabur. Yah sudahlah. Padahal sebulan lalu mama nanyain dia dan pengen dia main kerumah kami lagi. "Kok dari banyak temanku, kok Wismi yang paling mama suka sampai pengen dia main kembali ke rumah, " tanyaku waktu itu. "Iyah dia pintar," pendek aja ucapan mama yang makin membuatku penasaran. Kalo soal pintar, teman2ku yang datang kerumah rata2 pintar (namanya juga novi anak yang pintar; teman2nya pintar juga donk hihihihihii). Tapi kok Wismi? Wismi hanya sekali ke rumah. Waktu itu pergantian tahun dan karena habis bantuin dia "masukin&

komen soal foto nyokap

"Gimana sih Nov, masa foto mamamu yang begitu kau posting diblogmu? Cowo yang awalnya tertarik padamu bisa ilfil punya calon mertua begitu." Itu komentar sahabatku siang tadi saat lunch bareng di Pajus (Pajak USU). Foto yang dia maksud adalah foto di blog judul Thank God. Mama sehat. "Wah gila kau. Foto bagus itu. Lama aku menunggunya," Dia mendelik nggak mengerti. " Anglenya itu lho Nov. Jelek banget sudut pengambilannya. Lagi nonton pula itu" Aku tersenyum. "Tapi untuk mengambilnya kau tahu, aku menunggu bertahun-tahun, dengan doa, puasa dan air mata." Dia tetap nggak mengerti. "Sulit sekali melihat momen mamaku tertidur sementara dia sebenarnya ingin nonton sinetron. Itu artinya mamaku bisa tidur tanpa obat tidur. Sesuatu yang butuh doa, puasa dan airmata untuk melihatnya." ------------------------------------------------------------------------------------------ Aku tidak peduli apakah akhirnya dia mengerti atau tidak dengan penjel

Ke Rumah Calon Mertua

Hidupku kacau banget sebulan terakhir. Semua jadi salah. Bahkan hal sederhana pun bisa berbuah petaka. Aku menyesal dengan semuanya. Ngerasa menjadi jahat banget dengan orang-orang yang harusnya memperoleh cinta dan rasa respekku. Maafin aku plis. “Novi ini kan lebih Jawa dari orang Jawa. Hatinya lembut meski bicara meledak-ledak, “ Komentar itu keluar ketika aku nggak juga bisa mengeluarkan amarahku. Padahal dengan segala kekacauan yang terjadi – di luar diriku – aku berhak untuk memaki. Tapi aku nggak juga melakukannya. Aku memilih diam sebagai tanda amarahku benar2 sudah klimaks. Aih, súdala aku nggak mau membicarakannya. Pekan lalu sahabatku pergi ke Bandung menemui calon mertuanya. Dia bilang keluarga kekasihnya tidak suka padanya. Dia bilang dia pernah diusir oleh mama kekasihnya. Dia bilang dia dianggap sebagai sumber masalah bagi kekasihnya. Aku jadi teringat ketika dua tahun lalu aku mengunjungi calon mertua di Jakarta. Semuanya disiapkan. Mulai dari model rambut, pakaian, se