Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2006

Kamis Pagi

pria yang ada di sebelahku namanya bang Yul dari harian Sumut Pos. Dia salah satu Journalist Announcher di acara medan First Channel. Pasangan dia, bang Ferry - Kabiro Metrotv Sumbagut. Mau tahu jam berapa ketika foto ini diambil? Jam 7 pagi langsung di studio Prapanca. Diambil oleh Kak Hana-penyiar yang lagi on duty (sst...kak Hana belum mandi hihihii). Gilanya lagi, acara foto2 terus saja berlangsung saat sesi wawancara dengan para narasumber :)

Tuhan, adakah Kau bersamaku hari ini. Aku takut sekali

Tuhan, pagi ini kantorku ramai sekali.sebenarnya aku pengen lari bersembunyi sejauh mungkin tapi apakah itu bisa menjadi jalan keluar. Tuhan, pagi ini semua orang berbicara tidak juntrungan. asumsi, prediksi, kritikan bahkan saling judge menjatuhkan yang lain agar dirinya terpilih menjadikan hari ini terlihat "menyeramkan" Tuhan, sisi hatiku yang lain bilang aku harus mengatakan sesuatu. mengapa aku terdiam ketika semua orang berbicara. Tuhan, bisakah Kau yang berbicara untukku. Tuhan, aku butuh seseorang di sampingku saat ini tapi hm..sepertinya hari ini Kau izinkan aku menghadapinya sendirian karena Kau ingin mengajarkanku sesuatu. Apa judul topik kita hari ini Tuhan ? Andai kutahu dan aku bisa mempersiapkan diri. Tuhan, tadi pagi ketika aku menghadapMu, aku katakan aku siap menerima berita terburuk sekalipun. tapi Tuhan, jujur aku nggak siap. Bisakah Kau memegang tanganku? Aku takut sekali Tuhan, masihkah Kau bersamaku ? Jika yah, aku tenang sekarang. Semua akan baik-baik

serikat pekerja

Otakku terus saja dikuras seperti orang lagi menggali sumur. Awalnya memilih bungkam hingga memutuskan bangkit untuk melawan. Emang kau siapa heh?! pertengahan tahun 2003 saat tugas ke Jakarta, entah guyon atau memang serius teman2 ngusulin mendirikan serikat pekerja. "kok aku?" "karena kau yang bisa melawan.Lihat saja gimana reaksi big boss gitu kau bilang apartemen kosong nggak ada makanan," "itu artinya aku bakal dimutasi ke jakarta donk." "ya iyalah. Masak serikat pekerja networking kita dimulai dari daerah. Lebih bagus dipusat, kan kantor kita ada di pusat." "gaji kalian berapa?" Mereka menyebukan angka dan plus plus yang lain. Aku segera menolak. Angka itu nggak terlalu jauh dari gaji yang kuperoleh di daerah. Untuk apa pindah, pikirku waktu itu. lagipula kesejahteraan kantorku relatif besar untuk skala Medan. cukuplah, timbangku lagi. tahun 2004... "guys, gimana kalo kita buat serikat pekerja ?" usulku di suatu sore us

rencana nikah

semalam bapakku entah emang direncanakan atau nggak, dia bertanya pada kekasihku. "Jadi kapan?" "secepatnya tulang," "dimana nanti tinggal ? disini saja yah?' Kekasihku melirik kepadaku sambil tersenyum yang nggak jelas gitu. aku mengelus punggungnya. "nikahnya dimana ? di Medan aja," kata bapakku lebih menyerupai perintah. "ibu bapak minta di jakarta Tulang," dan pertanyaan terkait lainnya terlontar terus. aku menghela napas panjang. benar aku mengelus punggungnya- berusaha menguatkannya terhadap agresi pertanyaan bapak. tapi jujur aku malah... sebulan lalu... "kau beruntung mendapatkannya. dia baik." kata ibuku. "jadi aku beruntung bu ?" balasku menerawang. Ibuku mengangguk cepat. "jadi akhirnya aku akan berakhir dengannya," ujarku pelan berusaha tidak terdengar ibu. Bukannya marah, ibu malah mengelus rambutku, "aku tahu yang kau maksud nang," "aku nggak tahu bu. hanya saja aku berpikir hm,

saat memilih

Mugel... sudah lama nggak nyebut nama itu. "pilih mana Vie ? Jkt, Jogja, Sby, Palembang, Semarang ?" Mugel ada di Jogja sekarang. Sudah hampir dua bulan dia disana. Seperti apa dia sekarang. Masih bekerja di lembaga internasional itu juga kah ? telah menikah kah dia ? "pilih mana Vie ? Jakarta atau Medan ? " Sebentar sebentar Mugel bisa ada dimana saja, " Medan adalah rumah keduaku Vie, " begitu katanya. Aku percaya itu karena dengan cintanya, dia menyebut rumahnya di kawasan Setia Budi sebagai lovely home. "pilih mana Vie ? Jakarta, Bandung, Jogja, Bali atau terserah dimana saja kau suka" Tetapi tetap saja Mugel terbang secepat elang meninggalkan sarangnya. Lovely home hanya ditempatinya paling banyak dua kali dalam setahun. Bunga-bunga kesayangannya layu nggak ada yang menyirami dan suatu ketika, ada bangkai kucing tepat di pintu rumahnya, "Vie, jika ada waktu tolong donk liat2 rumahku,"pintanya via telpon. Aku mengangguk cepat. 08524

Gila versi Kita

Bule..... Ada insiden beberapa hari yang lalu.. Aku, Novita, dan Hetty nginep di hotel tempat Novita (seorang teman lama yang sedang berkunjung ke jakarta) di kawasan Cikini. kami bertiga teman waktu muda (kuliah,red) dulu. dulu, kami pernah punya prinsip (awas..dont try this at home..); lakukan saja kegilaan di mana kamu berada selama: 1. tidak ada orang yang kamu kenal atau kamu sukai, 2. selama kamu tidak berpikir/niat untuk kembali lagi ke tempat itu..dulu, kami sering sekali melakukannya. beberapa sih terjadi dengan mulus dan beberapa mengakibatkan hal yang memalukan.. dan we did it again... aku, novita, dan hetty. kita lagi sarapan di hotel. yah, kami melakukan kegilaan (itu istilah yg sangat tepat bagi kami) lagi. kami makan sebanyak-banyaknya. tetapi kami tidak menyadari kalo ada sepasang mata biru milik seorang bule sedang mengawasi kami bertiga. setelah kenyang, kami bermaksud kembali ke kamar dan berjalan menuju lift. ternyata ada seorang bule yang tingginya mungkin 2 meter