Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2006

sakramen pernikahan

sampai maut memisahkan... "tapi hun...aku kasihan padanya. sejak nikah aku selalu sakit2an." di seberang suara itu makin terbata-bata. dalam keadaan sakit maupun sehat ... "dia memang gak bilang apa2. dia sabar dan telaten menjagaku," dalam keadaan susah dan senang ... "aku malu hun.aku menyusahkan dia saja." Dan dua pun menjadi satu... -------------------------------------------------------------------------------- "apa kamu mencintaiku?" "apa kamu serius denganku?" "apa kamu layak ditunggu?" -------------------------------------------------------------------------------- sekali waktu untuk pertama kalinya, aku berharap kamu yang terakhir...

akhirnya dia memilih aku

Ok...aku katakan ini secara langsung. akhirnya dia milih aku. Jangan tanya kenapa karena aku sendiri tidak tahu persis jawabnya.yah..yah..aku tahu semua pasti bilang aku gila karna nggak mendesak alasannya tapi sesungguhnya bukan itu yang penting khan..yang penting justru apakah aku yakin dia adalah orangnya. bagaimana jika ternyata bukan dia dan dia terlanjur memutuskan wanita itu (glek! setiap kali aku mengingat wanita itu, perutku langsung mual) jadi ini yang kulakukan... 1. aku menyakinkan diriku bahwa dialah orangnya 2. aku memaksa diriku untuk percaya bahwa tidak ada yang lain selain dia 3. aku secara berulang kali mengatakan kepada diriku sendiri, dia yang terbaik yang pernah ada 4.aku terus mengingatkan diriku bahwa jika aku dapat tertawa dengannya maka aku akan baik2 saja semalam dia bertanya, kenapa aku mencintainya... pertanyaan sederhana yang hm... sangat menguras energi. aku nggak ingat telah jawab apa. yang aku ingat kemudian justru adalah kamu memegang wajahku dan b

Hari Ini setelah yang semalam

Ayah : Pagi sayang...gimana pagimu putri kecilku? Aku : Baik Ayah : Hanya itu... (menggelengkan kepala) kau yakin? Aku: Aku pernah kan mengalami hal yang lebih parah... Ayah: Separah apa yang semalam? Aku : (menunduk) Ga tahu. Aku telah menggunakan amunisiku yang terakhir dan kini aku prajurit tanpa senjata. Sepertinya kata menyerah menjadi kata yang menarik untukku Ayah: Kau anak ayah bukan? Aku : Yah.. (menatap mata Ayah dan memegang tangannya) Ayah: Kalau begitu kau tidak boleh menyerah! Aku: Aku seperti berada dalam sebuah jalan yang kini tak mampu lagi kujalani sendirian. Aku melihat dia dan aku pikir telah menemukannya. Aku berlari sekuat yang kubisa tetapi apa yang kulihat membuat langkahku terhenti. Aku memang melihatnya tapi dia bersama dengan yang lain. Ayah: Apa kau kecewa dan sedih anakku? Aku : Aku bohong jika kukatakan aku baik2 saja. Tapi kini aku memutuskan berhenti...dan menunggu. Aku tidak akan berlari mendapatkannya. Aku ingin dia menjemputku dan membawaku ke jalan y