Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2009

aku membayangkanmu

Aku memenuhi kepalaku dengan wajahmu. Hanya itu yang membuatku tersenyum. Aku tahu suatu ketika (aku harap hari ini) kau akan datang dan membawaku pergi; ke suatu negeri dimana tidak ada air mata. Aku masih ingat caramu memandangku dan bagaimana aku tertawa lepas digandeng olehmu. Aku terlihat bahagia dengan buket lili putih ditanganku. Kau memujaku, aku tahu itu. Aku menutup mata membayangkan semuanya. Mengingat kembali saat salju mulai mencair di ujung daun pohon cemara yang tumbuh persis depan rumahmu. Asap yang mengepul dari cerebong rumahmu membuatku merasa hangat ataukah karena aku tahu di rumah itu hanya ada cinta dan respek. Tidak ada caci maki, piring terbang, tamparan di pipi atau sikap dingin yang memusuhi. Aku ingin kau mengecup lembut kelopak mataku sehingga saat aku membukanya kau telah ada didepanku dengan buket lili putih dan cincin yang mengikat cinta kita.

Ma, cincinnya hilang

Aku kehilangan cincinku hari ini. Cincin emas bermata batu mulia warna pink. Itu hadiah nyokap puluhan tahun silam. Aku nggak ingat lagi kapan pastinya. Aku hanya ingat cincin itu dibeli nyokap sebagai hadiah ulang tahun. Mama mendapat rapel sebagai guru. Masih ingat juga kalau waktu itu hujan tengah mengguyur Medan dengan deras. Bunyi halilintar sambung menyambung dan angin yang kencang seakan-akan ingin menerbangkan atap seng rumah kami. Yah kalau itu bisa disebut rumah. Mama pulang setelah hujan agak redaan. Masih basah kuyup dan tak menghiraukan handuk yang kusodorkan, dia mengeluarkan sebuah cincin. Yah cincin itu. Cincin yang hilang itu. Aku terkesiap ga percaya. Aku teriak-teriak kesenangan dan lupa memeluk serta bilang terima kasih. Aku berlari mengitari rumah yang cuman ukuran 3 X 8 Meter sementara mama mulai membereskan belanjaannya. Cincin itu sudah beberapa kali nyaris hilang. Tapi biasanya ketemu lagi. Kalau sudah begitu mama marahnya minta ampun. Meski terlihat tidak pedu