Skip to main content

Ma, cincinnya hilang

Aku kehilangan cincinku hari ini. Cincin emas bermata batu mulia warna pink. Itu hadiah nyokap puluhan tahun silam. Aku nggak ingat lagi kapan pastinya. Aku hanya ingat cincin itu dibeli nyokap sebagai hadiah ulang tahun. Mama mendapat rapel sebagai guru.

Masih ingat juga kalau waktu itu hujan tengah mengguyur Medan dengan deras. Bunyi halilintar sambung menyambung dan angin yang kencang seakan-akan ingin menerbangkan atap seng rumah kami. Yah kalau itu bisa disebut rumah. Mama pulang setelah hujan agak redaan.

Masih basah kuyup dan tak menghiraukan handuk yang kusodorkan, dia mengeluarkan sebuah cincin. Yah cincin itu. Cincin yang hilang itu. Aku terkesiap ga percaya. Aku teriak-teriak kesenangan dan lupa memeluk serta bilang terima kasih. Aku berlari mengitari rumah yang cuman ukuran 3 X 8 Meter sementara mama mulai membereskan belanjaannya.

Cincin itu sudah beberapa kali nyaris hilang. Tapi biasanya ketemu lagi. Kalau sudah begitu mama marahnya minta ampun. Meski terlihat tidak peduli jika cincin itu hilang, sesungguhnya tiap kali cincin itu hilang aku adalah orang pertama yang memaki diriku; memaki keteledoranku.

Hari ini cincin itu hilang. Aku telah mencarinya kemanapun yang kuingat. Dia tiba-tiba saja hilang padahal aku baru saja meletakkanya di lantai DPRD Medan ketika memakai pembersih tangan. Meski hilangnya disitu, aku tetap saja mencarinya di kantor dan menelepon ke bapak jika saja cincin itu tertinggal di rumah. Tapi cincin itu tidak juga kutemukan.

Aku takut pulang hari ini. Aku minta maaf ma...Aku salah

Comments

trus cmana jadinya?

Popular posts from this blog

6 bulan di LBI UI

Tadi usai nulis blog aku terkapar lagi. Demamnya kembali hikss..Sedih juga sih sakit di negeri yang jauh. Oh ya aku ingin cerita juga kelanjutan setelah kelulusanku itu. Setelah lulus aku berangkat ke Jakarta untuk mengikuti pembekalan bahasa Inggris selama 6 bulan. Di LBI UI bersama 49 peserta lainnya kami kembali ke layaknya anak sekolah masuk jam 9 dan pulang jam 3 sore. Memang sangat melelahkan tapi juga juga menyenangkan. Disana pula aku bertemu dengan beberapa orang yang istimewa yakni Mijon dan Budi yang kemudian menjadi mentor grammar, Indah yang selalu ada untuk memeriksa academic writingku dan mencari data baru tentang kampus yang kutuju, serta Dolphin- seorang sahabat yang membuatku selalu bersyukur dengan apa yang kumiliki. Aku memang dekat dengan hampir seluruhnya tapi mereka yang kusebutkan tadi punya andil besar hingga aku sampai sekolah ke Inggris ini. Mereka membuktikan dirinya selalu ada saat aku memerlukan mereka. Aku masih saja bepikir mereka dipilih karna Tuhan ta

Semua dimulai dengan mimpi

Mimpi menjadi hal yang penting dalam hidupku. Peristiwa-peristiwa penting dalam hidupku semuanya dimulai dengan mimpi. Sebagai anak Ayah (red: Tuhan Yesus Kristus), aku percaya tidak ada yang terjadi secara kebetulan. Semuanya telah ditetapkan sejak dunia belum dijadikan (Ini yang kitab perjanjian lama katakan lho). Sejak aku mengalami masa traumatis karena ditinggalkan tunanganku tahun 2007, aku mengalami masa yang sukar. Aku jatuh bangun untuk kembali tegak dan menjadi Novita sebelum kejadian itu. Dan itu tidak mudah. Perlu waktu bertahun-tahun bahkan hingga sekarang untuk terus disadarkan betapa kejadian itu hanyalah bagian yang seharusnya membuatku tersenyum karena justru dalam keadaan sukar itu aku bisa melihat kemurahan dan kesetianNya mengalir. Suatu hari seperti biasa aku membaca koran kompas di ruang tamu tempat aku bekerja sebagai wartawan radio. Disitu ada iklan beasiswa tentang FORD FOUNDATION. Iklan itu menarik dan aku beberapa kali telah pernah dikirimi website oleh teman

Pria di Seven Sisters

Pria itu manis. Sangat manis malah. Kadang bingung sendiri kenapa pria semanis dia rela saja tersenyum meski aku mengacuhkannya sedemikian rupa. Kemarin aku melihatnya duduk dua baris di depanku dan ketika dia menoleh seperti mencari seseorang, cepat-cepat aku mengambil buku dan pura-pura membacanya. Sayangnya buku sialan itu terbalik hahahaha..Mati mengenaskan!! Dia tersenyum dan bola matanya berpijar mentertwakan kebodohanku. Sialan! Pria itu memang belakangan kayak bayanganku saja, dia ada dimana-mana. Waktu aku ke Falmer Market di Lewes, dia juga ada disana- tersenyum dengan lebarnya melihatku. Aku terpaksa berhenti karena dia langsung menyediakan sebuah bangku, tapi aku memilih berdiri. Dia bertanya ini itu; semua hal yang pribadi. Aku menjawab berputar-enggan membagi hidupku bersamanya. Aku melihat ditangannya dia memegang dua botol yogurt,"Kamu suka yogurt juga ternyata," "Yah, sama denganmu kan ?" Sebenarnya kaget dia tau aku beli yogurt dan den