Dulu tiap kali aku sedih yang kulakukan adalah masuk ke lemari pakaian menangis dan teriak kuat-kuat. Kini tiap kali aku sedih yang kulakukan adalah masuk ke kamar, mengambil gitar dan membiarkan airmataku menetes bersama nada nggak jelas yang dihasilkan permainan jariku. Aku tidak mengerti kenapa sedih lebih bisa menguras tenaga dibandingkan gembira. Padahal jika aku gembira aku bisa loncat setinggi yang kubisa, lari sekencang yang kubisa atau berteriak sekuat yang kubisa. Lebih menguras energi kan? Tapi justru sedih menguras tenaga lebih dibandingkan gembira meski aktifitas yang dilakukan hanyalah meneteskan airmata dan termangu seperti orang bego. Mengapa? Mungkin saja ada saraf sedih yang langsung mereaksi tajam mengambil seluruh serum tenaga yang kupunya dan menggantikannya dengan sesuatu yang melemaskan semua otot. Entahlah, aku nggak ahli disini. Setelah aku merenung, sepanjang hidupku yang hampir 30 tahun ini aku lebih banyak sedih daripada gembiranya. Mengapa hanya kesedihan saja yang mampir? Kemana segala riap kegembiraan dan sukacita yang seharusnya dimiliki seorang muda yang bernama Novita ini? Makhluk apakah dia? Mengapa sedih seakan menjadi nama tengahnya. Aku pikir sedih hanyalah impact dari stimulasi otak yang berpikir sedih. Jika aku menstimulasi otakku untuk gembira, bisa jadi sedih hanyalah histori. Jadi apa yang harus kulakukan? Malam ini aku memutuskan untuk memulai suatu yang baru. Aku memutuskan untuk menjadi Novita si Gembira Hati. "Aku memerintahkanmu Novita Sianipar untuk gembira. Aku memerintahkanmu untuk berpikir yang baik, yang enak, yang positif, yang gembira dan menyenangkan. Aku memerintahkanmu untuk selalu gembira mulai detik ini hingga engkau mati atau hingga Tuhan Yesus datang untuk kedua kalinya." |
Tadi usai nulis blog aku terkapar lagi. Demamnya kembali hikss..Sedih juga sih sakit di negeri yang jauh. Oh ya aku ingin cerita juga kelanjutan setelah kelulusanku itu. Setelah lulus aku berangkat ke Jakarta untuk mengikuti pembekalan bahasa Inggris selama 6 bulan. Di LBI UI bersama 49 peserta lainnya kami kembali ke layaknya anak sekolah masuk jam 9 dan pulang jam 3 sore. Memang sangat melelahkan tapi juga juga menyenangkan. Disana pula aku bertemu dengan beberapa orang yang istimewa yakni Mijon dan Budi yang kemudian menjadi mentor grammar, Indah yang selalu ada untuk memeriksa academic writingku dan mencari data baru tentang kampus yang kutuju, serta Dolphin- seorang sahabat yang membuatku selalu bersyukur dengan apa yang kumiliki. Aku memang dekat dengan hampir seluruhnya tapi mereka yang kusebutkan tadi punya andil besar hingga aku sampai sekolah ke Inggris ini. Mereka membuktikan dirinya selalu ada saat aku memerlukan mereka. Aku masih saja bepikir mereka dipilih karna Tuhan ta
Comments
apa kabar?? ini ponakanmu yg lahirnya bareng tanggal lahir mu..
kata bunda, dah lama tante novi ngak keliatan,,
masih jomblo kah???