Skip to main content

Ayo Donasi untuk Israel

Hm, butuh keberanian gede untuk bisa menuliskan ini. Yah meski ini bakal menimbulkan kontroversi tapi selagi bisa membantu, yah aku memilih untuk melakukannya.

Oke aku akan mulai..........

Aku berencana untuk berangkat ke Israel tanggal 18 Sept ini. Rencana ini telah ada sejak akhir 2007 tapi baru di awal Februari 2008 aku mengirimkan aplikasi menjadi volunteer di acara All Nation Convocation Jerusalem.

Acara apa ini ?
Apa pentingnya acara ini?
Apa kegunaan acara ini secara pribadi atau umum?
Berapa dana yang diperlukan?

Pertanyaan2 ini akan aku posting di blog berikutnya:

--------------------------------------------------------------------

Izinkan aku bercerita lebih lanjut. Aku paham di tengah krisis kepercayaan terhadap ucapan dan janji manusia, rasanya muskil aku mendapatkan dana sebesar itu. Aku pikir juga begitu. Sejak proposal2 kupublish ke umum, tanggapan yang kuterima beragam. Yang intinya adalah penolakan dan ketidakpercayaan akan visi yang ingin kubangun.

Nggak masalah sih bagiku karena memang begitulah seharusnya perjalanan visi. Sesuatu yang pada awalnya ditertawakan dan ditolak orang hingga kemudian diterima ketika telah menjadi sesuatu.

Penolakan gereja yang kudapat justru mendorongku untuk bergerak maju. Toh sejarah gereja juga diwarnai dengan anak-anak muda yang dapat visi berbeda yang ditentang pada zamannya. Jadi kupikir ini zamanku dan ini waktuku.

Itulah sebabnya aku mengundang dan menantang siapa saja yang membaca blog ini untuk mendonasikan berapa rupiah pun yang dimiliki.

Aku punya visi dan perlu teman untuk mengujudkannya. Maukah kamu mengambil bagian itu ?

No. rekening BCA cabang Iskandar Muda a/n Novita SRS 3490790941

Comments

Popular posts from this blog

kangenku melayang

Aku kangen banget hari ini- dengan kamu – pria yang begitu mempesona. Tapi rinduku ga pernah jelas bagimu. Kamu menejermahkannya dengan candaan tetapi aku mengartikannya sebagai penolakan. Rinduku ga pernah penting untukmu. Sesaat aku menyesal mencintaimu. Tetapi aku terlanjur mencintaimu dan aku ga akan pernah mencabutnya kembali. Aku terlalu mencintaimu. Akh..andai waktu bisa terulang. Andai jarak bisa ditiadakan… Jangan bilang aku kekanakan. Jangan bilang aku tidak mengerti dengan yang kukatakan. Bahasaku sederhana – aku hanya ingin berada disisimu.

Sedikit curhat ama seorang novie..

Kalo kamu...cowo impian kamu kaya gimana nov? Kalo gw...yang pasti dia seorang wanita (hehehe...iyalah)...tunggu belon selesai...dia seorang wanita yang cantik. Terus, dia harus punya suara yang bagus. Dan, gw suka cewe yang bisa maen piano, well ga terlalu jago gpp...yang penting suaranya aja harus bagus. Cewe yang manja, tapi juga bisa ambil keputusan untuk hal-hal yang penting. Yang bisa mengasihi gw apa adanya. Typicall working woman, supaya bisa menghargai sebuah jerih payah dalam mencari uang. Susah kalo punya cewe yang nantinya cuma nongkrong di rumah doang...biasanya sih jadi cewewet and cemburuan banget. Dan...cinta Tuhan. HUaaaaaaaaaaah ada ga ya wanita seperti itu ?????

Cara melupakan Kenangan Pahit

Kenangan pahit tidak perlu dipaksa dilupakan. Biarkan saja dia mengendap dengan sendirinya. Aku yakin waktu bisa membuat kenangan itu terlupakan. Dan inilah yang kualami. Aku perlu waktu yang lama untuk bisa melupakan kenangan itu. Awalnya pengen buru-buru menghapusnya dan menguburnya namun aku memilih proses waktu yang melakukannya. Malam ini aku menguji coba lagi apakah kenangan itu masih terasa pahit dan sakit saat aku melihat wajah itu. Puji Tuhan ternyata tidak. Aku melihatnya sama seperti jika aku melihat wajah orang lain. Memang kenangan itu masih ada tapi tidak lagi menimbulkan rasa nyeri seperti yang kurasakan untuk pertama kali pada 4 tahun silam. Kenangan yang pahit hanya bisa merubah ketika kita secara berani membiarkan hati kita melakukan recovery secara berlahan dan tidak dipaksakan. Artinya memberikan kesempatan kepada diri sendiri untuk menyembuhkan lukanya sendiri. Aku pun melakukannnya dengan sangat berlahan. Pertama memberikan diriku kesempatan untuk menangis. Kedua ...