Skip to main content

arti cincin di jari manis




Hari ini seorang teman dari Jepang bertanya padaku apakah aku telah menikah. Aku balik bertanya kenapa dia berpikir demikian dan jawabannya karena aku memakai cincin di jari manis kiri. Aha!

Pertanyaan ini pernah juga terlontar di hari terakhir aku di Jerusalem saat menghadiri konvokasi doa internasional. Seorang volunteer dari negara South Afrika menanyakan hal yang sama. Dan wanita ini menanyakan hal itu karena ternyata seorang pria bertanya kepadanya apakah aku telah menikah.

Waktu itu aku belum bisa menangkap hubungan antara memakai cincin yang telah puluhan tahun menghiasi jariku dengan apakah aku telah menikah atau belum.

Wanita itu bilang hampir di seluruh negara terutama negara barat, orang yang memakai cincin di jari manis kiri adalah orang yang telah menikah.

Waktu itu pula wanita itu memandang kasihan padaku. Oh Tuhan benci sekali aku pandangan itu. Dari pandangannya aku mengartikan kalau aku telah melewati kesempatan untuk bertemu dengan para pria yang luar biasa di acara itu.

Sejujurnya menyesal juga sampai kemudian setelah aku bepikir lagi, aku seharusnya tidak perlu merasa menyesal karena kemudian aku berpikir jika seorang pria benar-benar tertarik padaku, dia akan mencari tahu apakah aku telah benar menikah atau tidak dan bukan hanya sekedar menyimpulkan.

Toh di konvokasi doa itu aku juga dilamar dengan sangat romantisnya oleh seorang bule afrika hahaha. Dia menatapku dan berkata,"would you be my wife ? If yes, I will come to Indonesia."

Dan aku yang berdiri di depannya dengan tinggi yang hanya setengahnya malah membalas menatap dengan penuh kengerian. "Thank you for purposing me but honestly I do not like a black man. I am so sorry." jawabanku memang sangat kasar dan rasis tapi aku bisa apalagi. Waktu itu bahasa Inggrisku sangat terbatas dan yang kedua cara dia melamarku adalah cara yang mengingatkanku pada film-film barat ketika film masih hitam putih hahaha...

Honestly, jawabannya adalah aku menolaknya karena aku memang tidak tertarik.

Balik ke soal cincin....

Teman Jepang tadi akhirnya menyarankan agar aku memindahkan letak cincin itu. Awalnya lagi, aku melakukannya sampai kemudian aku berpikir untuk apa?

"Di luar sana pasti akan ada pria yang suka denganmu tapi cincin ini akan membuat mereka berpikir dua kali untuk mendekatimu atau tidak,"

Aha! Berpikir dua kali. AKU SUKA KALIMAT ITU.

Jadi aku katakan padanya, "Kau tahu, aku pikir memang sangat rasional untuk memindahkan cincin ini tapi menurutku dengan membiarkan cincin ini ada di jari manisku justru membuat pria yang akhirnya benaran mau datang mendekat adalah pria yang benar-benar serius mau mengenalku lebih jauh. Kau tahu, menurutku untuk apa aku melakukan seleksi kalau cincin ini telah melakukannya untukku."

Diia bengong.

"Selain itu, aku tahu sebenarnya TUhan telah mempersiapkan seoarang pria yang istimewa buatku. Aku hanya perlu bersabar dan menikmati waktu yang ada dengan cincin ini sebagai pengamannya. "

---------------------

Sebenarnya aku pun punya persepsi yang sama soal cincin di jari manis. Namun jika pria yang kusukai ternyata punya cincin di jari manis, tetap saja aku berusaha memastikan apakah cincin itu cincin kawin atau tidak. Jadi, kalau aku saja mau berusaha mencari tahu soal cincin itu ; mengapa aku kuatir pria yang tepat tidak melakukannya buatku.


---------------------------------

Semoga priaku nanti membawakan aku cincin emas putih dengan berlian sebagai hiasannya..aku pasti suka sekali :)

Comments

Popular posts from this blog

6 bulan di LBI UI

Tadi usai nulis blog aku terkapar lagi. Demamnya kembali hikss..Sedih juga sih sakit di negeri yang jauh. Oh ya aku ingin cerita juga kelanjutan setelah kelulusanku itu. Setelah lulus aku berangkat ke Jakarta untuk mengikuti pembekalan bahasa Inggris selama 6 bulan. Di LBI UI bersama 49 peserta lainnya kami kembali ke layaknya anak sekolah masuk jam 9 dan pulang jam 3 sore. Memang sangat melelahkan tapi juga juga menyenangkan. Disana pula aku bertemu dengan beberapa orang yang istimewa yakni Mijon dan Budi yang kemudian menjadi mentor grammar, Indah yang selalu ada untuk memeriksa academic writingku dan mencari data baru tentang kampus yang kutuju, serta Dolphin- seorang sahabat yang membuatku selalu bersyukur dengan apa yang kumiliki. Aku memang dekat dengan hampir seluruhnya tapi mereka yang kusebutkan tadi punya andil besar hingga aku sampai sekolah ke Inggris ini. Mereka membuktikan dirinya selalu ada saat aku memerlukan mereka. Aku masih saja bepikir mereka dipilih karna Tuhan ta

Semua dimulai dengan mimpi

Mimpi menjadi hal yang penting dalam hidupku. Peristiwa-peristiwa penting dalam hidupku semuanya dimulai dengan mimpi. Sebagai anak Ayah (red: Tuhan Yesus Kristus), aku percaya tidak ada yang terjadi secara kebetulan. Semuanya telah ditetapkan sejak dunia belum dijadikan (Ini yang kitab perjanjian lama katakan lho). Sejak aku mengalami masa traumatis karena ditinggalkan tunanganku tahun 2007, aku mengalami masa yang sukar. Aku jatuh bangun untuk kembali tegak dan menjadi Novita sebelum kejadian itu. Dan itu tidak mudah. Perlu waktu bertahun-tahun bahkan hingga sekarang untuk terus disadarkan betapa kejadian itu hanyalah bagian yang seharusnya membuatku tersenyum karena justru dalam keadaan sukar itu aku bisa melihat kemurahan dan kesetianNya mengalir. Suatu hari seperti biasa aku membaca koran kompas di ruang tamu tempat aku bekerja sebagai wartawan radio. Disitu ada iklan beasiswa tentang FORD FOUNDATION. Iklan itu menarik dan aku beberapa kali telah pernah dikirimi website oleh teman

Pria di Seven Sisters

Pria itu manis. Sangat manis malah. Kadang bingung sendiri kenapa pria semanis dia rela saja tersenyum meski aku mengacuhkannya sedemikian rupa. Kemarin aku melihatnya duduk dua baris di depanku dan ketika dia menoleh seperti mencari seseorang, cepat-cepat aku mengambil buku dan pura-pura membacanya. Sayangnya buku sialan itu terbalik hahahaha..Mati mengenaskan!! Dia tersenyum dan bola matanya berpijar mentertwakan kebodohanku. Sialan! Pria itu memang belakangan kayak bayanganku saja, dia ada dimana-mana. Waktu aku ke Falmer Market di Lewes, dia juga ada disana- tersenyum dengan lebarnya melihatku. Aku terpaksa berhenti karena dia langsung menyediakan sebuah bangku, tapi aku memilih berdiri. Dia bertanya ini itu; semua hal yang pribadi. Aku menjawab berputar-enggan membagi hidupku bersamanya. Aku melihat ditangannya dia memegang dua botol yogurt,"Kamu suka yogurt juga ternyata," "Yah, sama denganmu kan ?" Sebenarnya kaget dia tau aku beli yogurt dan den