Skip to main content

Jendela kamar

Seharian ini aku belajar tips menghadapi IELTS karena memang bulan Juni akhir ini aku akan tes final akhir untuk kursus Pre Master di Univ. of Sussex UK. Aku berharap bisa mendapat nilai setidaknya 6 untuk semua band nya. Amin. Agak lelah juga sih belajar sendiri apalagi saat perasaaan tertekan dan masih belum pulih dari sakit batuk, flu dan demam ini.

Tadi sempat tidur sebentar terus maen ke facebook dan sekarang nulis blog sambil dengarin Sidney Mohede. Oh ya ada cerita lucu nih. Jumat lalu aku mutarin Sidney dimac book sambil ngabisin lunch. Nah seorang bule Chili bertanya itu lagu Indonesiakah ? Aku katakan iyah. Dia terlihat menikmati lagunya terus mungkin karena penasaran dia datang ke mejaku dan ingin melihat langsung aksi Sidney Mohede dan benaran dia menikmatinya. Katanya bagus. Padahal dia kagak tahu Sidney itu lagi nyanyiin lagu rohani "Tiada SepertiMU," dan puji Tuhan, sejak itu kami jadi teman hehe :)

Rencananya hari ini aku mau selesaikan menyimak semua tips IELTS itu terus membuat konsep project writing yang akan dikumpul dua minggu depan. Nah pas mau tidurnya baca Alkitab Nehemia dulu dan meneruskan buku Key Concept Journalism Studies. Buku ini bagus dan termasuk buku baru. Konsepnya jelas dengan perkembangan sisi media yang terbaru pula. Hal yang membuatku takjub, dia memiliki banyak referensi buku untuk setiap bagian kecil yang dia tulis. Jadi sangat recommended. Ha yahhhhhh!

Kau tau tidak apa yang paling kusuka dari kamarku ini selain lampu gantung orangenya ? Aku suka dengan jendelanya. Sejujurnya aku memang suka rumah yang banyak pintu dan jendelanya hahaha..dan Tuhan memberikannya padaku sekarang. Dulu, di Medan aku tidak punya jendela yang menghadap taman tapi kini aku punya...





Indah kan...

Tuhan memang baik; dengan segala caraNya

Comments

Popular posts from this blog

kangenku melayang

Aku kangen banget hari ini- dengan kamu – pria yang begitu mempesona. Tapi rinduku ga pernah jelas bagimu. Kamu menejermahkannya dengan candaan tetapi aku mengartikannya sebagai penolakan. Rinduku ga pernah penting untukmu. Sesaat aku menyesal mencintaimu. Tetapi aku terlanjur mencintaimu dan aku ga akan pernah mencabutnya kembali. Aku terlalu mencintaimu. Akh..andai waktu bisa terulang. Andai jarak bisa ditiadakan… Jangan bilang aku kekanakan. Jangan bilang aku tidak mengerti dengan yang kukatakan. Bahasaku sederhana – aku hanya ingin berada disisimu.

Sedikit curhat ama seorang novie..

Kalo kamu...cowo impian kamu kaya gimana nov? Kalo gw...yang pasti dia seorang wanita (hehehe...iyalah)...tunggu belon selesai...dia seorang wanita yang cantik. Terus, dia harus punya suara yang bagus. Dan, gw suka cewe yang bisa maen piano, well ga terlalu jago gpp...yang penting suaranya aja harus bagus. Cewe yang manja, tapi juga bisa ambil keputusan untuk hal-hal yang penting. Yang bisa mengasihi gw apa adanya. Typicall working woman, supaya bisa menghargai sebuah jerih payah dalam mencari uang. Susah kalo punya cewe yang nantinya cuma nongkrong di rumah doang...biasanya sih jadi cewewet and cemburuan banget. Dan...cinta Tuhan. HUaaaaaaaaaaah ada ga ya wanita seperti itu ?????

Cara melupakan Kenangan Pahit

Kenangan pahit tidak perlu dipaksa dilupakan. Biarkan saja dia mengendap dengan sendirinya. Aku yakin waktu bisa membuat kenangan itu terlupakan. Dan inilah yang kualami. Aku perlu waktu yang lama untuk bisa melupakan kenangan itu. Awalnya pengen buru-buru menghapusnya dan menguburnya namun aku memilih proses waktu yang melakukannya. Malam ini aku menguji coba lagi apakah kenangan itu masih terasa pahit dan sakit saat aku melihat wajah itu. Puji Tuhan ternyata tidak. Aku melihatnya sama seperti jika aku melihat wajah orang lain. Memang kenangan itu masih ada tapi tidak lagi menimbulkan rasa nyeri seperti yang kurasakan untuk pertama kali pada 4 tahun silam. Kenangan yang pahit hanya bisa merubah ketika kita secara berani membiarkan hati kita melakukan recovery secara berlahan dan tidak dipaksakan. Artinya memberikan kesempatan kepada diri sendiri untuk menyembuhkan lukanya sendiri. Aku pun melakukannnya dengan sangat berlahan. Pertama memberikan diriku kesempatan untuk menangis. Kedua ...