Skip to main content

Kelas Journalism and Media Studies tahap 1

Lama tak menulis di blog ini, terasa ada yang hilang. Aku baru saja pulang dari kampus. Ini minggu kedua dari 10 minggu yang harus aku jalani di term Autumn di kampus Sussex Inggris.

Aku ingin cerita sedikit mengenai hal yang terjadi setelah aku gagal di ujian akhir pre sessional english class. Seperti saran Rachel Cole, aku kemudian megikuti ujian kedua. Awalnya Rachel bilang tipe ujiannya sama dengan yang kuperoleh di CAAD, nyatanya tidak. Tipenya seperti IELTS. Aku seperti mati berdiri dan nyaris menangis bahwa kali ini pun tipis harapan untuk bisa lulus. Benar saja aku gagal dan nilanya malah turun dari 6, 5 menjadi 5, 5. Aku panik, sedih, marah, semuanya bercampur jadi satu. Waktu aku menerima nilai itu di ruangan Dan Quin, aku berkali-kali menarik nafas panjang. Dan sepertinya merasakan beban yang kualami karena dia kemudian berkata, "I am so sorry.."

"So, what should I do ?"
"You have two option. First, you can take one year english class more, then go home to your country then come back again to study with us.."

"But you know, I can't do that. This is the only chance that I have if not, they will send me back to Indonesia. My scholarship just give me one year," Suaraku bergetar

" Or you can choose other subjects except journalism and media studies and applied english language. Your score more than enough for others,"

Aku menggeleng kuat-kuat. Tentu saja aku tidak mau pindah jurusan. Aku tahu apa yang kumau dan aku tidak akan membiarkan apapun untuk mengubahnya. Aku sudah berjalan sejauh ini. Aku meninggalkan banyak hal yakni bapak mamaku yang tua, pekerjaanku, kk Deti dan segala impian yang aku dan kak Deti bangun untuk memiliki rumah baca bagi anak-anak di pinggiran kota Medan. Tidak! Aku tidak bisa pulang. Aku tidak bisa pulang tanpa berkas-berkas yang Tuhan janjikan untuk aku bagikan kepada orang-orang malang di luar sana. Tidak Tuhan, jangan biarkan aku pulang.

"Maybe I can talk to my convernor,"kataku lirih. Dan mengangguk setuju meski dia meragukan kalau kepala jurusan akan menerimaku dengan nilai 6, 5 karena jurusanku mensyaratkan 7. "Maybe, your strong back ground as journalist will help you,"

---------------------------------------------------------------
Aku seperti terbang ke gedung departemen Media, Music and Film (MFM). Aku berlari dari satu ruangan ke ruangan lain melihat kemungkinan jika aku bisa berbicara dengan orang-orang penting di departemenku. Tapi semua ruangan itu kosong. Aku kemudian ke school office di lantai dua dan bertemu dengan seorang perempuan bernama Anjuli. Dengan dada yang sesak aku menjelaskan segalanya. Dia melihat ke kedalaman mataku dan segera menelepon banyak nomor tapi tidak ada jawaban. Sementara aku dengan tenang menutup mataku berdoa,"Tuhan, aku ingin berada di tempat ini September mendatang untuk menyerahkan disertasiku," Aku mengucapkannya dengan lirih dan membayangkan aku berada di kantor ini setahun dari hari itu.

"No hope, "katanya semenit kemudian. Aku tersenyum. Sumpe, aku tidak yakin apa arti senyum yang tergambar itu. Lantas dia menyerahkan sejumlah alamat email yang bisa kuhubungi. Aku katakan terima kasih dan berlari ke IT services menuliskan permintaanku untuk diterima di jurusan jurnalisme dan studi media.

Ini emailnya

Dear An,


I am Novita Sianipar from Indonesia. I got an offer from Dept. Journalism
and Media Studies, yet it is conditional offer. So, I came to University of
Sussex last April in order take pre sessional English class. Unfortunately,
in the final exam I failed. I did not get a high enough score to get in
Dept. Journalism and Media Studies.

Now, I encouraged myself to send this email because I really need your
advice. As consideration for you, I have been working as journalist in
Indonesia for 8 years. I am doing a great job in one of national radio not
only as a reporter but also making radio features, to be producer, and
announcer. At the same time, I was a freelance writer for Kartini (a
national magazine).

I achieved two awards from North Sumatera province in Indonesia for two
writing features that I made. My bachelor background also journalism.

An, I told you these things because I am really interested in my subject
and I do not want throw everything because I fail in English class.

An, I need your advice. Could you give me an appointment so, I can get
some advice from you?


best wishes,


Novita Sianipar

Lantas An Nguyen memintaku mengirimkan nilai yang kuperoleh. 15 menit kemudian dia mengatakan akan ada email dari admission office. Sumpe, aku nggak tahu artinya. Kemudian aku menunggu terus menunggu di IT services sampai malam gelap. Saat itulah Mukesh datang dan menemaniku hingga kemudian aku tidak sanggup lagi untuk menunggu. Kami kemudian memilih berjalan kaki pulang. Untuk ku sekitar 45 dari kampus ke rumah, tapi bagi MUkesh ke rumahnya harus menempuah 30 menit tambahan lagi.

Hari itu yang kuingat, selain rasa kuatir harus pulang karena gagal adalah hatiku yang hangat karena aku punya seorang teman yang berjalan bersamaku. Terima kasih Tuhan buat Mukesh.

Esok harinya, aku ke kampus. Aku masih dalam keadaan tak berbentuk. Seribu kekuatiran datang menyerang dan sedikit harapan bahwa aku akan baik-baik saja. Aku membuka Mac dan mencek jika ada email dari admission office, namun kosong. Aku duduk lagi menuggu dan memutuskan untuk mengimel admission jika ada surat penerimaan untukku. Setengah jam kemudian surat itu datang.


AKU DITERIMA.

----------------------------------------------------

Hari itu juga aku membereskan segalanya. Aku mengambil CAS (Confirmation of Acceptance for Studies), dan membayar tahap pertama asrama kampus. Aih...leganya.

----------------------------------------------------

Ada banyak pelajaran yang kuambil dari situasi itu.

Pertama, ketika kau dalam kesesakan, menangis sangat tidak menolong. Bertindaklah.
Kedua, sekali lagi aku menyadari betapa Tuhan selalu saja menghadirkan malaikat-malaikatNya untuk membantuku. Terima kasih Anjuli.
Ketiga, orang bisa bilang tidak ada jalan keluar. Tapi percayalah, dalam TUhan selalu ada jalan keluar
keempat, menjadi tenang dan berdoalah. Manusia bisa saja telah memberikan keputusan tapi Tuhan yang mengendalikan keputusan akhirnya.

Terima kasih Tuhan karena sekali lagi Kau membuat perjalanan hambamu berhasil.Amin

Comments

Popular posts from this blog

6 bulan di LBI UI

Tadi usai nulis blog aku terkapar lagi. Demamnya kembali hikss..Sedih juga sih sakit di negeri yang jauh. Oh ya aku ingin cerita juga kelanjutan setelah kelulusanku itu. Setelah lulus aku berangkat ke Jakarta untuk mengikuti pembekalan bahasa Inggris selama 6 bulan. Di LBI UI bersama 49 peserta lainnya kami kembali ke layaknya anak sekolah masuk jam 9 dan pulang jam 3 sore. Memang sangat melelahkan tapi juga juga menyenangkan. Disana pula aku bertemu dengan beberapa orang yang istimewa yakni Mijon dan Budi yang kemudian menjadi mentor grammar, Indah yang selalu ada untuk memeriksa academic writingku dan mencari data baru tentang kampus yang kutuju, serta Dolphin- seorang sahabat yang membuatku selalu bersyukur dengan apa yang kumiliki. Aku memang dekat dengan hampir seluruhnya tapi mereka yang kusebutkan tadi punya andil besar hingga aku sampai sekolah ke Inggris ini. Mereka membuktikan dirinya selalu ada saat aku memerlukan mereka. Aku masih saja bepikir mereka dipilih karna Tuhan ta

Semua dimulai dengan mimpi

Mimpi menjadi hal yang penting dalam hidupku. Peristiwa-peristiwa penting dalam hidupku semuanya dimulai dengan mimpi. Sebagai anak Ayah (red: Tuhan Yesus Kristus), aku percaya tidak ada yang terjadi secara kebetulan. Semuanya telah ditetapkan sejak dunia belum dijadikan (Ini yang kitab perjanjian lama katakan lho). Sejak aku mengalami masa traumatis karena ditinggalkan tunanganku tahun 2007, aku mengalami masa yang sukar. Aku jatuh bangun untuk kembali tegak dan menjadi Novita sebelum kejadian itu. Dan itu tidak mudah. Perlu waktu bertahun-tahun bahkan hingga sekarang untuk terus disadarkan betapa kejadian itu hanyalah bagian yang seharusnya membuatku tersenyum karena justru dalam keadaan sukar itu aku bisa melihat kemurahan dan kesetianNya mengalir. Suatu hari seperti biasa aku membaca koran kompas di ruang tamu tempat aku bekerja sebagai wartawan radio. Disitu ada iklan beasiswa tentang FORD FOUNDATION. Iklan itu menarik dan aku beberapa kali telah pernah dikirimi website oleh teman

Pria di Seven Sisters

Pria itu manis. Sangat manis malah. Kadang bingung sendiri kenapa pria semanis dia rela saja tersenyum meski aku mengacuhkannya sedemikian rupa. Kemarin aku melihatnya duduk dua baris di depanku dan ketika dia menoleh seperti mencari seseorang, cepat-cepat aku mengambil buku dan pura-pura membacanya. Sayangnya buku sialan itu terbalik hahahaha..Mati mengenaskan!! Dia tersenyum dan bola matanya berpijar mentertwakan kebodohanku. Sialan! Pria itu memang belakangan kayak bayanganku saja, dia ada dimana-mana. Waktu aku ke Falmer Market di Lewes, dia juga ada disana- tersenyum dengan lebarnya melihatku. Aku terpaksa berhenti karena dia langsung menyediakan sebuah bangku, tapi aku memilih berdiri. Dia bertanya ini itu; semua hal yang pribadi. Aku menjawab berputar-enggan membagi hidupku bersamanya. Aku melihat ditangannya dia memegang dua botol yogurt,"Kamu suka yogurt juga ternyata," "Yah, sama denganmu kan ?" Sebenarnya kaget dia tau aku beli yogurt dan den