Skip to main content

buku-buku

Di luar mau hujan. Tapi aku belum memutuskan pulang. Ntar lagi deh.

Hari Minggu, aku beli buku lagi. Buku yang kesekian untuk bulan ini. 4 buku yang lain belum selesai ku baca, nah ini malah beli lagi. Ada apa denganku ?

4 buku yang pertama adalah buku rohani. 3 diantaranya buku serial karya Paul C .Gramn dan yang keempat karya Rick Warren. Judulnya Purpose Driven. Nah buku yang kelima, adalah buku yang aku lupa siapa pengarangnya (maybe namanya Bruce apa gitu....Dia seorang penasehat perkawinan); judulnya Rebuilding Your Relationship. Yah kira-kira bagaimana menata kehidupan kembali pasca berakhirnya sebuah hubungan hehhehehhe atau hik...hik..hik....

Sementara itu buku yang dua tahun lalu kubeli hingga kini masih berkutat di halaman 14. Ada juga satu buku lagi yang diberikan big boss tentang radio. Nah buku ini juga belum kelar dibaca. Selain karena lumayan berat, buku ini juga dalam bahasa Inggris. Jadi bacanya rada-rada ribet hehehheh.

Sebenarnya yang paling ingin kubaca itu, purpose driven trus rebuilding your relationship tapi kedua buku itu disarankan untuk dibaca sehari satu bab. Nah, buku itu ada 40 bab. Jadi sepertinya aku harus bersabar hingga 40 hari ke depan untuk melahapnya dalam 2 hari. Biasanya sih satu buku tebal aku habiskan dalam 2 hari. Dengan asumsi buku ini kubawa kemana, dibaca dimana-mana dan kapan saja ada waktu lowong.

Dan dalam proses baca kedua buku itu, mungkin aku bisa balap baca buku yang lain hihihihihi...

Aku suka banget baca buku. Mungkin saja, pangeranku juga suka baca buku. Kalau ga, bisa masak juga gpp hihihihi...

Comments

yossie said…
Mangstap...masih gemar membaca.....atau malahan makin gemar membaca? kalo gue pribadi...lagi demen memotret...hihihi.....always connected OK....(",)

Popular posts from this blog

kangenku melayang

Aku kangen banget hari ini- dengan kamu – pria yang begitu mempesona. Tapi rinduku ga pernah jelas bagimu. Kamu menejermahkannya dengan candaan tetapi aku mengartikannya sebagai penolakan. Rinduku ga pernah penting untukmu. Sesaat aku menyesal mencintaimu. Tetapi aku terlanjur mencintaimu dan aku ga akan pernah mencabutnya kembali. Aku terlalu mencintaimu. Akh..andai waktu bisa terulang. Andai jarak bisa ditiadakan… Jangan bilang aku kekanakan. Jangan bilang aku tidak mengerti dengan yang kukatakan. Bahasaku sederhana – aku hanya ingin berada disisimu.

Sedikit curhat ama seorang novie..

Kalo kamu...cowo impian kamu kaya gimana nov? Kalo gw...yang pasti dia seorang wanita (hehehe...iyalah)...tunggu belon selesai...dia seorang wanita yang cantik. Terus, dia harus punya suara yang bagus. Dan, gw suka cewe yang bisa maen piano, well ga terlalu jago gpp...yang penting suaranya aja harus bagus. Cewe yang manja, tapi juga bisa ambil keputusan untuk hal-hal yang penting. Yang bisa mengasihi gw apa adanya. Typicall working woman, supaya bisa menghargai sebuah jerih payah dalam mencari uang. Susah kalo punya cewe yang nantinya cuma nongkrong di rumah doang...biasanya sih jadi cewewet and cemburuan banget. Dan...cinta Tuhan. HUaaaaaaaaaaah ada ga ya wanita seperti itu ?????

Cara melupakan Kenangan Pahit

Kenangan pahit tidak perlu dipaksa dilupakan. Biarkan saja dia mengendap dengan sendirinya. Aku yakin waktu bisa membuat kenangan itu terlupakan. Dan inilah yang kualami. Aku perlu waktu yang lama untuk bisa melupakan kenangan itu. Awalnya pengen buru-buru menghapusnya dan menguburnya namun aku memilih proses waktu yang melakukannya. Malam ini aku menguji coba lagi apakah kenangan itu masih terasa pahit dan sakit saat aku melihat wajah itu. Puji Tuhan ternyata tidak. Aku melihatnya sama seperti jika aku melihat wajah orang lain. Memang kenangan itu masih ada tapi tidak lagi menimbulkan rasa nyeri seperti yang kurasakan untuk pertama kali pada 4 tahun silam. Kenangan yang pahit hanya bisa merubah ketika kita secara berani membiarkan hati kita melakukan recovery secara berlahan dan tidak dipaksakan. Artinya memberikan kesempatan kepada diri sendiri untuk menyembuhkan lukanya sendiri. Aku pun melakukannnya dengan sangat berlahan. Pertama memberikan diriku kesempatan untuk menangis. Kedua ...