Skip to main content

liputan hari ini

ugh, medan panas banget hari ini. ga tau pasti sih berapa derajat tapi pokoknya panaslah.

jam 11 aku dah nyampe di ruang fraksi PKS trus tanya2 soal pertemuan tertutup yang dilakukan kemarin - bahas rencana paripurna pengangkatan wagubsu bermasalah. hasilnya, ternyata harus dilanjutkan tanya ke ketua dewan langsung.

alhasil kita nunggu - nongkrong bareng teman2. semua dibahas. aku banyak diam soalnya demanku masih ada plus tenggorokan yang kering abis.


temanku bilang gini, "Nov, aku bisa kritik kau ga hari ini?
aku mendongak ke atas karena dia berdiri sementara aku duduk bersila mendengar penjelasan Yenni-rekanku dari media indonesia.
"enggak hari ini." aku menundukkan kepala dan mencoretkan sesuatu ke notes. bete banget khan terima kritik di hari "yang seakan ingin menyedot seluruh cairan tubuhku keluar."
"tapi ini bagus nov.untuk kebaikanmmu di masa mendatang"
"aku terima maksudmu. tapi ga hari ini. hari ini sudah terlalu buruk dan aku ga pengen semakin merusaknya."
"maksudku...aku hanya ingin bilang lebih baik kalo..."
"kau dengar ga sih perkataanku tin, ga hari ini...plisssss"suaraku kutekan serendah mungkin tapi aku langsung tau aku gagal menyembunyikan kejengkelanku. yenni langsung memandangku heran.
aku melengos aja.

dan insiden itu pun berlalu.

aku eh ditunggu lamaaaaaaaaaa banget gitu bisa cegat sang ketua, durasi yang didapat ga sampe 3 menit. sebel! mana komentarnya singkat2 dan terpotong sama pertanyaan wartawan (woi! gimana gua mo reportase langsung dengan kondisi suara wartawan yang lebih banyak terdengar.dasar!!!) trus kita ke dinas pertanian yang jauhnya di ujung bumi hiksss

perasaanku melayang banget...pengen langsung jatuh ke tempat tidur dan istrahat..tapi boro2 istrahat, aku baru inget kamarku tengah di rehab...ampun..

izinkan aku menuliskan ini. kenapa?AKU MUMET!!!

Comments

Popular posts from this blog

kangenku melayang

Aku kangen banget hari ini- dengan kamu – pria yang begitu mempesona. Tapi rinduku ga pernah jelas bagimu. Kamu menejermahkannya dengan candaan tetapi aku mengartikannya sebagai penolakan. Rinduku ga pernah penting untukmu. Sesaat aku menyesal mencintaimu. Tetapi aku terlanjur mencintaimu dan aku ga akan pernah mencabutnya kembali. Aku terlalu mencintaimu. Akh..andai waktu bisa terulang. Andai jarak bisa ditiadakan… Jangan bilang aku kekanakan. Jangan bilang aku tidak mengerti dengan yang kukatakan. Bahasaku sederhana – aku hanya ingin berada disisimu.

Sedikit curhat ama seorang novie..

Kalo kamu...cowo impian kamu kaya gimana nov? Kalo gw...yang pasti dia seorang wanita (hehehe...iyalah)...tunggu belon selesai...dia seorang wanita yang cantik. Terus, dia harus punya suara yang bagus. Dan, gw suka cewe yang bisa maen piano, well ga terlalu jago gpp...yang penting suaranya aja harus bagus. Cewe yang manja, tapi juga bisa ambil keputusan untuk hal-hal yang penting. Yang bisa mengasihi gw apa adanya. Typicall working woman, supaya bisa menghargai sebuah jerih payah dalam mencari uang. Susah kalo punya cewe yang nantinya cuma nongkrong di rumah doang...biasanya sih jadi cewewet and cemburuan banget. Dan...cinta Tuhan. HUaaaaaaaaaaah ada ga ya wanita seperti itu ?????

Cara melupakan Kenangan Pahit

Kenangan pahit tidak perlu dipaksa dilupakan. Biarkan saja dia mengendap dengan sendirinya. Aku yakin waktu bisa membuat kenangan itu terlupakan. Dan inilah yang kualami. Aku perlu waktu yang lama untuk bisa melupakan kenangan itu. Awalnya pengen buru-buru menghapusnya dan menguburnya namun aku memilih proses waktu yang melakukannya. Malam ini aku menguji coba lagi apakah kenangan itu masih terasa pahit dan sakit saat aku melihat wajah itu. Puji Tuhan ternyata tidak. Aku melihatnya sama seperti jika aku melihat wajah orang lain. Memang kenangan itu masih ada tapi tidak lagi menimbulkan rasa nyeri seperti yang kurasakan untuk pertama kali pada 4 tahun silam. Kenangan yang pahit hanya bisa merubah ketika kita secara berani membiarkan hati kita melakukan recovery secara berlahan dan tidak dipaksakan. Artinya memberikan kesempatan kepada diri sendiri untuk menyembuhkan lukanya sendiri. Aku pun melakukannnya dengan sangat berlahan. Pertama memberikan diriku kesempatan untuk menangis. Kedua ...