Aku mengenal kata persembahan perpuluhan ketika aku SMA. Aku masih ingat persembahan persepuluhan yang pertama Rp 7.000. Waktu itu mama memberikan aku uang jajanan bulanan dan ongkos angkot Rp 70 ribu.
Ketika aku kuliah persembahan persepuluhan ini meningkat menjadi Rp 35 ribu. Aku masih ingat juga betapa bergumulnya aku dengan persembahan ini karena aku menganggap jumlah itu sangat banyak. Jadi waktu itu, aku tidak teratur memberikannya (hahaha) sampai ditahun terakhir aku kuliah, aku mulai teratur melakukannya. Namun aku melakukannya karena aku selalu saja diingatkan oleh kakak-kakak rohani yakni Kak Henny, Kak Tia, Kak Sukma. Aku menjadi teratur memberinya karena kesaksian kak Sukma. Waktu itu dia cerita kalau setelah tamat kuliah dia tidak juga mendapat kerja. Dia menganggur dan tidak punya penghasilan. Dia bilang, dia hanya punya beberapa ayam dan ayam itu bertelur. Nah, penjualan telur itu sepersepuluhnya diberikan pada Tuhan. Kalau nggak salah hanya Rp 1.500. (Waktu itu aku lebih kaya daripada kak Sukma, karena setiap bulan aku mendapat Rp 350 ribu dari mama). Kak Sukma bilang, memberi bukan persoalan jumlah tapi karena menghormati Tuhan dan mengembalikan apa yang menjadi hakNya Tuhan (Meleakhi).
Aku ingat, aku malu sekali waktu itu. Aku pikir, kalau kk Sukma bisa memberi dari kekurangannya, masakan aku nggak bisa.
Waktu aku bekerja dan mendapatkan gaji pertamaku, aku kembali bergumul soal perpuluhan karena aku memang punya alasan yang bagus hahaha. Pertama, gajiku hanya Rp 250 ribu (tahun 2002) dan itu nggak cukup buatku. Kedua, gaji itu lebih kecil dari uang jajanku waktu kuliah. Ini nggak adil menurutku karena waktu kuliah dimana uangku lebih banyak aku memakainya hanya untuk jajan dan ongkos, namun waktu kerja dimana uangnya lebih kecil aku memakainya untuk makan siang dan terkadang malam (kalau pekerjaan menumpuk) dan untuk ongkos (dengan frekuensi yang lebih banyak karena aku bekerja sebagai wartawan).
Tapi kemudian aku memilih taat dan memberikan perpuluhan. Sayangnya aku memberikannya juga tidak teratur. Entah apa yang dipikirkan Tuhan ya karena hanya butuh 3 bulan aku pindah kerja dan mendapatkan gaji yang jauh lebih besar (lebih dari 100 X lipat).
Aku ingat gaji pertamaku di Radio Prapanca Trijaya Rp 600 ribu. Kalau kupikir-pikir Tuhan itu memang luar biasa. DIA tetap setia meski aku nggak setia. Makanya kemudian aku teratur memberi perpuluhan karena aku malu sama Tuhan. Aku malu tidak setia tapi Tuhan setia membuatku sejahtera hahaha.
Tahun 2007, aku pindah gereja dari GKKD ke GBI Rayon 4. Oh, disana aku belajar lebih banyak tentang tipe-tipe persembahan. Disana juga aku belajar tentang persembahan khusus dan persembahan penginjilan, anak yatim, janda, persembahan untuk bangsa Israel dan persembahan awal tahun, akhir tahun, pembangunan gereja dan banyak lagi yang aku nggak ingat.
Awalnya aku merasa gereja ini gila uang. Tapi kemudian aku berpikir ini kan bukan soal dana untuk gereja. Ini soal apakah aku mencintai Tuhan dengan hartaku ?
Jujur aku bergumul sekali untuk memberi pada tiap jenis persembahan yang kusebutkan diatas. Disaat itulah aku mulai mempertanyakan kadar kasihku pada Tuhan. Aku merasa aku tidak sungguh-sungguh mengasihi Tuhan jika itu melibatkan aku harus memberikan uangku. Ketika aku semakin merasa memberi uang itu berat, aku semakin menyadari hatiku terikat pada hartaku dan itu membuatku menangis karena sangat menunjukkan dengan jelas kalau aku nggak sungguh-sungguh mengasihi Tuhan.
Aku kemudian masuk dalam tahap kesadaran "mengasihi Tuhan berarti mengasihiNya dengan hartaku,"
Jadi aku memberikan persembahan-persembahan tadi. Kadang tetap merasa berat tapi aku senang melakukannya karena aku benar-benar pengen Tuhan tersenyum dengan hidupku dan tidak menyesal memberkatiku haha...
Dan aku katakan dua hal yah...
Pertama, justru disaat aku banyak memberi itu, Tuhan mengizinkan aku ke Israel dengan biaya pribadi yang kukeluarkan hanya Rp 8 juta saja. Padahal total pengeluaran Rp 23 juta.
Kedua, Tuhan kini mengizinkan aku sekolah ke Inggris dengan jalan mendapatkan beasiswa FORD FOUNDATION. Coba tebak, nilai uang yang kuperoleh ? Aku beritahu tahu satu hal lagi, beasiswa FORD adalah beasiswa termahal di dunia ini haha...Jadi bisa kau bayangkan jumlahnya dalam bentuk mata uang Inggris (pound)
Dan gilanya, aku kembali lagi mendapat pergumulan untuk memberi perpuluhanku karena kali ini jumlahnya sangat begitu besar.
Menurutku begitulah cara kerjanya Tuhan. Tuhan yang kukenal selalu saja ingin aku sempuran dalam perkara-perkara. Jika soal persembahan di Indonesia aku udah lulus mugkin nilainya 8, kali ini di Inggris Tuhan mengajarku kembali dalam kelas yang sama yakni kelas "mengasihi dengan harta".
Apakah aku lulus ?
Aku akan cerita usai kuliah nanti ya...Ini waktunya sarapan dan ke kampus...
I love you Ayah
Ketika aku kuliah persembahan persepuluhan ini meningkat menjadi Rp 35 ribu. Aku masih ingat juga betapa bergumulnya aku dengan persembahan ini karena aku menganggap jumlah itu sangat banyak. Jadi waktu itu, aku tidak teratur memberikannya (hahaha) sampai ditahun terakhir aku kuliah, aku mulai teratur melakukannya. Namun aku melakukannya karena aku selalu saja diingatkan oleh kakak-kakak rohani yakni Kak Henny, Kak Tia, Kak Sukma. Aku menjadi teratur memberinya karena kesaksian kak Sukma. Waktu itu dia cerita kalau setelah tamat kuliah dia tidak juga mendapat kerja. Dia menganggur dan tidak punya penghasilan. Dia bilang, dia hanya punya beberapa ayam dan ayam itu bertelur. Nah, penjualan telur itu sepersepuluhnya diberikan pada Tuhan. Kalau nggak salah hanya Rp 1.500. (Waktu itu aku lebih kaya daripada kak Sukma, karena setiap bulan aku mendapat Rp 350 ribu dari mama). Kak Sukma bilang, memberi bukan persoalan jumlah tapi karena menghormati Tuhan dan mengembalikan apa yang menjadi hakNya Tuhan (Meleakhi).
Aku ingat, aku malu sekali waktu itu. Aku pikir, kalau kk Sukma bisa memberi dari kekurangannya, masakan aku nggak bisa.
Waktu aku bekerja dan mendapatkan gaji pertamaku, aku kembali bergumul soal perpuluhan karena aku memang punya alasan yang bagus hahaha. Pertama, gajiku hanya Rp 250 ribu (tahun 2002) dan itu nggak cukup buatku. Kedua, gaji itu lebih kecil dari uang jajanku waktu kuliah. Ini nggak adil menurutku karena waktu kuliah dimana uangku lebih banyak aku memakainya hanya untuk jajan dan ongkos, namun waktu kerja dimana uangnya lebih kecil aku memakainya untuk makan siang dan terkadang malam (kalau pekerjaan menumpuk) dan untuk ongkos (dengan frekuensi yang lebih banyak karena aku bekerja sebagai wartawan).
Tapi kemudian aku memilih taat dan memberikan perpuluhan. Sayangnya aku memberikannya juga tidak teratur. Entah apa yang dipikirkan Tuhan ya karena hanya butuh 3 bulan aku pindah kerja dan mendapatkan gaji yang jauh lebih besar (lebih dari 100 X lipat).
Aku ingat gaji pertamaku di Radio Prapanca Trijaya Rp 600 ribu. Kalau kupikir-pikir Tuhan itu memang luar biasa. DIA tetap setia meski aku nggak setia. Makanya kemudian aku teratur memberi perpuluhan karena aku malu sama Tuhan. Aku malu tidak setia tapi Tuhan setia membuatku sejahtera hahaha.
Tahun 2007, aku pindah gereja dari GKKD ke GBI Rayon 4. Oh, disana aku belajar lebih banyak tentang tipe-tipe persembahan. Disana juga aku belajar tentang persembahan khusus dan persembahan penginjilan, anak yatim, janda, persembahan untuk bangsa Israel dan persembahan awal tahun, akhir tahun, pembangunan gereja dan banyak lagi yang aku nggak ingat.
Awalnya aku merasa gereja ini gila uang. Tapi kemudian aku berpikir ini kan bukan soal dana untuk gereja. Ini soal apakah aku mencintai Tuhan dengan hartaku ?
Jujur aku bergumul sekali untuk memberi pada tiap jenis persembahan yang kusebutkan diatas. Disaat itulah aku mulai mempertanyakan kadar kasihku pada Tuhan. Aku merasa aku tidak sungguh-sungguh mengasihi Tuhan jika itu melibatkan aku harus memberikan uangku. Ketika aku semakin merasa memberi uang itu berat, aku semakin menyadari hatiku terikat pada hartaku dan itu membuatku menangis karena sangat menunjukkan dengan jelas kalau aku nggak sungguh-sungguh mengasihi Tuhan.
Aku kemudian masuk dalam tahap kesadaran "mengasihi Tuhan berarti mengasihiNya dengan hartaku,"
Jadi aku memberikan persembahan-persembahan tadi. Kadang tetap merasa berat tapi aku senang melakukannya karena aku benar-benar pengen Tuhan tersenyum dengan hidupku dan tidak menyesal memberkatiku haha...
Dan aku katakan dua hal yah...
Pertama, justru disaat aku banyak memberi itu, Tuhan mengizinkan aku ke Israel dengan biaya pribadi yang kukeluarkan hanya Rp 8 juta saja. Padahal total pengeluaran Rp 23 juta.
Kedua, Tuhan kini mengizinkan aku sekolah ke Inggris dengan jalan mendapatkan beasiswa FORD FOUNDATION. Coba tebak, nilai uang yang kuperoleh ? Aku beritahu tahu satu hal lagi, beasiswa FORD adalah beasiswa termahal di dunia ini haha...Jadi bisa kau bayangkan jumlahnya dalam bentuk mata uang Inggris (pound)
Dan gilanya, aku kembali lagi mendapat pergumulan untuk memberi perpuluhanku karena kali ini jumlahnya sangat begitu besar.
Menurutku begitulah cara kerjanya Tuhan. Tuhan yang kukenal selalu saja ingin aku sempuran dalam perkara-perkara. Jika soal persembahan di Indonesia aku udah lulus mugkin nilainya 8, kali ini di Inggris Tuhan mengajarku kembali dalam kelas yang sama yakni kelas "mengasihi dengan harta".
Apakah aku lulus ?
Aku akan cerita usai kuliah nanti ya...Ini waktunya sarapan dan ke kampus...
I love you Ayah
Comments