Malam ini aku mengirimkan pesan kepada salah seorang sahabat. Hm, sudah lama sekali kami tidak bertegur sapa dengan hangatnya. Sejak kejadian yang membuatku mengenal sisi lain dirinya.
Bagiku dia adalah sahabat yang baik karenanya aku selalu saja bersedia melakukan apapun buatnya bahkan untuk mengorbankan makan siangku haha.
Waktu itu dia sms bilang nggak punya uang untuk bayar sewa rumah. Aku bingung harus lakukan apa karena waktu itu pula aku nggak punya uang. Akhirnya aku memutuskan pulang ke rumah untuk makan siang dan uangnya yang terkumpul kuberikan pada dia. Lumayan juga jumlahnya karena memang selain menyimpan uang makan siang, aku juga rela saja tidak hang out, nonton, atau beli coklat. Uangnya aku transfer ke dia.
Dia bilang itu utang tapi aku nggak suka prinsip utang. Jadi aku memberikannya bukan utang.
Sebulan kemudian dia sms lagi kali ini katanya untuk beli makanan sehari-hari. Waktu itu aku tanya bagaimana dia mengatur keuangannya. Dia ternyata mengkredit sebuah barang padahal untuk uang bulanannya saja dia sulit. Ampun memang anak itu. Aku kesel juga tapi dia tertawa lepas,"Sudah terlanjur, tolonglah. Kayaknya bonusku bulan depan gede jadi bisa nutupi semuanya,"
Kali ini aku memberikannya dalam bentuk utang. Aku terpaksa melakukannya karena aku pengen dia bertanggung jawab dalam keuangan. Uang itu memang dipulangkannya tepat dihari yang dijanjikannya, namun besoknya dia meminjam uang dalam jumlah yang sama lagi padaku.
Rasanya aku ingin meledak karena dia mulai merepotkanku. Tiap kali aku harus transfer, itu berarti aku harus memberikan waktu ke bank terdekat karena bank kami yang berbeda. Jadi yah memang sangat merepotkan.
Uang itu transfer juga, kali ini bukan utang. Aku katakan, ini yang terakhir.
Sebulan , dua bulan, sampai bulan ketiga dia sms lagi minjam uang.
Kali ini aku memang nggak bisa menolongnya. Aku baru saja menghabiskan tabunganku untuk beli kamera SLR, selain itu pekerjaanku lagi padat sehingga sangat tidak mungkin bagiku untuk kembali melakukan hal yang sama yakni menyimpan uang makan siangku untuknya. Dengan berat hati aku menolaknya. Dia menghiba dan memohon agar aku memakai uang mama. Aih, idenya mengerikan.
Namun dia memang beruntung karena esoknya bos memanggil dan menyerahkan uang senilai Rp 1 juta karena aku memberikan training kepada awak radio daerah selama 2 jam (wow..jumlah yang besar untuk trainer pemula hehe). Aku kemudian memberikan setengahnya buat dia.
Jadi begitulah aku memperlakukan sahabatku.
Sampai suatu ketika, entah mengapa iseng aku sms dia berpura-pura dan bilang kalau aku mau pinjam uang padanya. Wakt itu aku pengen tahu apa dia dia akan melakukan apa yang aku sudah lakukan padanya. Selain itu dia memang lagi dapat bonus banyak. Jadi aku mengujinya. Tapi anak ini sodara-sodara tidak membalas smsku. Aku pikir dia nggak ada pulsa, jadi aku meneleponnya. Dia mengangkat telponku dan di detik keberapa aku menyatakan niatku pinjam uang, " Sori Nov, aku telpon kau balik nanti yah. Aku ada meeting," dan KLIK!!!
Aku menunggu sehari sampai seminggu tapi tidak ada telpon balik. Jadi, aku sms dia lagi namun nggak ada jawaban. Aku telpon dia tapi nggak diangkat. Begitu terus sampai berhari-hari.
Akhirnya aku sadar kalau aku telah diperlakukannya sangat tidak adil. Awalya pengen kutelpon dia dan kumaki karena memperlakukanku sangat tidak sopan sebagai sahabat tapi kupikir, itu pun nggak ada gunanya.
Aku pun tertawa karena menyadari sahabat yang ini bukanlah sahabat. Jujur aku menyesal sekali melakukan uji coba itu. Tapi entahlah, mungkin itu ada baiknya juga bagiku untuk tahu siapa yang pantas disebut sahabat.
Dia memang menghubungiku beberapa bulan setelah kejadian itu, tapi hatiku telah berubah kepadanya. Dia mengeluhkan hidupnya yang payah dan aku katakan,"Aku turut bersimpati buatmu,"
Hm, ini memang kelemahanku. Ketika kepercayaan dan kesetiaanku dikhianati, aku nggak akan pernah sama lagi. Aku memang akan tetap berada saat mereka memerlukanku tapi tidak lagi mendapatkan seutuh aku pernah memberikannya.
Bagiku dia adalah sahabat yang baik karenanya aku selalu saja bersedia melakukan apapun buatnya bahkan untuk mengorbankan makan siangku haha.
Waktu itu dia sms bilang nggak punya uang untuk bayar sewa rumah. Aku bingung harus lakukan apa karena waktu itu pula aku nggak punya uang. Akhirnya aku memutuskan pulang ke rumah untuk makan siang dan uangnya yang terkumpul kuberikan pada dia. Lumayan juga jumlahnya karena memang selain menyimpan uang makan siang, aku juga rela saja tidak hang out, nonton, atau beli coklat. Uangnya aku transfer ke dia.
Dia bilang itu utang tapi aku nggak suka prinsip utang. Jadi aku memberikannya bukan utang.
Sebulan kemudian dia sms lagi kali ini katanya untuk beli makanan sehari-hari. Waktu itu aku tanya bagaimana dia mengatur keuangannya. Dia ternyata mengkredit sebuah barang padahal untuk uang bulanannya saja dia sulit. Ampun memang anak itu. Aku kesel juga tapi dia tertawa lepas,"Sudah terlanjur, tolonglah. Kayaknya bonusku bulan depan gede jadi bisa nutupi semuanya,"
Kali ini aku memberikannya dalam bentuk utang. Aku terpaksa melakukannya karena aku pengen dia bertanggung jawab dalam keuangan. Uang itu memang dipulangkannya tepat dihari yang dijanjikannya, namun besoknya dia meminjam uang dalam jumlah yang sama lagi padaku.
Rasanya aku ingin meledak karena dia mulai merepotkanku. Tiap kali aku harus transfer, itu berarti aku harus memberikan waktu ke bank terdekat karena bank kami yang berbeda. Jadi yah memang sangat merepotkan.
Uang itu transfer juga, kali ini bukan utang. Aku katakan, ini yang terakhir.
Sebulan , dua bulan, sampai bulan ketiga dia sms lagi minjam uang.
Kali ini aku memang nggak bisa menolongnya. Aku baru saja menghabiskan tabunganku untuk beli kamera SLR, selain itu pekerjaanku lagi padat sehingga sangat tidak mungkin bagiku untuk kembali melakukan hal yang sama yakni menyimpan uang makan siangku untuknya. Dengan berat hati aku menolaknya. Dia menghiba dan memohon agar aku memakai uang mama. Aih, idenya mengerikan.
Namun dia memang beruntung karena esoknya bos memanggil dan menyerahkan uang senilai Rp 1 juta karena aku memberikan training kepada awak radio daerah selama 2 jam (wow..jumlah yang besar untuk trainer pemula hehe). Aku kemudian memberikan setengahnya buat dia.
Jadi begitulah aku memperlakukan sahabatku.
Sampai suatu ketika, entah mengapa iseng aku sms dia berpura-pura dan bilang kalau aku mau pinjam uang padanya. Wakt itu aku pengen tahu apa dia dia akan melakukan apa yang aku sudah lakukan padanya. Selain itu dia memang lagi dapat bonus banyak. Jadi aku mengujinya. Tapi anak ini sodara-sodara tidak membalas smsku. Aku pikir dia nggak ada pulsa, jadi aku meneleponnya. Dia mengangkat telponku dan di detik keberapa aku menyatakan niatku pinjam uang, " Sori Nov, aku telpon kau balik nanti yah. Aku ada meeting," dan KLIK!!!
Aku menunggu sehari sampai seminggu tapi tidak ada telpon balik. Jadi, aku sms dia lagi namun nggak ada jawaban. Aku telpon dia tapi nggak diangkat. Begitu terus sampai berhari-hari.
Akhirnya aku sadar kalau aku telah diperlakukannya sangat tidak adil. Awalya pengen kutelpon dia dan kumaki karena memperlakukanku sangat tidak sopan sebagai sahabat tapi kupikir, itu pun nggak ada gunanya.
Aku pun tertawa karena menyadari sahabat yang ini bukanlah sahabat. Jujur aku menyesal sekali melakukan uji coba itu. Tapi entahlah, mungkin itu ada baiknya juga bagiku untuk tahu siapa yang pantas disebut sahabat.
Dia memang menghubungiku beberapa bulan setelah kejadian itu, tapi hatiku telah berubah kepadanya. Dia mengeluhkan hidupnya yang payah dan aku katakan,"Aku turut bersimpati buatmu,"
Hm, ini memang kelemahanku. Ketika kepercayaan dan kesetiaanku dikhianati, aku nggak akan pernah sama lagi. Aku memang akan tetap berada saat mereka memerlukanku tapi tidak lagi mendapatkan seutuh aku pernah memberikannya.
Comments