Pria itu manis. Sangat manis malah. Kadang bingung sendiri kenapa pria semanis dia rela saja tersenyum meski aku mengacuhkannya sedemikian rupa. Kemarin aku melihatnya duduk dua baris di depanku dan ketika dia menoleh seperti mencari seseorang, cepat-cepat aku mengambil buku dan pura-pura membacanya. Sayangnya buku sialan itu terbalik hahahaha..Mati mengenaskan!! Dia tersenyum dan bola matanya berpijar mentertwakan kebodohanku. Sialan!
Pria itu memang belakangan kayak bayanganku saja, dia ada dimana-mana. Waktu aku ke Falmer Market di Lewes, dia juga ada disana- tersenyum dengan lebarnya melihatku. Aku terpaksa berhenti karena dia langsung menyediakan sebuah bangku, tapi aku memilih berdiri.
Dia bertanya ini itu; semua hal yang pribadi. Aku menjawab berputar-enggan membagi hidupku bersamanya. Aku melihat ditangannya dia memegang dua botol yogurt,"Kamu suka yogurt juga ternyata,"
"Yah, sama denganmu kan ?"
Sebenarnya kaget dia tau aku beli yogurt dan dengan rasa yang sama, "Kebetulan saja,"
Dan entah kebetulan apa tidak, aku bertemu dengannya lagi d Sainsbury (sebuah supermaket kecil di kota Brighton), "Kamu mengikutiku ?" tembakku langsung.
"Oh tidak, temanku mengadakan pesta malam ini, jadi aku menolongnya berbelanja. Kau beli apa ?"
Tanpa sadar tangan kananku yang sedang memegang Kit-Kat refleks ke balik punggungku. Dia tertawa sedangkan aku ???
------------------------------------------------------
Aku buru-buru ke IT servisce kampus untuk memprint tugas. Mataku liar mencari komputer yang kosong dan ternyata dia juga ada disana dan sedang memandangku. Aku pura-pura tidak melihat karena sama sekali tidak nyaman dipandang dengan tatapan yang (entahlah..aku tak ingin geer). Aku mengabaikannya, mengambil posisi di sebuah komputer Mac di sudut kanan dan mulai bekerja dan di menit ke sekian, dia masih disana sedang melihatku. Bah!!
--------------------------------------------------
Aku nggak tahu siapa nama pria itu. Yang aku tahu dia sebenarnya penolongku. Dialah pria yang menolongku ketika aku hampir tergelincir jatuh ketika mendaki Seven Sisters. Ketika aku menjerit-jerit minta tolong dan tidak ada yang peduli karena mereka mengira aku sedang bercanda. Bahkan beberapa diantara mereka memotret adegan itu. Tapi dia segera datang menuruni tebing kapur yang terjal itu mengulurkan tangannya menolongku.
"Lepaskan peganganmu dan raih tanganku ok" katanya.
"Nggak mau! Aku takut! Aku akan jatuh," tangisku. Sementara aku bisa merasakan batu yang kupegang tak mampu lagi menahan laju tubuhku.
"Lihat kemari,tolong percaya samaku," pintanya tegas.
Aku tidak melakukan yang diperintahnya karena aku benar-benar takut. Jadi aku tidak yakin benar dengan yang selanjutnya yang terjadi. Hanya saja tiba-tiba saja dia sudah ada disamping, memelukku dan membawaku ke atas.
"Kau tidak apa-apa ?"tanyanya."Kalau kau mau berbaring, berbaring saja, Aku akan menunggumu sampai kau siap jalan lagi atau kau mau aku laporkan ke staf kampus agar mereka menolongmu untuk turun nanti?"
Aku menggeleng. Semenit, dua menit, tiga menit dan yang keluar dari bibirku hanyalah,"Jangan bilang ke orang lain, Aku malu."
Dia mengangguk setuju.
Pria itu memang belakangan kayak bayanganku saja, dia ada dimana-mana. Waktu aku ke Falmer Market di Lewes, dia juga ada disana- tersenyum dengan lebarnya melihatku. Aku terpaksa berhenti karena dia langsung menyediakan sebuah bangku, tapi aku memilih berdiri.
Dia bertanya ini itu; semua hal yang pribadi. Aku menjawab berputar-enggan membagi hidupku bersamanya. Aku melihat ditangannya dia memegang dua botol yogurt,"Kamu suka yogurt juga ternyata,"
"Yah, sama denganmu kan ?"
Sebenarnya kaget dia tau aku beli yogurt dan dengan rasa yang sama, "Kebetulan saja,"
Dan entah kebetulan apa tidak, aku bertemu dengannya lagi d Sainsbury (sebuah supermaket kecil di kota Brighton), "Kamu mengikutiku ?" tembakku langsung.
"Oh tidak, temanku mengadakan pesta malam ini, jadi aku menolongnya berbelanja. Kau beli apa ?"
Tanpa sadar tangan kananku yang sedang memegang Kit-Kat refleks ke balik punggungku. Dia tertawa sedangkan aku ???
------------------------------------------------------
Aku buru-buru ke IT servisce kampus untuk memprint tugas. Mataku liar mencari komputer yang kosong dan ternyata dia juga ada disana dan sedang memandangku. Aku pura-pura tidak melihat karena sama sekali tidak nyaman dipandang dengan tatapan yang (entahlah..aku tak ingin geer). Aku mengabaikannya, mengambil posisi di sebuah komputer Mac di sudut kanan dan mulai bekerja dan di menit ke sekian, dia masih disana sedang melihatku. Bah!!
--------------------------------------------------
Aku nggak tahu siapa nama pria itu. Yang aku tahu dia sebenarnya penolongku. Dialah pria yang menolongku ketika aku hampir tergelincir jatuh ketika mendaki Seven Sisters. Ketika aku menjerit-jerit minta tolong dan tidak ada yang peduli karena mereka mengira aku sedang bercanda. Bahkan beberapa diantara mereka memotret adegan itu. Tapi dia segera datang menuruni tebing kapur yang terjal itu mengulurkan tangannya menolongku.
"Lepaskan peganganmu dan raih tanganku ok" katanya.
"Nggak mau! Aku takut! Aku akan jatuh," tangisku. Sementara aku bisa merasakan batu yang kupegang tak mampu lagi menahan laju tubuhku.
"Lihat kemari,tolong percaya samaku," pintanya tegas.
Aku tidak melakukan yang diperintahnya karena aku benar-benar takut. Jadi aku tidak yakin benar dengan yang selanjutnya yang terjadi. Hanya saja tiba-tiba saja dia sudah ada disamping, memelukku dan membawaku ke atas.
"Kau tidak apa-apa ?"tanyanya."Kalau kau mau berbaring, berbaring saja, Aku akan menunggumu sampai kau siap jalan lagi atau kau mau aku laporkan ke staf kampus agar mereka menolongmu untuk turun nanti?"
Aku menggeleng. Semenit, dua menit, tiga menit dan yang keluar dari bibirku hanyalah,"Jangan bilang ke orang lain, Aku malu."
Dia mengangguk setuju.
Comments