Tidak Terasa besok tepat setahun aku menerima email bersejarah itu. Pagi itu 18 Agustus 2010, aku masuk kantor seperti biasa. Hm, sebenarnya bukan pagi yang biasa karena aku berangkat dengan hati terluka. Pagi itu mama kembali marah karena aku tidak juga menikah. Kali ini marahnya keterlaluan. Aku diam saja meski dia terus saja mengomel panjang mengatakan beberapa hal yang melukai hati. Aku mengambil handuk, mandi dan berpakaian dan mama masuk kekamar seakan ingin memastikan aku mendengar semua perkataannya. Aku mengemas tape recorder, pulpen, blok note dan memainkan sebuah lagu di pikiranku (untuk menghalau semua kalimat yang menusuk itu) dan mama terus saja mengejar dengan pertanyaan kapan, apa yang salah denganmu, apa dosaku sampai begini.
"Sabarlah ma, semua ada waktuNya. WaktuNya sempurna," balasku ringan.
Bukannya tenang, mama malah menjadi-jadi dan keluar lagi kalimat brengsek itu. Kalimat yang membuatku pernah menggugat Tuhan hingga berdarah. Tapi waktu itu, habis mama marah - aku duduk tergugu di tempat tidur. Hatiku luluh lantak. "Tuhan...sudah cukup. Tolong lakukan sesuatu dengan hidupku."
Dan pagi itu aku berangkat ke kantor, dan seperti biasa mengambil koran lokal dulu dan membacanya. Setengah jam kemudian, aku membuka komputer dan mengecek email. Ada sebuah email yang tidak biasa disana. Aku membukanya dan bingung dengan ucapan selamat dan kemudian ada deretan panjang daftar nama dan di urutan 36 tertera nama lengkapku.
Aku dinyatakan lulus seleksi beasiswa Ford Foundation.
Aku menjerit menyerukan nama Tuhanku dan langsung bersujud di lantai. Masih ada keajaiban ternyata.
----------------------------------------------------------
Dua hari lalu, seorang teman lama bertanya padaku.
"Kenapa kau belum menikah juga?"
"jangan egois dengan hidupmu. Pikirkan orang tua juga."
"Kau ini memang tak pernah serius ya untuk menikah. Yang diotakmu hanyalah kerja dan pengen sekolah,"
----------------------------------------------------------
Sejujurnya, aku tidak pernah doa minta sekolah lagi kepada Tuhanku. Aku justru selalu meminta agar aku segera menikah. Namun justru Tuhan menjawab doaku dengan paket sekolah gratis. Lantas, masakan aku membuangnya ? Siapa tahu justru dalam masa sekolah ini aku bertemu dengan seseorang. Siapa tahu paket yang kuterima adalah paket kembar. Jadi disinilah aku sekarang - menjalani hidupku dengan tersenyum karena memang "Ketika aku berseru, Tuhan mendengar teriakanku minta tolong,"
-----------------------------------------------------------
"Sabarlah ma, semua ada waktuNya. WaktuNya sempurna," balasku ringan.
Bukannya tenang, mama malah menjadi-jadi dan keluar lagi kalimat brengsek itu. Kalimat yang membuatku pernah menggugat Tuhan hingga berdarah. Tapi waktu itu, habis mama marah - aku duduk tergugu di tempat tidur. Hatiku luluh lantak. "Tuhan...sudah cukup. Tolong lakukan sesuatu dengan hidupku."
Dan pagi itu aku berangkat ke kantor, dan seperti biasa mengambil koran lokal dulu dan membacanya. Setengah jam kemudian, aku membuka komputer dan mengecek email. Ada sebuah email yang tidak biasa disana. Aku membukanya dan bingung dengan ucapan selamat dan kemudian ada deretan panjang daftar nama dan di urutan 36 tertera nama lengkapku.
Aku dinyatakan lulus seleksi beasiswa Ford Foundation.
Aku menjerit menyerukan nama Tuhanku dan langsung bersujud di lantai. Masih ada keajaiban ternyata.
----------------------------------------------------------
Dua hari lalu, seorang teman lama bertanya padaku.
"Kenapa kau belum menikah juga?"
"jangan egois dengan hidupmu. Pikirkan orang tua juga."
"Kau ini memang tak pernah serius ya untuk menikah. Yang diotakmu hanyalah kerja dan pengen sekolah,"
----------------------------------------------------------
Sejujurnya, aku tidak pernah doa minta sekolah lagi kepada Tuhanku. Aku justru selalu meminta agar aku segera menikah. Namun justru Tuhan menjawab doaku dengan paket sekolah gratis. Lantas, masakan aku membuangnya ? Siapa tahu justru dalam masa sekolah ini aku bertemu dengan seseorang. Siapa tahu paket yang kuterima adalah paket kembar. Jadi disinilah aku sekarang - menjalani hidupku dengan tersenyum karena memang "Ketika aku berseru, Tuhan mendengar teriakanku minta tolong,"
-----------------------------------------------------------
Tuhan ternyata memang tidak pernah terlambat menolong, hanya kita saja yang terkadang cepat putar haluan.
Comments