Bahagia..bahagia..Bahagia..
Bahagia itu ketika bisa ngobrol dengan Tuhan, bebas, lepas dan menikmati percakapan yang mengalir seperti kanak-kanak yang bermanja dengan Ayahnya. Kalau begitu, apalagi yang kurang ?
Akh, ternyata bahagia itu nggak rumit dan dan nggak mahal. Senangnya bisa bahagia dengan caraNya.
Aku mau cerita dikit ni..
Tadi pagi pas ngerjain disertasi, aku main ke You Tube dan ketik Sari Simorangkir terus entahlah bagaimana nyasar kesebuah video soal kisah kehidupan Yesus. Sebenarnya video kayak ini sudah sering aku tonton, jadi aku hanya dengarkan saja sambil mata fokus ke disertasi. Dan lawatan Tuhan terjadi saat video terputar, aku sampai berhenti. Tau ga, berhentinya pas cerita Zakeus pemungut cukai pengen lihat Tuhan Yesus dan karena dia pendek dia naik ke atas pohon. Nggak tahunya Yesus malah manggil Zakeus,"Zakeus, turunlah AKU mau makan di rumahmu,"
Waktu aku dengar kalimat itu, aku berhenti dan mengklik ke video itu dan melihat bagaimana reaksi Zakeus. Dan aku nangis, tertawa, dan menarik nafas panjang karena aku merasa akulah Zakeus itu. Lantas, dalam video itu diceritakan bagaimana perjumpaan Zakeus dengan Tuhan Yesus mengubahkan tabiatnya yang suka mencari laba dengan cara tak benar. Zakeus membagikan nyaris semua harta bendanya. Dan ketika itu lagi-lagi aku merasa aku juga harus seperti Zakeus. Perjumpaanku dengan Tuhan juga harus berbuah kebaikan bagi orang-orang lain terutama orang disekitarku.
Aku menangis lagi. Soalnya aku menyadari beberapa hal.
Pertama, aku kuatir dengan masa depan usai tamat kuliah ini.
Kedua, aku merasa aku berhak menyimpan semua uang yang kuperoleh dan akan menggunakannya hanya untukku dan keluarga
Dan kedua hal tersebut tidak benar karena aku berada disini di Inggris mendapatkan beasiswa ini justru bukan karena aku pintar, berusaha sekuat tenagaku atau memiliki kelebihan yang tak dimiliki peserta lain. BUKAN! Aku mendapatkan beasiswa ini karena Tuhan yang menginginkannya begitu. Tuhan ingin aku dapat beasiswa. Jadi disinilah aku di Inggris ini menikmati segala hal yang tidak pernah kunikmati dan bahkan menikmati hal-hal yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Dan aku menjadi kaya karena DIA yang menginginkannya begitu.
Lantas mengapa aku kuatir dengan masa depanku.
Lantas, mengapa aku merasa berhak menahan berkat cuma-cuma yang kuperoleh selama ini
Dan aku pun menangislah kayak anak kecil dan hanya menangis minta ampun. Aku teringat berkali-kali Mama cerita soal salah satu kerabat yang sedang sakit dan aku hanya mendengarkan dan tidak mengatakan apapun. Hatiku dingin karena masih sakit dengan apa yang mereka perbuat denganku dan keluargaku. Aku berpikir, sebagaimana kalian tidak memperhatikan kami dan menganggap kami bilangan yang hilang dan tak terhitung, aku pun menjadikan kalian orang luar. Aku jelas tidak mau membagi apa yang kuhemat bagi diriku sendiri.
Namun pagi tadi, Tuhan menegurku melalui Zakeus. Perjumpaanku dengan Tuhan harus berbuahkan kebaikan bahkan untuk mereka yang tidak mengasihiku. Lagipula kalau aku baik kepada yang berbuat baik bagiku, apa bedanya aku dengan dunia ini?
Jadi yah, aku jadi terpikir untuk memberikan sejumlah uang kepada kerabat tersebut dan membawa oleh-oleh bagi tetangga di kampungku. Aku ingin menjadi berkat.
Nah, terus sorenya aku ke gereja. Nggak tahunya topik khotbahnya tentang bagaimana kuasa doa. Pastor David dari Holland Baptis Church mengatakan doa itu bukan semata melepaskan perkataan bagi orang lain dan mengubah situasi tapi juga berguna bagi kita untuk mengubah sikap hati kita terhadap diri pribadi dan orang lain. Jadi doa memang harus diucapkan supaya Allah mendengar, kita mendengar dan orang yang kita doakan mendengar. Dengan begitu, perkataan yang kita lepaskan melalui doa bisa menguatkan dan menjadi bentuk ucapan syukur terhadap apa yang kita alami, dapatkan dan nikmati.
Terus Pastor David juga bilang gini nih yang buat aku jadi mewek lagi di gereja. Dia waktu khotbah mengambil dua buah gelas yang berisi penuh air, terus air di gelas sebelah kirinya dituang dikit-dikit ke sekitarnya. Lantas dia bilang,"Bukankah kita juga sama seperti gelas ini. Mengira membagi berkat kepada orang lain cukup sekedarnya saja karena kita berpikir kalau kita tuangkan semua berkat yang kita punya maka apa yang kita punya akan berkurang bagi kita sendiri, sehingga kita cenderung tidak mau membaginya. Kita berhenti sama seperti gelas ini berhenti memberikan air bagi sekelilingnya karena air dalam gelas tidak lagi penuh. Namun justru kita tidak sadar, karena gelas yang tidak penuhlah dicari Tuhan untuk diisi kembali dengan air yang baru. Sehingga tidak peduli seberapa besar air yang tumpah dari gelas yang kiri, gelas yang kanan yang adalah Tuhan Yesus akan datang mengisi yang kosong sampai melimpah keluar."
Aku berpikir aku jadi seperti gelas kiri yang berhenti memberikan air karena mengira kalau yang kupunya kubagi aku akan kehabisan. Padahal sebaliknya, justru karena ku berbagi, aku akan tetap penuh karena Tuhan akan bersegera datang memberkatiku.
Akh, konsep Tuhan memang unik ya..
Jadi, apa yang kualami pagi ini dan sore ini membuat aku mengerti betapa Tuhan pengen aku menjadi penyalur berkat dan bukan pengumpul berkat. Aku juga jadi mengerti bahwa Tuhan sayang banget samaku, makanya DIA ingatkan aku soal hal ini supaya aku tidak hanya berada pada berkat yang sama terus menerus dalam hidupku hari ini dan seterusnya, namun supaya aku memperoleh berkat Tuhan yang selalu baru setiap hari.
Akh, jadi gemes dengan Tuhan. Jadi makin sayang dengan DIA.
Sayang Tuhan..Sayang banget. Makasih Ayah....
Aku akan melakukan bagianku...AMin
Bahagia itu ketika bisa ngobrol dengan Tuhan, bebas, lepas dan menikmati percakapan yang mengalir seperti kanak-kanak yang bermanja dengan Ayahnya. Kalau begitu, apalagi yang kurang ?
Akh, ternyata bahagia itu nggak rumit dan dan nggak mahal. Senangnya bisa bahagia dengan caraNya.
Aku mau cerita dikit ni..
Tadi pagi pas ngerjain disertasi, aku main ke You Tube dan ketik Sari Simorangkir terus entahlah bagaimana nyasar kesebuah video soal kisah kehidupan Yesus. Sebenarnya video kayak ini sudah sering aku tonton, jadi aku hanya dengarkan saja sambil mata fokus ke disertasi. Dan lawatan Tuhan terjadi saat video terputar, aku sampai berhenti. Tau ga, berhentinya pas cerita Zakeus pemungut cukai pengen lihat Tuhan Yesus dan karena dia pendek dia naik ke atas pohon. Nggak tahunya Yesus malah manggil Zakeus,"Zakeus, turunlah AKU mau makan di rumahmu,"
Waktu aku dengar kalimat itu, aku berhenti dan mengklik ke video itu dan melihat bagaimana reaksi Zakeus. Dan aku nangis, tertawa, dan menarik nafas panjang karena aku merasa akulah Zakeus itu. Lantas, dalam video itu diceritakan bagaimana perjumpaan Zakeus dengan Tuhan Yesus mengubahkan tabiatnya yang suka mencari laba dengan cara tak benar. Zakeus membagikan nyaris semua harta bendanya. Dan ketika itu lagi-lagi aku merasa aku juga harus seperti Zakeus. Perjumpaanku dengan Tuhan juga harus berbuah kebaikan bagi orang-orang lain terutama orang disekitarku.
Aku menangis lagi. Soalnya aku menyadari beberapa hal.
Pertama, aku kuatir dengan masa depan usai tamat kuliah ini.
Kedua, aku merasa aku berhak menyimpan semua uang yang kuperoleh dan akan menggunakannya hanya untukku dan keluarga
Dan kedua hal tersebut tidak benar karena aku berada disini di Inggris mendapatkan beasiswa ini justru bukan karena aku pintar, berusaha sekuat tenagaku atau memiliki kelebihan yang tak dimiliki peserta lain. BUKAN! Aku mendapatkan beasiswa ini karena Tuhan yang menginginkannya begitu. Tuhan ingin aku dapat beasiswa. Jadi disinilah aku di Inggris ini menikmati segala hal yang tidak pernah kunikmati dan bahkan menikmati hal-hal yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Dan aku menjadi kaya karena DIA yang menginginkannya begitu.
Lantas mengapa aku kuatir dengan masa depanku.
Lantas, mengapa aku merasa berhak menahan berkat cuma-cuma yang kuperoleh selama ini
Dan aku pun menangislah kayak anak kecil dan hanya menangis minta ampun. Aku teringat berkali-kali Mama cerita soal salah satu kerabat yang sedang sakit dan aku hanya mendengarkan dan tidak mengatakan apapun. Hatiku dingin karena masih sakit dengan apa yang mereka perbuat denganku dan keluargaku. Aku berpikir, sebagaimana kalian tidak memperhatikan kami dan menganggap kami bilangan yang hilang dan tak terhitung, aku pun menjadikan kalian orang luar. Aku jelas tidak mau membagi apa yang kuhemat bagi diriku sendiri.
Namun pagi tadi, Tuhan menegurku melalui Zakeus. Perjumpaanku dengan Tuhan harus berbuahkan kebaikan bahkan untuk mereka yang tidak mengasihiku. Lagipula kalau aku baik kepada yang berbuat baik bagiku, apa bedanya aku dengan dunia ini?
Jadi yah, aku jadi terpikir untuk memberikan sejumlah uang kepada kerabat tersebut dan membawa oleh-oleh bagi tetangga di kampungku. Aku ingin menjadi berkat.
Nah, terus sorenya aku ke gereja. Nggak tahunya topik khotbahnya tentang bagaimana kuasa doa. Pastor David dari Holland Baptis Church mengatakan doa itu bukan semata melepaskan perkataan bagi orang lain dan mengubah situasi tapi juga berguna bagi kita untuk mengubah sikap hati kita terhadap diri pribadi dan orang lain. Jadi doa memang harus diucapkan supaya Allah mendengar, kita mendengar dan orang yang kita doakan mendengar. Dengan begitu, perkataan yang kita lepaskan melalui doa bisa menguatkan dan menjadi bentuk ucapan syukur terhadap apa yang kita alami, dapatkan dan nikmati.
Terus Pastor David juga bilang gini nih yang buat aku jadi mewek lagi di gereja. Dia waktu khotbah mengambil dua buah gelas yang berisi penuh air, terus air di gelas sebelah kirinya dituang dikit-dikit ke sekitarnya. Lantas dia bilang,"Bukankah kita juga sama seperti gelas ini. Mengira membagi berkat kepada orang lain cukup sekedarnya saja karena kita berpikir kalau kita tuangkan semua berkat yang kita punya maka apa yang kita punya akan berkurang bagi kita sendiri, sehingga kita cenderung tidak mau membaginya. Kita berhenti sama seperti gelas ini berhenti memberikan air bagi sekelilingnya karena air dalam gelas tidak lagi penuh. Namun justru kita tidak sadar, karena gelas yang tidak penuhlah dicari Tuhan untuk diisi kembali dengan air yang baru. Sehingga tidak peduli seberapa besar air yang tumpah dari gelas yang kiri, gelas yang kanan yang adalah Tuhan Yesus akan datang mengisi yang kosong sampai melimpah keluar."
Aku berpikir aku jadi seperti gelas kiri yang berhenti memberikan air karena mengira kalau yang kupunya kubagi aku akan kehabisan. Padahal sebaliknya, justru karena ku berbagi, aku akan tetap penuh karena Tuhan akan bersegera datang memberkatiku.
Akh, konsep Tuhan memang unik ya..
Jadi, apa yang kualami pagi ini dan sore ini membuat aku mengerti betapa Tuhan pengen aku menjadi penyalur berkat dan bukan pengumpul berkat. Aku juga jadi mengerti bahwa Tuhan sayang banget samaku, makanya DIA ingatkan aku soal hal ini supaya aku tidak hanya berada pada berkat yang sama terus menerus dalam hidupku hari ini dan seterusnya, namun supaya aku memperoleh berkat Tuhan yang selalu baru setiap hari.
Akh, jadi gemes dengan Tuhan. Jadi makin sayang dengan DIA.
Sayang Tuhan..Sayang banget. Makasih Ayah....
Aku akan melakukan bagianku...AMin
Comments