Skip to main content

jam tangan kesayangan

aduh, jam tangan kesayanganku kacanya makin retak. baru tahu detik ini. walah kok bukan saja retak, tapi jarumnya gak lagi bergerak. walah!

jam ini pemberian kelvin halim waktu ultah yang ke 24. alasennya biar aku ga telat lagi ngantor hihihihih. jam nya biasa aja. jam jengkol dengan gambar snoopy didalamnya dan bertali biru.

"kok snoopy sih?"gitu protesku waktu itu. "mending winnei the pooh"
"kamu kan snoopyku hihihihi?"balesnya ganjen.

jam ini dah belasan kali ganti batrai dan sekali ganti tali. waktu talinya rusak dan benar2 ga bisa dipake lagi, aku bergerilya hampir 2 bulan lamanya hanya untuk mencari tali yang sama. susah men! mungkin karena sekarang harga jam murah banget, kagak ada yang jual tali jam doank. tapi akhirnya aku dapet juga di sebuah kios tukang jam di pasar. uih,senang banget. meski ibuku melotot ga senang karena aku tetap aja mempertahankan jam itu.

"masa sih pake gaun, jamnya begitu. kamu khan dah besar." katanya ngedumel.
"emang kalo dah gede, harus pake jam tangan yang gimana?
"yah seperti kupunya. yang kecil yang dari besi."
"ah ga kok. nyatanya banyak kok artis2 yang pake jam beginian"
"tapi kan kamu bukan artis. mereka pake hanya untuk gaya."
"tapi bang arbain juga pake jam gede gini." balesku ga mau kalah.
"dia khan laki-laki."

aku bengong, ga ngerti dengan jalan pikiran ibu. pertamanya katanya ga dewasa pake jam jengkol. lha kok malah dikaitkan dengan gender. ini kan hanya persoalan suka apa enggak.

aku suka pake jam ini dan aku ga punya alasan kenapa. suka aja.

Comments

Popular posts from this blog

liputan ke aceh

aceh... akhirnya aku menjejak kaki juga ke serambi mekah itu. dan hatiku menangis. dalam. rick paddcok-rekanku-jurnalis kawakan dari LA Times memegang tanganku. "it's ok rick, " aku menepis tangannya. kaki terus melangkah.pelan. tiap langkah hanya tangisan yang dalam. aku menghela napas. berat. sementara pastorku-Sukendra Saragih menangis pilu. raut wajahnya -God! aku tau betapa tersiksanya dia melihat ini semua. 9 tahun ia bolak-balik aceh. ratusan ribu kali. hanya untuk satu visi agar ada hidup baru yang mengalir di aceh. tapi hari ini.. gelombang tsunami meluluhlantakkan negeri ini dan menyeret ratusan ribu jiwa ke neraka. aku menarik napas lagi. kali ini lebih dalam. tapi yang terjadi aku malah muntah. Rick memegang pundakku,"are you ok vie" aku meraih lengannya. aku hanya bisa mengangguk pasrah. dan aku pun memulai liputanku. aku disana seminggu. ada banyak hal yang ingin kuceritakan. tentang kehilangan. tentang rasa sepi.tentang keputusasaan. tentang ...

kangenku melayang

Aku kangen banget hari ini- dengan kamu – pria yang begitu mempesona. Tapi rinduku ga pernah jelas bagimu. Kamu menejermahkannya dengan candaan tetapi aku mengartikannya sebagai penolakan. Rinduku ga pernah penting untukmu. Sesaat aku menyesal mencintaimu. Tetapi aku terlanjur mencintaimu dan aku ga akan pernah mencabutnya kembali. Aku terlalu mencintaimu. Akh..andai waktu bisa terulang. Andai jarak bisa ditiadakan… Jangan bilang aku kekanakan. Jangan bilang aku tidak mengerti dengan yang kukatakan. Bahasaku sederhana – aku hanya ingin berada disisimu.

Cara melupakan Kenangan Pahit

Kenangan pahit tidak perlu dipaksa dilupakan. Biarkan saja dia mengendap dengan sendirinya. Aku yakin waktu bisa membuat kenangan itu terlupakan. Dan inilah yang kualami. Aku perlu waktu yang lama untuk bisa melupakan kenangan itu. Awalnya pengen buru-buru menghapusnya dan menguburnya namun aku memilih proses waktu yang melakukannya. Malam ini aku menguji coba lagi apakah kenangan itu masih terasa pahit dan sakit saat aku melihat wajah itu. Puji Tuhan ternyata tidak. Aku melihatnya sama seperti jika aku melihat wajah orang lain. Memang kenangan itu masih ada tapi tidak lagi menimbulkan rasa nyeri seperti yang kurasakan untuk pertama kali pada 4 tahun silam. Kenangan yang pahit hanya bisa merubah ketika kita secara berani membiarkan hati kita melakukan recovery secara berlahan dan tidak dipaksakan. Artinya memberikan kesempatan kepada diri sendiri untuk menyembuhkan lukanya sendiri. Aku pun melakukannnya dengan sangat berlahan. Pertama memberikan diriku kesempatan untuk menangis. Kedua ...