Skip to main content

"Itu jejak KakiKU sayang"

berat banget aku menjalani bulan ini. energi positif yang kupunya tersedot abis tanpa bisa kucegah. aku ingin ini tapi aku juga ingin itu. aku ingin ini meski kutahu aku seharusnya tidak menginginkannya.

GA ku bilang kalo blogspot ini terlalu muram. terlalu banyak kisah sedih di dalamnya. hey, warna juga ga satu. ga hanya pink tapi juga ada hitam. dan tampaknya warnaku bulan ini adalah abu2.

yeah, beberapa persoalan telah kuselesaikan dengan baik. sangat baik malah. aku puas, aku bangga karenanya. aku menjadi dewasa karenanya. Thank God. tapi persoalan lain membuatku ingin menyerah. who' s beside me to hold me up when I down.

Tuhan, Kau menghajarku begitu keras bulan ini. aku jatuh bangun karenanya.

adakalanya Tuhan mengizinkan kita untuk berjuang sendiri. adakalanya TUhan mengizinkan suatu kondisi dimana tidak seorang pun yang dapat kita harapkan membantu kita keluar dari masalah yang menghadang. Ini yang sedang kurasakan.

Suatu kali ketika seseorang sedang berjalan dengan Tuhan di pantai, ada dua pasang jejak kaki. tapi ketika ada badai, yang tinggal hanya satu pasang jejak kaki. seseorang tersebut dengan marahnya berkata pada TUhan, "kenapa ketika badai datang, Kau meninggalkanku?"

dan Tuhan menjawab dengan lembut, "itu jejak kakiku. Aku sedang menggendongmu anakku."

Comments

bentar lagi ultah ya???
Novita Sianipar said…
ciyuhhhh, jadi masih ingat neh ato karna reminder dari fster aja hihihii.

Popular posts from this blog

liputan ke aceh

aceh... akhirnya aku menjejak kaki juga ke serambi mekah itu. dan hatiku menangis. dalam. rick paddcok-rekanku-jurnalis kawakan dari LA Times memegang tanganku. "it's ok rick, " aku menepis tangannya. kaki terus melangkah.pelan. tiap langkah hanya tangisan yang dalam. aku menghela napas. berat. sementara pastorku-Sukendra Saragih menangis pilu. raut wajahnya -God! aku tau betapa tersiksanya dia melihat ini semua. 9 tahun ia bolak-balik aceh. ratusan ribu kali. hanya untuk satu visi agar ada hidup baru yang mengalir di aceh. tapi hari ini.. gelombang tsunami meluluhlantakkan negeri ini dan menyeret ratusan ribu jiwa ke neraka. aku menarik napas lagi. kali ini lebih dalam. tapi yang terjadi aku malah muntah. Rick memegang pundakku,"are you ok vie" aku meraih lengannya. aku hanya bisa mengangguk pasrah. dan aku pun memulai liputanku. aku disana seminggu. ada banyak hal yang ingin kuceritakan. tentang kehilangan. tentang rasa sepi.tentang keputusasaan. tentang ...

kangenku melayang

Aku kangen banget hari ini- dengan kamu – pria yang begitu mempesona. Tapi rinduku ga pernah jelas bagimu. Kamu menejermahkannya dengan candaan tetapi aku mengartikannya sebagai penolakan. Rinduku ga pernah penting untukmu. Sesaat aku menyesal mencintaimu. Tetapi aku terlanjur mencintaimu dan aku ga akan pernah mencabutnya kembali. Aku terlalu mencintaimu. Akh..andai waktu bisa terulang. Andai jarak bisa ditiadakan… Jangan bilang aku kekanakan. Jangan bilang aku tidak mengerti dengan yang kukatakan. Bahasaku sederhana – aku hanya ingin berada disisimu.

Cara melupakan Kenangan Pahit

Kenangan pahit tidak perlu dipaksa dilupakan. Biarkan saja dia mengendap dengan sendirinya. Aku yakin waktu bisa membuat kenangan itu terlupakan. Dan inilah yang kualami. Aku perlu waktu yang lama untuk bisa melupakan kenangan itu. Awalnya pengen buru-buru menghapusnya dan menguburnya namun aku memilih proses waktu yang melakukannya. Malam ini aku menguji coba lagi apakah kenangan itu masih terasa pahit dan sakit saat aku melihat wajah itu. Puji Tuhan ternyata tidak. Aku melihatnya sama seperti jika aku melihat wajah orang lain. Memang kenangan itu masih ada tapi tidak lagi menimbulkan rasa nyeri seperti yang kurasakan untuk pertama kali pada 4 tahun silam. Kenangan yang pahit hanya bisa merubah ketika kita secara berani membiarkan hati kita melakukan recovery secara berlahan dan tidak dipaksakan. Artinya memberikan kesempatan kepada diri sendiri untuk menyembuhkan lukanya sendiri. Aku pun melakukannnya dengan sangat berlahan. Pertama memberikan diriku kesempatan untuk menangis. Kedua ...