Skip to main content

DIA tetap peduli kawan

Ini memang sudah sangat malam. Sudah hampir pagi malah, tapi mata ini justru terbuka lebar. Jadi kuputuskan untuk menulis note lagi.

Siang hari tadi aku berbincang dengan Agus- FE IFP Cohort IX. Suatu perbincangan tidak biasa karena memang bukan direncanakan. Sejauh ini aku menganggapnya "mungkin sudah waktunya,"

Kami berbincang soal kemana tujuan studi sampai buntutnya adalah apakah Tuhan cukup peduli dan punya waktu mengurusi soal kemanakah kami akan melanjutkan studi.

Agus bilang, "Oh DIA (Tuhan) terlalu sibuk mengurusi hal lain yang lebih besar. Soal kemana negara studiku, aku bisa mengurusnya sendiri,"

Aku terbelalak kaget karena menurutku Tuhan sangat peduli dengan segala sesuatu tentang manusia. "Bukankah DIA berkata, satu helai rambut di kepalamu yang jatuh, Aku tahu."

Aku memang mencoba menjelaskan kepada Agus pandangan Alkitab mengenai hal itu. Tapi tampaknya hingga sesi akhir perbincangan dia tidak setuju dengan tersebut.

-----------------------------------------------------------------------

Sore harinya ketika sampai di kos-seperti biasa aku menelepon orang tuaku. Dan seperti biasanya pula, aku mendengar keluhan mama soal hal yang sama.

Aku memang nggak perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan itu karena aku tahu pasti mamaku hanya ingin didengar. Mama kemudian menangis lagi. Dia terus menyalahkan keadaan sementara aku berusaha menghadapi kenyataan.

Dan malam ini usai aku uji coba listening Logman, aku pergi ke ruang jemuran dan duduk disana sendiri. Aku mencoba merenung dua kejadian yang terjadi hari ini.

Aku mengajukan pertanyaan kepada diriku, "Apakah Tuhan benar benar peduli terhadap aku ? Jika DIA peduli mengapa semuanya tampak memburuk ?"

Sejujurnya aku tidak ingin mengajukan pertanyaan itu lagi padaNYa. Aku tidak ingin dianggap lancang dan kurang ajar mempertanyakan kedaulatanNYa atas hidupku dan keluarga.

Apalah arti pertanyaan itu dibandingkan ribuan atau mungkin jutaan ribu orang diluar sana yang hidup beratap langit, makan hanya jika mengaiz sampah sedangkan aku hanya perlu bangun, belajar, mendapatkan kampus yang terbaik, pulang ke kos yang sangat nyaman, makan 3 kali sehari dengan menu lengkap dan tidur kembali dengan keadaan kenyang dan nyaman dalam selimut. Dan untuk semua hal terbaik itu, aku justru dibiayai oleh lembaga beasiswaku.

Pantaskah aku mempertanyakannya ?

Aku tidak mau jahat. Aku hanya perlu berlutut dan mengangkat tangan mengucapkan puji syukur kepada DIA si pemilik kehidupanku.

DIA tahu apa yang kuperlu.

DIA tahu jalan-jalanku. TIdak ada kekejuatan padaNYa.

DIA mengerti lebih dari yang kubayangkan.

Hidup mungkin nggak terus berjalan baik dan seperti yang kita mau/rencanakan. Namun sesungguhnya di dalam DIA kita bisa percaya kita akan baik-baik saja.

DIA TAHU APA YANG DILAKUKAN.

Comments

"Deus otiosus", ada yang bilang demikian untuk mengungkapkan pandangan bahwa setelah menciptakan alam semesta ini Sang Pencipta mempercayakannya kepada manusia (gambaran-Nya sendiri)dan lalu Dia berdiam diri, merefleksikan diri-Nya dalam sebuah tidur yang panjang. I am not completely in agreement with this view because it presupposes that creation is made only once. Natural phenomena confirm the long held religious belief that creation is never ending; it is an integral part of life. Life without creation is not life just like an artist deprived of his/her creativity is not an artist anymore. Tetapi saya juga tidak seratus persen setuju dengan pandangan bahwa everything that we are, everything that we do is "in the hand of the Creator," that He/She regulates and knows everything as if He/She is an entity outside us watching over us. In my opinion, we are an integral part of the Creator. We are in Him/Her and He/She is in us, meaning that we have the independence to be who we are and who want to be. By respecting our independence, we respect the all embracing Creator who is inside us as well us outside us.
Novita Sianipar said…
kak agus, salut dengan komenmu ini, sangat bernas.

terima kasih telah meluangkan waktu main ke blog ku.

btw, aku sudah berkunjung ke beberapa blogmu juga

Popular posts from this blog

Masih cemas

Aku berusaha untuk konsentrasi menyelesaikan essay tapi pikiran selalu saja berlari ingin pulang dan memeluk mama. Seperti apapun yang kuupayakan, tetap saja aku nggak bisa menghalau rasa cemas ini. Aku takut...........

liputan ke aceh

aceh... akhirnya aku menjejak kaki juga ke serambi mekah itu. dan hatiku menangis. dalam. rick paddcok-rekanku-jurnalis kawakan dari LA Times memegang tanganku. "it's ok rick, " aku menepis tangannya. kaki terus melangkah.pelan. tiap langkah hanya tangisan yang dalam. aku menghela napas. berat. sementara pastorku-Sukendra Saragih menangis pilu. raut wajahnya -God! aku tau betapa tersiksanya dia melihat ini semua. 9 tahun ia bolak-balik aceh. ratusan ribu kali. hanya untuk satu visi agar ada hidup baru yang mengalir di aceh. tapi hari ini.. gelombang tsunami meluluhlantakkan negeri ini dan menyeret ratusan ribu jiwa ke neraka. aku menarik napas lagi. kali ini lebih dalam. tapi yang terjadi aku malah muntah. Rick memegang pundakku,"are you ok vie" aku meraih lengannya. aku hanya bisa mengangguk pasrah. dan aku pun memulai liputanku. aku disana seminggu. ada banyak hal yang ingin kuceritakan. tentang kehilangan. tentang rasa sepi.tentang keputusasaan. tentang ...

Sedikit curhat ama seorang novie..

Kalo kamu...cowo impian kamu kaya gimana nov? Kalo gw...yang pasti dia seorang wanita (hehehe...iyalah)...tunggu belon selesai...dia seorang wanita yang cantik. Terus, dia harus punya suara yang bagus. Dan, gw suka cewe yang bisa maen piano, well ga terlalu jago gpp...yang penting suaranya aja harus bagus. Cewe yang manja, tapi juga bisa ambil keputusan untuk hal-hal yang penting. Yang bisa mengasihi gw apa adanya. Typicall working woman, supaya bisa menghargai sebuah jerih payah dalam mencari uang. Susah kalo punya cewe yang nantinya cuma nongkrong di rumah doang...biasanya sih jadi cewewet and cemburuan banget. Dan...cinta Tuhan. HUaaaaaaaaaaah ada ga ya wanita seperti itu ?????