Skip to main content

Ketidaktaatan membuat celanaku basah

Ketidaktaatan Membuat Celanaku Basah

“Kenapa sih vie, kamu nggak taat suara Tuhan?! Jelas banget kan kalo tadi Tuhan bilang tunggu sebentar. Hujan emang deras tapi cuman sebentar. Tuh kan karena nggak taat celana kamu basah total. Hanya nunggu 10 menit, hasilnya berbeda. Air hujan nggak akan menyentuhmu.“

Seharusnya aku menaati suara itu. Tapi aku malah nekat menerebos hujan sambil doa kencang-kencang, Tuhan tolong hujannya dihentikan.

Aku punya alasan mengapa tetap nekat.

“Tuhan, masa Kau tidak tahu kalau sejak akhir April hujan terus mendera Medan ?! Hujannya lama dan membuat kota menjadi banjir. Jika aku nggak pergi sekarang, aku nggak akan pernah tiba untuk rapat majalah gereja. Ayolah Tuhan, ini kan untuk pekerjaanMu juga,”

Jadi, alih-alih memilih berteduh di rumah sakit tempat mbak Embun melahirkan (aku baru bisa menjenguknya sore ini ), aku malah mengambil jaket hujan dan pergi ketika hujan masih berupa rintik-rintik.

Hanya butuh 5 menit, hujan deras menerpaku, petir mengguncang mengingatkan ketidaktaatanku.

Aku basah total di bagian celana. Tak ada bagian yang tersisa. Itulah upah ketidaktaatan.

Hm, menganggap remeh suara Tuhan sama dengan celaka. Aku bahkan berani-beraninya mengira Tuhan bisa disogok dengan perbuatan baikku mengerjakan majalah gereja. Nyatanya nggak tuh. Nggak dengar suara Tuhan, cuman satu hasinya. RUGI.

Tuhan nggak bisa disogok dengan apapun. Ketika Dia mengatakan sesuatu seharusnya sebagai anakNya, aku mendengarkan dan taat. Bukan membela diri, mencari alasan untuk memperkuat keinginan pribadi yang tersembunyi atau bahkan memberi jawaban yang kita kira menguntungkan bagi Tuhan.

Padahal sesungguhnya ketika Dia berbicara hanya satu tujuannya agar aku sebagai anak berhasil dalam segala hal yang kukerjakan.


Well, Ayah…ini pelajaran baru bagiku. Sungguh aku minta ampun untuk ketidaktaatanku hari ini. Lain kali nggak akan diulangi deh. Aku sayang Ayah muaaachhh…

Comments

Popular posts from this blog

Masih cemas

Aku berusaha untuk konsentrasi menyelesaikan essay tapi pikiran selalu saja berlari ingin pulang dan memeluk mama. Seperti apapun yang kuupayakan, tetap saja aku nggak bisa menghalau rasa cemas ini. Aku takut...........

liputan ke aceh

aceh... akhirnya aku menjejak kaki juga ke serambi mekah itu. dan hatiku menangis. dalam. rick paddcok-rekanku-jurnalis kawakan dari LA Times memegang tanganku. "it's ok rick, " aku menepis tangannya. kaki terus melangkah.pelan. tiap langkah hanya tangisan yang dalam. aku menghela napas. berat. sementara pastorku-Sukendra Saragih menangis pilu. raut wajahnya -God! aku tau betapa tersiksanya dia melihat ini semua. 9 tahun ia bolak-balik aceh. ratusan ribu kali. hanya untuk satu visi agar ada hidup baru yang mengalir di aceh. tapi hari ini.. gelombang tsunami meluluhlantakkan negeri ini dan menyeret ratusan ribu jiwa ke neraka. aku menarik napas lagi. kali ini lebih dalam. tapi yang terjadi aku malah muntah. Rick memegang pundakku,"are you ok vie" aku meraih lengannya. aku hanya bisa mengangguk pasrah. dan aku pun memulai liputanku. aku disana seminggu. ada banyak hal yang ingin kuceritakan. tentang kehilangan. tentang rasa sepi.tentang keputusasaan. tentang ...

Sedikit curhat ama seorang novie..

Kalo kamu...cowo impian kamu kaya gimana nov? Kalo gw...yang pasti dia seorang wanita (hehehe...iyalah)...tunggu belon selesai...dia seorang wanita yang cantik. Terus, dia harus punya suara yang bagus. Dan, gw suka cewe yang bisa maen piano, well ga terlalu jago gpp...yang penting suaranya aja harus bagus. Cewe yang manja, tapi juga bisa ambil keputusan untuk hal-hal yang penting. Yang bisa mengasihi gw apa adanya. Typicall working woman, supaya bisa menghargai sebuah jerih payah dalam mencari uang. Susah kalo punya cewe yang nantinya cuma nongkrong di rumah doang...biasanya sih jadi cewewet and cemburuan banget. Dan...cinta Tuhan. HUaaaaaaaaaaah ada ga ya wanita seperti itu ?????