Skip to main content

duh, I LOve u Mom

semalam benar2 malam yang kelabu. aku nyaris ga bisa bergerak pasca liputan malam. suhu badanku terus naik, suara ga keluar, batuk kering terdengar dan hidung yang tersumbat ditambah flu benar2 mengahabisiku.

kayak belum lengkap kali yahh... kali ini gigi geraham mendadak bengkak. akibatnya telinga panas dan berdengung. kepala ikut merintih. pening gile!

ibu menatapku tidak berdaya dan langsung membuatkan jeruk nipis dicampur kecap untuk diminum, mengolesi badanku dengan balsem dan memelukku.

duh, I love u mom

tapi hingga jam 3 aku ga bisa tidur. daripada bengong aku baca ulang harry potter. lumayan. ga tau jam berapa tidur, tapi aku terbangun jam 7 pagi dengan rasa sakit yang sangat pada tubuhku. aku mengerang lemah dan berharap ibuku sudah ada disampingku lagi.

benar saja, ibu datang lengkap dengan bubur kacang ijo

du, I LOve u mom

aku paksakan tidur lagi. meski sebenarnya pengen nyelesaikan laporan triwulan dan benahi kamar yang penuh dengan tisu2 bekas...

"berarti kamu ga puasa kan? "tanya ibu.

aku menggeleng lemah. aku harus banyak minum.

jam 10 aku bangun juga dan nyiapin laporan, terengah-engah menahan hidung yang meler dan nafas yang kok pendek amat.

tapi jam 11 aku dipanggil. ada tugas liputan mendadak.

"yakin bisa pergi?" ibu bertanya cemas
"mo gimana lagi bu, "balasku bergegas mandi.
aku masih bisa mendengar ibu menggerutu bentar karena aku menolak menunggu air hangat untuk kumandikan.

duh, I love u mom

Comments

Popular posts from this blog

liputan ke aceh

aceh... akhirnya aku menjejak kaki juga ke serambi mekah itu. dan hatiku menangis. dalam. rick paddcok-rekanku-jurnalis kawakan dari LA Times memegang tanganku. "it's ok rick, " aku menepis tangannya. kaki terus melangkah.pelan. tiap langkah hanya tangisan yang dalam. aku menghela napas. berat. sementara pastorku-Sukendra Saragih menangis pilu. raut wajahnya -God! aku tau betapa tersiksanya dia melihat ini semua. 9 tahun ia bolak-balik aceh. ratusan ribu kali. hanya untuk satu visi agar ada hidup baru yang mengalir di aceh. tapi hari ini.. gelombang tsunami meluluhlantakkan negeri ini dan menyeret ratusan ribu jiwa ke neraka. aku menarik napas lagi. kali ini lebih dalam. tapi yang terjadi aku malah muntah. Rick memegang pundakku,"are you ok vie" aku meraih lengannya. aku hanya bisa mengangguk pasrah. dan aku pun memulai liputanku. aku disana seminggu. ada banyak hal yang ingin kuceritakan. tentang kehilangan. tentang rasa sepi.tentang keputusasaan. tentang ...

kangenku melayang

Aku kangen banget hari ini- dengan kamu – pria yang begitu mempesona. Tapi rinduku ga pernah jelas bagimu. Kamu menejermahkannya dengan candaan tetapi aku mengartikannya sebagai penolakan. Rinduku ga pernah penting untukmu. Sesaat aku menyesal mencintaimu. Tetapi aku terlanjur mencintaimu dan aku ga akan pernah mencabutnya kembali. Aku terlalu mencintaimu. Akh..andai waktu bisa terulang. Andai jarak bisa ditiadakan… Jangan bilang aku kekanakan. Jangan bilang aku tidak mengerti dengan yang kukatakan. Bahasaku sederhana – aku hanya ingin berada disisimu.

Cara melupakan Kenangan Pahit

Kenangan pahit tidak perlu dipaksa dilupakan. Biarkan saja dia mengendap dengan sendirinya. Aku yakin waktu bisa membuat kenangan itu terlupakan. Dan inilah yang kualami. Aku perlu waktu yang lama untuk bisa melupakan kenangan itu. Awalnya pengen buru-buru menghapusnya dan menguburnya namun aku memilih proses waktu yang melakukannya. Malam ini aku menguji coba lagi apakah kenangan itu masih terasa pahit dan sakit saat aku melihat wajah itu. Puji Tuhan ternyata tidak. Aku melihatnya sama seperti jika aku melihat wajah orang lain. Memang kenangan itu masih ada tapi tidak lagi menimbulkan rasa nyeri seperti yang kurasakan untuk pertama kali pada 4 tahun silam. Kenangan yang pahit hanya bisa merubah ketika kita secara berani membiarkan hati kita melakukan recovery secara berlahan dan tidak dipaksakan. Artinya memberikan kesempatan kepada diri sendiri untuk menyembuhkan lukanya sendiri. Aku pun melakukannnya dengan sangat berlahan. Pertama memberikan diriku kesempatan untuk menangis. Kedua ...