Aku lagi demam dan flu berat saat menuliskan ini, tapi aku memang berutang 3 tulisan. Jadi ini masih dalam upaya pelunasan hahaha...
Aku suka kau membaca blog ini karena aku berharap bisa menjadi buku yang terbuka bagi orang lain. Yah setidaknya kau bisa mengambil suatu faedah.Halah! Tua kali hihihi..
Aku secara menakjubkan masuk ke tahapan paling beasiswa paling bergengsi dan yang paling tajir diantara beasiswa lainnya yang ada didunia ini. DAN INI BENAR!
Usai aku tahu kalau aku lulus tes bahasa Inggris (bagiku sesi wawancara adalah sesi yang mudah karena aku telah sangat terbiasa melakukannya. Aku kan jurnalis radio hehe) aku dengan sok pedenya yakin pula akan lulus tahap wawancara. Jadi aku putuskan untuk bicara dengan bapak soal kemungkinan aku sekolah lagi.
Waktu itu bapak marah besar. Dia menolak memberi restu bagiku. Kata-kata bapak sangat kasar dan sangat tidak patut untuk dikatakan. Aku kemudian tidur dalam keadaan begitu kacau. Besoknya aku menemui kak Deti dan seperti biasa dia berhasil menguatkanku. Aku putuskan untuk berdoa agar orang tuaku lunak hatinya. Dan Tuhan menjawab doaku.
Minggu siang tibalah bagiku untuk wawancara. Mama dan bapak secara menakjubkan begitu perhatian dengan persiapanku. Aku begitu merasa sangat bersyukur. Jadi sebelum pergi, aku mencium tangan kedua orang tuaku meminta restu mereka dan saat itu bapakku hanya bilang begini," Pergilah, bapak yakin kau sukses,"
Kalimat bapak membuatku berkaca-kaca...Tuhan baik sekali...
Aku diantar mas Romi ke Novhotel Medan. Di hotel ini peserta dari Medan, Aceh dan Padang dikumpulkan jadi satu untuk sesi wawancara. Aku memakai baju yang terbaik. Aku sedikit gugup juga mengingat wawancara ini bisa jadi dilangsungkan dalam bahasa Inggris. Untunglah mas Romy melatihku sebentar bertanya-jawab dengan bahasa Inggris.
Aku tidak ingat, aku peserta nomor berapa tapi ketika aku masuk ada tiga juri disana. Mereka adalah Prof Fadil (Rektor IAIN Sumatera Utara), Prof Usman Pelly (Guru besar Antropologi Unimed ) dan Prof Chalida (Guru besar Antropologi USU).
Sebelumnya dari kedua peseta yang lain aku telah mendapatkan informasi kalau ketiga profesor inilah yang akan menjadi juri.
Aku masuk dengan percaya diri tapi keluar dengan sangat tidak percaya diri.
Pertama, mereka membantaiku dengan pertanyaan -pertanyaan yang terus menyudutkan profesi wartawan. Misal : Kenapa sih wartawan-wartawan itu bodoh ? Kenapa sih wartawan kalau suatu acara nggak ada amplopnya nggak mau datang ? Kamu kan wartawan perempuan, kamu pasti hanya bertugas di dalam kan ? dan pertanyaan lain yang membuatku bengong sejenak adalah: usia kamu berapa dan kenapa kamu belum menikah juga ?
Sumpe, rasanya aku malas menjawab pertanyaan begitu. Tapi aku pikir memang itulah tugas mereka untuk membuatku terbuka tidak saja secara intelektual tapi juga mental.
Aku kasih tips ya..
Pertama, datanglah lebih cepat dari jadwal wawancara supaya bisa tahu situasi lapangan.
Kedua, seperti yang aku udah bilang diawal; jangan pernah terintimidasi dengan penampilan orang lain. Yang penting kamu berpakaian rapi dan sopan ukuran masyarakat timur hehe.
Ketiga, pastikan dirimu sudah makan dari rumah.
Keempat, saat wawancara duduklah yang tegak tapi tetap santai. Usahakan jangan berkerut dan nada suara jelas dan tenang
Kelima, pikir dulu sebelum menjawab. Jangan terlalu over pede saat menjawab misal,"Saya yakin kalau dipilih karena saya pintar," Mending jawabannya diubah menjadi,"Semoga jika saya dipilih saya bisa menjalankan amanah beasiswa ini,"
atau jangan pula terlalu merendah diri. Misal: memang saya ini nggak ada apa-apanya. Lebih baik jika kita menjual diri kita tapi dengan bungkus rendah hati. Misal,"Saya menilai diri saya berusaha semaksimal mungkin dengan yang saya lakukan karena sangat menyenangkan melakukan sesuatu yang bagus/baik untuk orang lain. Teman-teman dan rekan sekerja selama ini bilang saya adalah orang yang bisa diandalkan."
Jadi meskipun pertanyaan-pertanyaan para juri tidak terlihat penting, aku berusaha menjawab dengan baik dan jujur. Ingat ya, tidak ada yang lebih baik daripada kejujuran yang sopan.
Untuk pertanyaan-pertanyaan para juri itu secara jujur aku katakan memang kualitas wartawan di Indonesia rendah tapi wajar karena mereka juga dibayar rendah bahkan ada yang justru nggak dibayar. Meski begitu tetap ada kok wartawan-wartawan yang luar biasa cerdas dan diakui dunia internasional misal Maria Hartianingsih orang Kompas dll..
Aku juga katakan, karena begitu tidak cerdanya wartawan maka aku berpikir mencerdaskan diriku dengan mendapatkan beasiswa ini.
Soal nikah, aku dengan jujur mengatakan kalau aku ditinggal menikah oleh tunanganku. Jadi hingga kini aku masih berdoa agar Tuhan kasih pria lain yang terbaik.
Oh ya, satu hal lain yang kulakukan yang berbeda dengan peserta lain adalah aku membawa beberapa artikelku yang pernah terbit di koran maupun majalah. Aku membagikan mereka masing-masing satu map yang isinya 10 artikel. Aku ingin mereka tahu meski aku jurnalis radio, aku aktif juga menulis di media lain.
Aku pikir ini nilai plus lho..Jadi kalau bisa tirulah. Nah satu hal lain yang aku pelajari dari sesi wawancara itu adalah para juri lebih banyak menghabiskan waktu denganku. Sekalipun panitia sudah berulangkali memperingatkan sesi untukku selesai. Menurutku itu terjadi karena tertarik denganku.
----------------
Usai wawancara aku berbincang-bincang dengan beberapa teman; termasuk beberapa peserta wawancara juga. Mereka semua pede dan bahkan secara terang-terangan mengatakan sesiku sangat buruk. Lemas juga badan mendengar hal itu. Mereka juga bilang sulit untuk menembus jaringan beasiswa Ford dengan tiga juri itu karena merekaa hanya akan memenangkan jaringan mereka saja yang ikut dalam seleksi. Bahkan ada yang secara langsung mengatakan,"Apa sih nilai plusmu ? Emang kau punya siapa untuk bisa lulus ?"
Intinya adalah lulus berarti siapa yang kau kenal.
Jujur aku down juga dibilang begitu tapi aku mengingat mimpiku, mengingat bagaimana penyertaan Tuhan dari satu tahap ke tahap lain. JIka TUhan telah memulainya dengan dasyat, aku pikir DIA akan bertanggung jawab untuk menyelesaikannya. Kalaupun aku tidak lulus dalam tahap terakhir ini, aku pikir perjalanan beasiswa ini juga sudah sangat hebat mengingat aku bukan siapa-siapa dan tidak kenal siapa siapa haha..
Tapi tetap aja aku menaikkan doa dihadapan Tuhanku memohon belas kasihnya atas beasiswa ini. Aku semakin gencar berdoa karena situasi rumahku terus memburuk. Bagiku, ini satu-satunya tiket untuk keluar dengan cara terhormat setelah bapak mengusirku dari rumah.
So sad huh ...
Aku beritahu satu hal padamu kawan.. Orang tua adalah orang yang paling harus kau hormat dan sayang. Mereka adalah orang yang seharusnya menjadi tempat pelarian kita ketika sesuatu memburuk, namun jika mereka tidak melakukan kewajibannya, bagian kita tetap hormat dan sayang pada mereka. Kau tahu, menurutku orang tua kadang berkelakuan buruk karena mereka juga mendapatkan perlakuan buruk dari orang tua mereka. Mereka begitu karena mereka tidak tahu bagaimana menjadi orang tua yang baik. Tidak ada yang memberi mereka contoh atau memang mereka berpikir itulah satu-satunya cara terbaik membesarkan anak mereka. Jadi, aku memutuskan untuk tidak meniru orang tuaku. Aku selalu bilang ke diriku kalau mereka sayang sekali padaku namun dengan cara yang salah. Aku pun berdoa agar suatu saat Tuhan mengubahkan mereka. Aku pikir orang tuaku berhak untuk mendapatkan pola kasih sayang yang benar secara alkitabiah dan aku memulainya dengan diriku untuk mereka.
Jadi ingatlah akan aku ya kalau kau punya orang tua yang memiliki kekurangan.
-------------------
Tuhan kemudian memberi aku mimpi. Aku melihat sebuah amplop coklat dalam sebuah lingkaran. Lalu di seberangku ada teman-teman satu pelayanan di multimedia GBI rayon 4 Medan, ada bang Folden, Ibe, Desy, Jojo, olive. Mereka berseru-seru agar aku mengambi amplop itu. Dengan takut-takut aku mengambil amplop itu. Ada nama lembga Ford Foundation disana, nama panjangku. Aku kemudian membukanya dan disana di nomor 36 tertera nama lengkapku. AKU LULUS!
Teman-teman berjingkrak-jingkrak dan aku berlari memeluk mereka. Saat itulah aku bangun dan langsung bertelut bersyukur. Dengan tidak sabaran aku membangunkan mamaku dan bilang aku mimpi lulus dan itu berati aku memang lulus.
"Ngeri sekali kau ya. Kau dapatkan semua yang kau mau," begitu kata mama. Tapi aku tidak terlalu memasukkan ke hati kalimat itu, namun aku mengirim sms ke kk Deti haha...
KK Deti menyuruhku tenang dan terus berdoa sampai itu menjadi kenyataan. Memang kemudian waktu terus menguji kesabaranku karena untuk pengumuman yang terakhir ini memakan waktu 4 bulan lamanya. Aku malah berpikir kalau memang aku tidak lulus saking lamanya aku menunggu. Aku terus berdoa tapi tidak ada mimpi lagi. Aku hanya ingat dengan baik kalau pada hari Kamis dini hari tanggal 5 Agustus 2010 aku entah bagaimana mengucapkan kalimat yang sama berulang kali. "Jesus Engkau sungguh baik," Aku tidak tahu persis mengapa aku mengucapkannya berulangkali dalam tidurku. Itulah sebabnya aku menuliskan peristiwa itu di Fabebookku.
Tepat tanggal 18 Agustus 2010 seperti biasa aku membuka imel dan masih saja tidak sadar ada imel dari FORD FOUNDATION. Aku membukanya dan coba tebak apa yang kulihat ? Aku dinyatakan lulus dan namaku ada diurutan 36, sama seperti nomor yang ada dimimpiku.
Aku berteriak kencang sekali, "AKU LULUS!AKU LULUS! Ya TUHAN..AKU LULUS" dan rekan-rekan datang dan memberi selamat. Aku memeluk kak Retno kuat-kuat saking bergetar dengan hasil yang kuperoleh.
Seminggu kemudian aku mendapatkan amplop coklat dan coba tebak lagi apa yang kulihat ? Tanggal tanda tangannya tepat di hari yang sama saat aku mengucapkan "Jesus, Engkau sungguh baik" Hahahahaha...Tuhan memang ajaib!
Ketika Joan Dassin-Ford Foundation tanda tangan grant kelulusanku di New York, rohku berdoa menngucapkan syukur di Indonesia. Alangkah ajaibnya Tuhan yah...
Jadi jangan pernah meremehkan mimpi ya...Mungkin saja itu Tuhan
Aku suka kau membaca blog ini karena aku berharap bisa menjadi buku yang terbuka bagi orang lain. Yah setidaknya kau bisa mengambil suatu faedah.Halah! Tua kali hihihi..
Aku secara menakjubkan masuk ke tahapan paling beasiswa paling bergengsi dan yang paling tajir diantara beasiswa lainnya yang ada didunia ini. DAN INI BENAR!
Usai aku tahu kalau aku lulus tes bahasa Inggris (bagiku sesi wawancara adalah sesi yang mudah karena aku telah sangat terbiasa melakukannya. Aku kan jurnalis radio hehe) aku dengan sok pedenya yakin pula akan lulus tahap wawancara. Jadi aku putuskan untuk bicara dengan bapak soal kemungkinan aku sekolah lagi.
Waktu itu bapak marah besar. Dia menolak memberi restu bagiku. Kata-kata bapak sangat kasar dan sangat tidak patut untuk dikatakan. Aku kemudian tidur dalam keadaan begitu kacau. Besoknya aku menemui kak Deti dan seperti biasa dia berhasil menguatkanku. Aku putuskan untuk berdoa agar orang tuaku lunak hatinya. Dan Tuhan menjawab doaku.
Minggu siang tibalah bagiku untuk wawancara. Mama dan bapak secara menakjubkan begitu perhatian dengan persiapanku. Aku begitu merasa sangat bersyukur. Jadi sebelum pergi, aku mencium tangan kedua orang tuaku meminta restu mereka dan saat itu bapakku hanya bilang begini," Pergilah, bapak yakin kau sukses,"
Kalimat bapak membuatku berkaca-kaca...Tuhan baik sekali...
Aku diantar mas Romi ke Novhotel Medan. Di hotel ini peserta dari Medan, Aceh dan Padang dikumpulkan jadi satu untuk sesi wawancara. Aku memakai baju yang terbaik. Aku sedikit gugup juga mengingat wawancara ini bisa jadi dilangsungkan dalam bahasa Inggris. Untunglah mas Romy melatihku sebentar bertanya-jawab dengan bahasa Inggris.
Aku tidak ingat, aku peserta nomor berapa tapi ketika aku masuk ada tiga juri disana. Mereka adalah Prof Fadil (Rektor IAIN Sumatera Utara), Prof Usman Pelly (Guru besar Antropologi Unimed ) dan Prof Chalida (Guru besar Antropologi USU).
Sebelumnya dari kedua peseta yang lain aku telah mendapatkan informasi kalau ketiga profesor inilah yang akan menjadi juri.
Aku masuk dengan percaya diri tapi keluar dengan sangat tidak percaya diri.
Pertama, mereka membantaiku dengan pertanyaan -pertanyaan yang terus menyudutkan profesi wartawan. Misal : Kenapa sih wartawan-wartawan itu bodoh ? Kenapa sih wartawan kalau suatu acara nggak ada amplopnya nggak mau datang ? Kamu kan wartawan perempuan, kamu pasti hanya bertugas di dalam kan ? dan pertanyaan lain yang membuatku bengong sejenak adalah: usia kamu berapa dan kenapa kamu belum menikah juga ?
Sumpe, rasanya aku malas menjawab pertanyaan begitu. Tapi aku pikir memang itulah tugas mereka untuk membuatku terbuka tidak saja secara intelektual tapi juga mental.
Aku kasih tips ya..
Pertama, datanglah lebih cepat dari jadwal wawancara supaya bisa tahu situasi lapangan.
Kedua, seperti yang aku udah bilang diawal; jangan pernah terintimidasi dengan penampilan orang lain. Yang penting kamu berpakaian rapi dan sopan ukuran masyarakat timur hehe.
Ketiga, pastikan dirimu sudah makan dari rumah.
Keempat, saat wawancara duduklah yang tegak tapi tetap santai. Usahakan jangan berkerut dan nada suara jelas dan tenang
Kelima, pikir dulu sebelum menjawab. Jangan terlalu over pede saat menjawab misal,"Saya yakin kalau dipilih karena saya pintar," Mending jawabannya diubah menjadi,"Semoga jika saya dipilih saya bisa menjalankan amanah beasiswa ini,"
atau jangan pula terlalu merendah diri. Misal: memang saya ini nggak ada apa-apanya. Lebih baik jika kita menjual diri kita tapi dengan bungkus rendah hati. Misal,"Saya menilai diri saya berusaha semaksimal mungkin dengan yang saya lakukan karena sangat menyenangkan melakukan sesuatu yang bagus/baik untuk orang lain. Teman-teman dan rekan sekerja selama ini bilang saya adalah orang yang bisa diandalkan."
Jadi meskipun pertanyaan-pertanyaan para juri tidak terlihat penting, aku berusaha menjawab dengan baik dan jujur. Ingat ya, tidak ada yang lebih baik daripada kejujuran yang sopan.
Untuk pertanyaan-pertanyaan para juri itu secara jujur aku katakan memang kualitas wartawan di Indonesia rendah tapi wajar karena mereka juga dibayar rendah bahkan ada yang justru nggak dibayar. Meski begitu tetap ada kok wartawan-wartawan yang luar biasa cerdas dan diakui dunia internasional misal Maria Hartianingsih orang Kompas dll..
Aku juga katakan, karena begitu tidak cerdanya wartawan maka aku berpikir mencerdaskan diriku dengan mendapatkan beasiswa ini.
Soal nikah, aku dengan jujur mengatakan kalau aku ditinggal menikah oleh tunanganku. Jadi hingga kini aku masih berdoa agar Tuhan kasih pria lain yang terbaik.
Oh ya, satu hal lain yang kulakukan yang berbeda dengan peserta lain adalah aku membawa beberapa artikelku yang pernah terbit di koran maupun majalah. Aku membagikan mereka masing-masing satu map yang isinya 10 artikel. Aku ingin mereka tahu meski aku jurnalis radio, aku aktif juga menulis di media lain.
Aku pikir ini nilai plus lho..Jadi kalau bisa tirulah. Nah satu hal lain yang aku pelajari dari sesi wawancara itu adalah para juri lebih banyak menghabiskan waktu denganku. Sekalipun panitia sudah berulangkali memperingatkan sesi untukku selesai. Menurutku itu terjadi karena tertarik denganku.
----------------
Usai wawancara aku berbincang-bincang dengan beberapa teman; termasuk beberapa peserta wawancara juga. Mereka semua pede dan bahkan secara terang-terangan mengatakan sesiku sangat buruk. Lemas juga badan mendengar hal itu. Mereka juga bilang sulit untuk menembus jaringan beasiswa Ford dengan tiga juri itu karena merekaa hanya akan memenangkan jaringan mereka saja yang ikut dalam seleksi. Bahkan ada yang secara langsung mengatakan,"Apa sih nilai plusmu ? Emang kau punya siapa untuk bisa lulus ?"
Intinya adalah lulus berarti siapa yang kau kenal.
Jujur aku down juga dibilang begitu tapi aku mengingat mimpiku, mengingat bagaimana penyertaan Tuhan dari satu tahap ke tahap lain. JIka TUhan telah memulainya dengan dasyat, aku pikir DIA akan bertanggung jawab untuk menyelesaikannya. Kalaupun aku tidak lulus dalam tahap terakhir ini, aku pikir perjalanan beasiswa ini juga sudah sangat hebat mengingat aku bukan siapa-siapa dan tidak kenal siapa siapa haha..
Tapi tetap aja aku menaikkan doa dihadapan Tuhanku memohon belas kasihnya atas beasiswa ini. Aku semakin gencar berdoa karena situasi rumahku terus memburuk. Bagiku, ini satu-satunya tiket untuk keluar dengan cara terhormat setelah bapak mengusirku dari rumah.
So sad huh ...
Aku beritahu satu hal padamu kawan.. Orang tua adalah orang yang paling harus kau hormat dan sayang. Mereka adalah orang yang seharusnya menjadi tempat pelarian kita ketika sesuatu memburuk, namun jika mereka tidak melakukan kewajibannya, bagian kita tetap hormat dan sayang pada mereka. Kau tahu, menurutku orang tua kadang berkelakuan buruk karena mereka juga mendapatkan perlakuan buruk dari orang tua mereka. Mereka begitu karena mereka tidak tahu bagaimana menjadi orang tua yang baik. Tidak ada yang memberi mereka contoh atau memang mereka berpikir itulah satu-satunya cara terbaik membesarkan anak mereka. Jadi, aku memutuskan untuk tidak meniru orang tuaku. Aku selalu bilang ke diriku kalau mereka sayang sekali padaku namun dengan cara yang salah. Aku pun berdoa agar suatu saat Tuhan mengubahkan mereka. Aku pikir orang tuaku berhak untuk mendapatkan pola kasih sayang yang benar secara alkitabiah dan aku memulainya dengan diriku untuk mereka.
Jadi ingatlah akan aku ya kalau kau punya orang tua yang memiliki kekurangan.
-------------------
Tuhan kemudian memberi aku mimpi. Aku melihat sebuah amplop coklat dalam sebuah lingkaran. Lalu di seberangku ada teman-teman satu pelayanan di multimedia GBI rayon 4 Medan, ada bang Folden, Ibe, Desy, Jojo, olive. Mereka berseru-seru agar aku mengambi amplop itu. Dengan takut-takut aku mengambil amplop itu. Ada nama lembga Ford Foundation disana, nama panjangku. Aku kemudian membukanya dan disana di nomor 36 tertera nama lengkapku. AKU LULUS!
Teman-teman berjingkrak-jingkrak dan aku berlari memeluk mereka. Saat itulah aku bangun dan langsung bertelut bersyukur. Dengan tidak sabaran aku membangunkan mamaku dan bilang aku mimpi lulus dan itu berati aku memang lulus.
"Ngeri sekali kau ya. Kau dapatkan semua yang kau mau," begitu kata mama. Tapi aku tidak terlalu memasukkan ke hati kalimat itu, namun aku mengirim sms ke kk Deti haha...
KK Deti menyuruhku tenang dan terus berdoa sampai itu menjadi kenyataan. Memang kemudian waktu terus menguji kesabaranku karena untuk pengumuman yang terakhir ini memakan waktu 4 bulan lamanya. Aku malah berpikir kalau memang aku tidak lulus saking lamanya aku menunggu. Aku terus berdoa tapi tidak ada mimpi lagi. Aku hanya ingat dengan baik kalau pada hari Kamis dini hari tanggal 5 Agustus 2010 aku entah bagaimana mengucapkan kalimat yang sama berulang kali. "Jesus Engkau sungguh baik," Aku tidak tahu persis mengapa aku mengucapkannya berulangkali dalam tidurku. Itulah sebabnya aku menuliskan peristiwa itu di Fabebookku.
Tepat tanggal 18 Agustus 2010 seperti biasa aku membuka imel dan masih saja tidak sadar ada imel dari FORD FOUNDATION. Aku membukanya dan coba tebak apa yang kulihat ? Aku dinyatakan lulus dan namaku ada diurutan 36, sama seperti nomor yang ada dimimpiku.
Aku berteriak kencang sekali, "AKU LULUS!AKU LULUS! Ya TUHAN..AKU LULUS" dan rekan-rekan datang dan memberi selamat. Aku memeluk kak Retno kuat-kuat saking bergetar dengan hasil yang kuperoleh.
Seminggu kemudian aku mendapatkan amplop coklat dan coba tebak lagi apa yang kulihat ? Tanggal tanda tangannya tepat di hari yang sama saat aku mengucapkan "Jesus, Engkau sungguh baik" Hahahahaha...Tuhan memang ajaib!
Ketika Joan Dassin-Ford Foundation tanda tangan grant kelulusanku di New York, rohku berdoa menngucapkan syukur di Indonesia. Alangkah ajaibnya Tuhan yah...
Jadi jangan pernah meremehkan mimpi ya...Mungkin saja itu Tuhan
Comments