Skip to main content

berharap cincin baru

Cincinku rusak. Cincin yang dibelikan mama pengganti cincin yang hilang tahun lalu, kini rusak. Matanya lepas. Aku membawanya tadi untuk diperbaiki, tapi harganya terlalu mahal bagiku saat ini. Rp 200 ribu hanya untuk memasangkannya. Jadi aku mengurungkan niatku.

Aku selalu merasa tidak lengkap kalau tidak memakai cincin. Sejak SD, mama telah membiasakan diriku memakai cincin di jari manis kiri. Aku masih ingat dengan jelas momen aku menerima cincin pertamaku.

Mamaku adalah guru di sebuah sekolah dasar negeri di kota Binjai. Gajinya kecil untuk ukuran hidup di kota Medan (kami tinggal di Medan). Mama juga harus pintar-pintar membagi gajinya untuk menyicil biaya pembangunan rumah kami di kabupaten Deli Serdang (Deli Serdang berbatasan langsung dengan Medan dan Binjai). Berhubung bapak kerjanya serabutan, alhasil mama yang nyaris menanggung semua biaya rumah tangga.

Nah, suatu kali ketika mama mengajak belanja ke pasar. Mama membawaku ke sebuah toko emas. Aku sangat senang sekali dan takjub dengan desain dan warnanya yang mengkilat menawan. Mata kanak-kanakku (aku masih kelas 6 SD) menjelajah dari satu etalase ke etalase lainnya. Mama menunjuk sebuah cincin; mata cincin itu berwarna merah jambu tua. Mama memasukkannya ke jari manis kiri. Indah.

Aku hampir merengek saat mama ternyata tidak membelikan cincin apapun untukku. Sampai kemudian, mama berjanji pulang sekolah akan membawakan aku sebuah cincin.

Aku masih ingat dengan jelas. Waktu terasa sangat lambat saat menunggu mama pulang. Biasanya mama pulang jam 1 siang, tapi hingga pukul 5 sore mama belum juga pulang. Aku mulai merasa kuatir. Apalagi hujan disertai halilintar mulai datang menghantam.

Mama kemudian pulang jam 6 sore dalam keadaan basah dan tentu saja membawa cincin itu. Cincin yang mama belikan adalah cincin yang sama yang pernah kucoba.

Seingatku, cincin ini kemudian hilang karena kesembronaanku. Baru setelah aku kuliah, mama kemudian membelikan aku cincin. Cincin ini pun sama persis dengan yang hilang. Cincin ini bertahan kupakai hingga tahun 2009 dan hilang di awal tahun 2010.

Kali ini mama enggan membelikan aku cincin yang baru. Dia bersikeras aku harus dihukum karena lalai. Tapi lalu mama berubah ketika dilihatnya aku sering secara tak sengaja mengelus jari manis kananku. Kali ini dia membiarkan aku memilih. Aku memilih cincin sederhana berbentuk huruf A. Aku menyukainya.

Sayangnya dua minggu lalu, mata cincin ini lepas dan ongkos perbaikannya mahal bagiku. Aku berniat meminta mama mengirim cincin yang baru. Namun setelah kupikir lagi, mungkin ini adalah pertanda aku akan mendapat cincin baru dari pasanganku hehe (ngarep@com)

Comments

Unknown said…
mahal ya! kan hanya untuk pasang matanya saja! aku jg mau melakukan hal yang sama tapi belum kesampaian. kalau harganya segitu wahhhh dipikir2 dulu lagi nie! kau tdk salah dengar kan? :D
Novita Sianipar said…
nggak salah dengar aku..baru kali ini aku nggak pakai cincin..dan rasanya aneh..

semoga bisa segera mendapat yang baru.amin

Popular posts from this blog

kangenku melayang

Aku kangen banget hari ini- dengan kamu – pria yang begitu mempesona. Tapi rinduku ga pernah jelas bagimu. Kamu menejermahkannya dengan candaan tetapi aku mengartikannya sebagai penolakan. Rinduku ga pernah penting untukmu. Sesaat aku menyesal mencintaimu. Tetapi aku terlanjur mencintaimu dan aku ga akan pernah mencabutnya kembali. Aku terlalu mencintaimu. Akh..andai waktu bisa terulang. Andai jarak bisa ditiadakan… Jangan bilang aku kekanakan. Jangan bilang aku tidak mengerti dengan yang kukatakan. Bahasaku sederhana – aku hanya ingin berada disisimu.

liputan ke aceh

aceh... akhirnya aku menjejak kaki juga ke serambi mekah itu. dan hatiku menangis. dalam. rick paddcok-rekanku-jurnalis kawakan dari LA Times memegang tanganku. "it's ok rick, " aku menepis tangannya. kaki terus melangkah.pelan. tiap langkah hanya tangisan yang dalam. aku menghela napas. berat. sementara pastorku-Sukendra Saragih menangis pilu. raut wajahnya -God! aku tau betapa tersiksanya dia melihat ini semua. 9 tahun ia bolak-balik aceh. ratusan ribu kali. hanya untuk satu visi agar ada hidup baru yang mengalir di aceh. tapi hari ini.. gelombang tsunami meluluhlantakkan negeri ini dan menyeret ratusan ribu jiwa ke neraka. aku menarik napas lagi. kali ini lebih dalam. tapi yang terjadi aku malah muntah. Rick memegang pundakku,"are you ok vie" aku meraih lengannya. aku hanya bisa mengangguk pasrah. dan aku pun memulai liputanku. aku disana seminggu. ada banyak hal yang ingin kuceritakan. tentang kehilangan. tentang rasa sepi.tentang keputusasaan. tentang ...

arti cincin di jari manis

Hari ini seorang teman dari Jepang bertanya padaku apakah aku telah menikah. Aku balik bertanya kenapa dia berpikir demikian dan jawabannya karena aku memakai cincin di jari manis kiri. Aha! Pertanyaan ini pernah juga terlontar di hari terakhir aku di Jerusalem saat menghadiri konvokasi doa internasional. Seorang volunteer dari negara South Afrika menanyakan hal yang sama. Dan wanita ini menanyakan hal itu karena ternyata seorang pria bertanya kepadanya apakah aku telah menikah. Waktu itu aku belum bisa menangkap hubungan antara memakai cincin yang telah puluhan tahun menghiasi jariku dengan apakah aku telah menikah atau belum. Wanita itu bilang hampir di seluruh negara terutama negara barat, orang yang memakai cincin di jari manis kiri adalah orang yang telah menikah. Waktu itu pula wanita itu memandang kasihan padaku. Oh Tuhan benci sekali aku pandangan itu . Dari pandangannya aku mengartikan kalau aku telah melewati kesempatan untuk bertemu dengan para pria yang luar biasa di acar...