Skip to main content

seberapa penting penilaian orang lain

Seberapa penting penilaian orang lain atas kita ? Pertanyaan ini kembali berkecamuk dalam otakku yang sederhana setelah sebelumnya seorang teman bertanya, mengapa aku memasang foto profile bersama bayi.Bagaimana kalau kemudian orang-orang mengira aku sudah berkeluarga dan punya seorang bayi.

"Penting yah mikirkan apa yang dipikirkan orang lain?" Begitu pertanyaanku.

"Kalau ada yang suka padamu, dia akan menghilangkan perasaannya karena dia mengira kamu sudah punya anak, " lanjut teman tadi.

"Yah nggak masalah to,"balasku. Itu berarti dia tidak mengenal aku atau setidaknya dia tidak berusaha mengenal aku sebenarnya. Teoriku kalau seorang pria suka padamu,dia akan cari tahu semua hal detail tentang kamu. Kalau nggak, yah berarti hanya sekedar saja kadar sukanya. Baguslah kalau begitu, sehingga aku tidak perlu menginvestasikan waktu untuk laki-laki yang nggak penting itu."

Teman itu tertawa. Jelas atau tidak perkataanku, tetap juga bukan hal penting yang ingin kutegaskan padanya.

Dulu aku menaruh penilaian orang lain dalam list atas kehidupanku sampai suatu ketika dalam titik terendah hidupku, aku mendapati tidak ada gunanya memikirkan apa yang orang lain pikirkan tentang aku untuk beberapa alasan, antara lain,

1. Emang siapa dia menilai aku?

2. Apa penilaiannya membuatku bangkit maju atau malah terduduk dan jatuh mati ?

3. Ternyata itu hanya pikiranku.

Alasan ketiga yang membuatku ngakak hampir terpelanting dari kursi belajar. Lha bagaimana tidak ? Iya kalau ternyata orang lain berpikir tentang kita, bisa saja kan ternyata orang lain nggak berpikir tentang kita karena mereka sedang berpikir tentang pikiran orang lain atas mereka haahaha...wasting time banget mikirin sesuatu yang ternyata nggak dipikirin orang lain. Emang kita orang penting yang selalu jadi pusat perhatian orang lain??

Dunia ini selalu berbentuk lingkaran. Jadi, percaya saja kalau tidak semua hal terjadi sesuai dengan pikiran kita!

Kini aku berjalan berdasarkan penilaian Tuhanku atas aku. "Aku tidak membiarkan diriku dinilai dan dihakimi orang lain,"Itu yang dikatakan Rasul Paulus.

Ayat lain di ALkitab Perjanjian Baru mengatakan, "Ukuran yang kau ukurkan atas orang lain, juga akan diukurkan padamu,"

Jadi, seberapa penting penilaian orang lain ? Jawabnya sepenting alasan Tuhan menginginkan kita menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke sehari. Kalau jawabnya enggak begitu, PERGI SAJA DARI HIDUPKU!

Comments

Popular posts from this blog

kangenku melayang

Aku kangen banget hari ini- dengan kamu – pria yang begitu mempesona. Tapi rinduku ga pernah jelas bagimu. Kamu menejermahkannya dengan candaan tetapi aku mengartikannya sebagai penolakan. Rinduku ga pernah penting untukmu. Sesaat aku menyesal mencintaimu. Tetapi aku terlanjur mencintaimu dan aku ga akan pernah mencabutnya kembali. Aku terlalu mencintaimu. Akh..andai waktu bisa terulang. Andai jarak bisa ditiadakan… Jangan bilang aku kekanakan. Jangan bilang aku tidak mengerti dengan yang kukatakan. Bahasaku sederhana – aku hanya ingin berada disisimu.

liputan ke aceh

aceh... akhirnya aku menjejak kaki juga ke serambi mekah itu. dan hatiku menangis. dalam. rick paddcok-rekanku-jurnalis kawakan dari LA Times memegang tanganku. "it's ok rick, " aku menepis tangannya. kaki terus melangkah.pelan. tiap langkah hanya tangisan yang dalam. aku menghela napas. berat. sementara pastorku-Sukendra Saragih menangis pilu. raut wajahnya -God! aku tau betapa tersiksanya dia melihat ini semua. 9 tahun ia bolak-balik aceh. ratusan ribu kali. hanya untuk satu visi agar ada hidup baru yang mengalir di aceh. tapi hari ini.. gelombang tsunami meluluhlantakkan negeri ini dan menyeret ratusan ribu jiwa ke neraka. aku menarik napas lagi. kali ini lebih dalam. tapi yang terjadi aku malah muntah. Rick memegang pundakku,"are you ok vie" aku meraih lengannya. aku hanya bisa mengangguk pasrah. dan aku pun memulai liputanku. aku disana seminggu. ada banyak hal yang ingin kuceritakan. tentang kehilangan. tentang rasa sepi.tentang keputusasaan. tentang ...

arti cincin di jari manis

Hari ini seorang teman dari Jepang bertanya padaku apakah aku telah menikah. Aku balik bertanya kenapa dia berpikir demikian dan jawabannya karena aku memakai cincin di jari manis kiri. Aha! Pertanyaan ini pernah juga terlontar di hari terakhir aku di Jerusalem saat menghadiri konvokasi doa internasional. Seorang volunteer dari negara South Afrika menanyakan hal yang sama. Dan wanita ini menanyakan hal itu karena ternyata seorang pria bertanya kepadanya apakah aku telah menikah. Waktu itu aku belum bisa menangkap hubungan antara memakai cincin yang telah puluhan tahun menghiasi jariku dengan apakah aku telah menikah atau belum. Wanita itu bilang hampir di seluruh negara terutama negara barat, orang yang memakai cincin di jari manis kiri adalah orang yang telah menikah. Waktu itu pula wanita itu memandang kasihan padaku. Oh Tuhan benci sekali aku pandangan itu . Dari pandangannya aku mengartikan kalau aku telah melewati kesempatan untuk bertemu dengan para pria yang luar biasa di acar...