"kamu benaran mau dicariin cowok?" temanku yang nggak bisa disebut namanya melongo bego nggak percaya.
sekali lagi aku mengangguk yakin.
"Lho?! Jadi kenapa kemarin kuajak merit, kau nggak mau ?"
gantian aku yang melongo. "emang kapan kau mengajakku merit?"
"kemarin sebelum aku menikah."
aku benar2 terbodoh,"emang kau sungguhan?"
dia melengos kesal,"Yah iyahlah Nov. Ngapain juga aku main2 ngajak anak orang merit."
"Kok aku nggak ngeh kalo kau sungguhan?"
Dia mengacak rambutku; sayang. "anak bego!tau gitu kan kita yang nikah."
"tapi kan kau mengatakannya kayaknya sebulan sebelum kau menikah ? Gimana sih ? Udah deh nggak usah sarap kau."
"justru itu. aku menikah dengannya karena kau menolak menikah denganku."
"Jadi kalo aku katakan yah?"
"Yah kamu sekarang yang jadi istriku."
"Tapi waktu itu kan kamu bilangnya sambil becanda,"
"Becanda gimana?! aku tuh serius. bang tiiiiittttt aja nanya, apa aku serius dengan perkataanku ke kau. Kok malah kau nggak nyadar? Gemana seh non?"
"Tapi aku benaran menganggap kamu becanda."
"jadi sebenarnya kau mau menikah denganku?"
"yah enggaklah."
Lho?
aku dan dia emang nggak mungkin menikah. pertama dan yang mendasar karena kita beda agama. hanya saja, aku belajar satu hal dari percakapanku dengannya hari ini, bahwa terkadang justru dalam candaanlah terkandung kebenaran yang ada dalam hati.
hm, jadi kalo sekali lagi ada yang mengajakku menikah dan meski dia bilangnya becanda; well kalo aku suka dia juga, aku bakal bilang, yes I do!
sekali lagi aku mengangguk yakin.
"Lho?! Jadi kenapa kemarin kuajak merit, kau nggak mau ?"
gantian aku yang melongo. "emang kapan kau mengajakku merit?"
"kemarin sebelum aku menikah."
aku benar2 terbodoh,"emang kau sungguhan?"
dia melengos kesal,"Yah iyahlah Nov. Ngapain juga aku main2 ngajak anak orang merit."
"Kok aku nggak ngeh kalo kau sungguhan?"
Dia mengacak rambutku; sayang. "anak bego!tau gitu kan kita yang nikah."
"tapi kan kau mengatakannya kayaknya sebulan sebelum kau menikah ? Gimana sih ? Udah deh nggak usah sarap kau."
"justru itu. aku menikah dengannya karena kau menolak menikah denganku."
"Jadi kalo aku katakan yah?"
"Yah kamu sekarang yang jadi istriku."
"Tapi waktu itu kan kamu bilangnya sambil becanda,"
"Becanda gimana?! aku tuh serius. bang tiiiiittttt aja nanya, apa aku serius dengan perkataanku ke kau. Kok malah kau nggak nyadar? Gemana seh non?"
"Tapi aku benaran menganggap kamu becanda."
"jadi sebenarnya kau mau menikah denganku?"
"yah enggaklah."
Lho?
aku dan dia emang nggak mungkin menikah. pertama dan yang mendasar karena kita beda agama. hanya saja, aku belajar satu hal dari percakapanku dengannya hari ini, bahwa terkadang justru dalam candaanlah terkandung kebenaran yang ada dalam hati.
hm, jadi kalo sekali lagi ada yang mengajakku menikah dan meski dia bilangnya becanda; well kalo aku suka dia juga, aku bakal bilang, yes I do!
Comments