Bila Engkau tak besertaku Kutak mau berjalan Kuperlu Tuhan pimpin langkahku Dengan kasih karuniaMu Pimpin langkahku setiap waktu Berjalan dalam rohMu Nyatakan Tuhan kemuliaanMu Dan berjalanlah denganku -----‐-------------------‐------------------------- Lagu ini senantiasa jadi berkat bagi hidupku. Menguatkan aku disaat sulit. Meneguhkan hatiku saat aku bingung mengambil keputusan. Mendorongku untuk percaya bahwa Tuhan akan ada seperti apapun jalan didepan. Malam ini aku mendengarnya lagi di akhir khotbah ibu pdt. Debby Bajzir. Lagu ini sangat istimewa karena sebagai anak tunggal dengan orang tua yang bolak balik sakit dan opname di rumah sakit, lagu ini memberikan jaminan bahwa aku tak pernah benar- benar sendiri. Usai dengar khotbah, aku masuk ke kamar dan melihat dua anakku tidur pulas.; aku melihat penyertaan Tuhan disana. Melihat laptop yang seharian kupakai mempersiapkan bahan kuliah di meja, aku juga melihat kebaikan Tuhan disana. Siapalah aku ini ? Apa yang sudah kuperbuat se
Dunia ini memang sudah bising. Semua seperti berlomba bersuara. Bahkan dalam hening pun, otak masih saja bising dengan teriakan-teriakan yang gaduh menuntut untuk didengar duluan. Aku ga suka dunia yang bising. Keheningan sejak dulu adalah atmosfir yang kucintai. Aku bisa menikmatinya dengan hanya mendengarkan suara nafasku saja. Namun aku merasakan semakin dewasa, aku mulai kehilangan keistimewaan menikmati keheningan. Bahkan dalam diam pun, aku bisa melakukan percakapan tak putus. Dari satu cerita ke cerita lainnya, otakku saling melempar tanya, mencari jawaban dan kesemua cerita itu tidak pernah punya ujung karena sekali lagi kukatakan, aku tidak punya kendali membungkam otakku untuk diam. Keheningan menjadi mahal dan istimewa. Dia serupa seperti Tuhan; ada disana tapi tak bisa disentuh. Suara-suara gila yang ingin didengar ini telah merusak hening yang kusuka. Kenapa dunia ini menjadi bising. Kenapa semua harus bicara bersamaan. Kenapa diam pun ikut berbicara bising kalau diam sed