Jumat lalu (30/10), suamiku lulus CPNS. Perasaan senang, haru bercampur di hati. Menengok ke belakang, kami memang patut mengucapkan syukur karena perjalanan CPNS dia yang tidak mudah. Sejak daftar di bulan Nov 2019, berkas suamiku ditolak karena dinilai tidak memenuhi syarat kompetensi bidang sesuai ijazah. Padahal sebenarnya sama sih hanya saja, karena dia lulusan kampus Belanda, maka tidak ditulis eksplisit di lembar ijazah dengan kompetensi yang disyaratkan. Aku nanya ke dia, apakah itu bisa diperjelas dan ternyata panitia seleksi memberi waktu seminggu untuk melakukan sanggah atas ketidaklulusan. Dan kami memakai waktu sanggah itu. Singkat cerita, dia kemudian dinyatakan lolos seleksi berkas. Wah, kami senang sekali sampai pakai berurai air mata. Terima kasih Tuhan. Kami memang sejak awal udah mendoakan hal ini dan berharap penuh kalau suamiku lulus. Jadi waktu awal ditolak, kok ya rasanya langsung nggak enak banget. Kayak nggak ada harapan. Untunglah kami sempatkan buat sanggahan itu.
Nah di bulan Februari 2020 dia ikut tes SKD. Hasilnya dia di peringkat 6 secara nasional. Hadeh, dag dig dug ser perasaan ini. Bayangin aja, yang dicari dua orang. Itu artinya secara peraturan pemerintah peserta yang akan bertanding hanyalah mereka yang di posisi ranking 1-.6. Dan suamiku itu diposisi 6. Paling buncit. Hadeh, kayak enggak ada harapan lagi kayak pas diyatakan ga lulus administrasi awal. Mana selisih nilainya dengan peserta lainnya jauh. Aku makin mendorongnya untuk belajar. Doski yang emang wataknya penurut dan rajin itu, memang belajar. Aku malah kadang memberikan beberapa keiimewaan baginya untuk bisa berdua saja dengan tumpukan print-an sejumlah peraturan perundangan-undangan yang katanya bisa jadi masuk ke dalam ujian SKB. Cuman yah itu tadi, namanya dia belajar sambil kerja, so beberapa kali kedapatan ketiduran dengan ceceran kertas dimana-mana. Astaga!
Sementara suami berkutat dengan tetek bengek persiapan, aku dan dua putra kami tiap hari hampir 2 x sehari pasti berdoa khusus buat kelulusan papanya di CPNS BKN. Kadang yang sulung doa, kadang yang bungsu yang doa dengan kalimat mantra yang sama, ‘Tuhan Yesus, luluskan bapak di BKN’ hahaha. Saat-saat itu aku mengajarkan kepada mereka tentang iman dan pengharapan. Yang kadang karena terlalu sering dibilangin dan mungkin terlalu panjang, anakku yang sulung dengan sadis bilang, ‘Udah selesai mamak bicara? Sudah boleh tidur? ‘ hahahahahah…. Kadang-kadang anak anak bisa sadis lho. Tapi kadang-kadang mereka juga bisa sangat manis ketika mereka rebutan minta mereka yang berdoa kelulusan bapaknya. Entah mereka paham apa tidak, doa kelulusan bapaknya adalah doa wajib kalau tidur siang dan malam hari. Dan itu sudah kami lakukan sejak awal pemberkasan di bulan November 2019.
Balik soal si papa. Nah karena covid, akhirnya ujian SKB yang harusnya diadakan bulan Maret dibuat di bulan September. Dan perpanjangan waktu itu membuat suasana rumah benar-benar kayak punya anak bimbingan yang lagi persiapan UMPTN hahaha..(Soal ini hanya anak angkatan 98 yang tahu yang kumaksud). Dia belajar, kami doa..Begitu terus. Sampai tiba waktunya ujian SKB dan puji Tuhan lulus tahap ini juga. Hasilnya, dia berada di posisi paling atas diantara 2 peserta ujian di Medan, tapi kita belum happy sangat karena masih ada 3 peserta lainnya di Jakarta yang kita nggak tahu perolehan hasilnya ditambah kita juga tidak tahu hasil tes wawancara yang dilakukan secara virtual dengan assessor BKN pusat.
Menunggu saat pengumuman tanggal 30 Oktober menjadi saat-saat mendebarkan dan penuh tantangan iman. Apalagi masih ada beberapa orang yang udah bilang dia lulus sebelum pengumuman nasional. Nggak tahu nih kok bisa over pede. Kita berusaha santai padahal kagak hahaha..Setidaknya aku yang kagak santai, kalau si papa sih santai aja kayak biasa. Sampai malam hari mau pengumuman, eh dia tidur nyenyak loh ga nungguin hasil dan aku yang saban jam bangun ngecek twitter official BKN hahaha..Entah siapa sebenarnya yang pengen jadi PNS hahaha.Tapi yah begitulah keluarga kami. Aneh-aneh mesra hihi.
Esoknya gitu juga. Aku ngomel terus mengingatkan dia untuk rajin mantau pengumuman. Dan sampai hampir jam 11 siang, pas kami mau berangkat jalan-jalan. Eh dia teriak pelan kalau dia lulus. Wah kagetlah anak mudanya. Anak-anak juga kaget karena mamanya kaget hahahhaha. Benaran dia lulus dan diperingkat pertama. Asli, aku nangis meluk dia, meluk anak-anak. Terus aku pergi kekamar dengan dua krucilku yang bengong dengan aksi tegang papanya bilang lulus, dan mamanya yang berurai air mata film India- ngekor aku ke kamar. Dan saat aku bilang, kalau papanya lulus BKN. Eh anak-anakku komennya malah,’jadi papa nggak kerja di xxx’ Muka mereka kayak kecewa gitu tapi kayak happy juga melihat mamanya happy dengan kelulusan ini hahaha. Aku memeluk mereka dan tahu alasan kenapa anakku pengen papanya tetap kerja di kantor itu. Kantor itu memang ajaib banget. Dia telah memberikan kepada keluarga kami begitu banyak waktu luang di rumah, makanan yang enak dan hal-hal yang menyenangkan lainnya. Well, nggak sedramatis gitu sih. Tentu saja ada nggak enaknya, tapi anak-anakku senang banget karena papa kadang membawa mereka kesana dan memberi mereka uang lima ribu kertas untuk dimasukkan ke vending mesin dan membeli minuman botol mereka sendiri layaknya orang dewasa. Disana kadang (sangat sering malah), mereka diberi hadiah uang, kue, minuman oleh teman-teman kerja papanya), dan yang paling membuat mereka happy adalah kalau pulang mereka akan dibawa papanya ke resto cepat saji KFC dan si papa ini yang tingkat kesabaran benar-benar level dewa; akan membiarkan anak-anaknya main di playground KFC sampai mereka lelah antara makan minum dan main. Saking lelahnya tertidur di mobil dalam perjalanan pulang. Tinggal si mama yakni aku yang suka geleng-geleng kepala dengan hati yang dipenuhi iri karena nggak pernah digituin sama bapakku hiksss.. Jadi memang yah diluar hal-hal lain yang tidak memuaskan di kantor itu, we all shoud say big thanks karena menikmati begitu banyak hal baik disana.
Dan hari ini saat aku menulis hal ini, aku hanya mau bilang. Kalau sekali Tuhan membuka jalan Dia nggak akan menutupnya lagi. Aku juga mau bilang kalau seminggu sebelum pengumuman kita malah entah kenapa enggak tiap hari lagi doa kelulusannya. Sampai aku bilang gini ke hatiku, ‘Waduh bakalan bubarlah ini. Aku aja ga serius medoakannya. ‘ Tetapi saat aku lihat suami lulus. Tuhan cuman bilang gini,’ Aku udah bilang iyah yah iyah. Nggak akan menjadi tidak hanya karena kamu nggak setia. ‘
Memanglah ya, begituah cara kerja Tuhan. Dia selalu saja menetapati apa yang telah dijanjikannya. Terima kasih Ayah buat janji yang ditepati.
Comments