Skip to main content

Gimana sih caranya minum dari termos ?

Akh lagi di perpus ini memulai penggarapan disertasi. Belum apa-apa aku udah tiga kali menumpahkan latte yang dibeli di kantin perpus. Untung tumpahannya di baju dan bukan di karpet. Soalnya tidak dibenarkan bawa makanan dan minuman ke perpus kecuali itu mineral water (air mineral maksudnya hi hi hi...). Namun aku benar-benar tidak tahan lagi, mataku ngantuk dan mulai sulit konsentrasi melihat 3 disertasi yang semuanya ditulis dalam bahasa Inggris (lha iyahlah, namanya kuliah di Inggris hihihi).

Akhirnya aku beli latte  dan pas ditanya mau small or big; sebenarnya sumpe mau bilang small tapi melihat kantin itu sepi dan si pelayan kayaknya udah siap-siap saja mau pulang, jadinya ga enak hati pesan yang kecil dan akhirnya pesan yang besar. Yah yah yah, aku tahu..Indonesia banget aku kan..Masih suka sungkanan hihihih..Nggak pa pa juga..kadang budaya sungkan perlu lho supaya lebih bisa menghargai orang lain. Apalagi kalau ternyata si mas (ya elah, emang dia orang Jawa?!) maksudku orang bule itu (udah tepat ko rasa panggilannya?!) tersenyum senang aku minta yang besar. Namun setelahnya aku buru-buru rogoh kantong depan tas ransel mencari apakah logam-logam penceku cukup untuk membayar £1, 95. Ternyata ga cukup hiksssss.. Yang cukup malah yang nilainya lebih besar yakni £8 dalam bentuk 3 logam dan satu lembar senilai £5 hahaha..Puji Tuhan.

Nah balik deh ke cerita pesan latte tadi. Pas nunggu si mas (ups!) si bule buatin latte, aku ngider-ngider lihat makanan yang disajikan dan disana ada croissant. Akh, pengen pesen satu saja trus dimakannya sambil duduk dan menghirup latte di bangku taman depan perpus. Tapi alarm otak ini langsung berteriak-teriak hebat soal DISERTASI!

Yah sudahlah aku ngalah meski menelan ludah berkali-kali. Nggak mungkin bisa makan croissant di dalam perpus, apalagi aroma latte sudah kuprediksi akan tercium para mahasiswa teladan yang juga sedang bergulat dengan bacaan mereka hahaha..

Nah, begitu duduk aku langsung mau minum tuh latte dan sodara-sodara, lattenya tumpah dari ujung bibir termos alumanium. Aku panik tapi otak langsung bekerja dan dengan sok cool bergerak mengambil kertas, mengoyaknya dan dengan gerakan berlahan mengelap tumpahan latte yang di meja sambil (masih dengan sok cool) pura-pura ngamatin layar komputer. Padahal sumpe yah yang dilihat bukan jurnal ilmiah tapi Kompasiana hahaha..Akh biarin saja toh mahasiswa-mahasiswa lainnya nggak bakalan bisa mengerti apa yang sedang kubaca. Jadi selama yang dibuka kayak catatan di layar komputer dan itu berbahasa Indonesia, yah aman saja hihihihi..

Jadi setelah aku berhasil mengelapnya, aku mulai berpikir bagaimana menegukknya tanpa harus tumpah lagi. Jadi aku teringat cara abang kalau minum teh. Abang selalu saja meminum tehnya melalui lubang di tengah termos yang jika ditekan akan memberikan ruang bagi air didalamnya untuk mengalir keluar. Nah tinggal ditegukkan ke mulut deh kayak minum dari gelas. Abang selalu berhasil melakukannya. Jadi aku pikir aku juga pasti bisa. Nggak tahunya pas aku mau teguk, eh lattenya tumpah persis ke bawah dagu, melewati leher trus turun ke jaket coklat yang berbulu-bulu halus itu. Aku nyaris nangis. Pertama, karena aku kehilangan  latteku. Kedua karena aku harus mencuci lagi jaket buku-bulu itu (arg!). Ketiga, karena dua cowok yang duduk di depanku mulai senyum-senyum melihat kelakuaanku.

Oh ya, setelah kejadian yang memalukan sekitar 30 menit lalu tadi, aku mencoba minum lagi kayak yang dilakukan abang dan hasilnya TETAP TUMPAH. Tapi aku nggak peduli lagi, aku tuang saja terus meski ada aja yang tumpah ke dagu, leher, dan kerah jaket bulu-bulu, namun yah toh sudah memang kotor yah sekalian saja hihihihi..

Itu dulu buat hari ini...Aku meski buru-buru menyelesaikan baca disertasi yang terakhir.

See you...

Comments

Popular posts from this blog

Kepada rekan sevisi (cont: ayo donasi ke Israel)

Medan, 08 September 2008 Kepada : Teman sevisi Salam kegerakan, Nama saya Novita Sianipar. Panggil saya Vita. Saat ini saya mendapat undangan untuk mengikuti konferensi internasional (All Nations Convocation Jerusalem/ ANCJ) di Israel mulai tanggal 21 September hingga 13 Oktober 2008. Saya memperoleh undangan ini dari rekan saya Miss X (maaf nama dirahasiakan), yang juga volunteer di JHOPFAN (Jerusalem House of Prayer for All Nations) di Israel. Dia merupakan staff disana pada konferensi sebelumnya. Beliau merekomendasikan nama saya sebagai salah satu volunteer untuk kawasan Asia. Saya merupakan satu-satunya volunteer asal Indonesia yang bakal bertugas di konferensi itu. Tugas saya dalam acara tersebut adalah menyambut para delegasi dari seluruh dunia khususnya dari Asia dan memfasilitasi kebutuhan mereka dalam acara tersebut. Selain itu saya mendapat tambahan tugas dibagian publikasi dan media. Adalah penting jika Indonesia mengirimkan volunteer perwakilannya di ANCJ di Israel. Saat i...

Masih cemas

Aku berusaha untuk konsentrasi menyelesaikan essay tapi pikiran selalu saja berlari ingin pulang dan memeluk mama. Seperti apapun yang kuupayakan, tetap saja aku nggak bisa menghalau rasa cemas ini. Aku takut...........

Berani mencinta berani disakiti

Benci dan kemarahan hanyalah dua komponen yang menyerang ganas kepada mereka yang dipercaya namun merusak kepercayaan itu. Benci yang kata orang benar-benar cinta sebenarnya menunjukkan defenisi yang benar bahwa benci hanya bisa dilampiaskan  kepada orang yang benar-benar kita cintai haha. Kemarin aku menonton sebuah FTV, Si tokoh wanita bilang, "Aku tidak ingin disakiti, makanya aku tidak ingin mencintainya. " Lantas, si tokoh pria mengatakan, "Kalau kau berani mencintai, kau sedang memberi peluang untuk disakiti." Cinta dan rasa sakit hati nampaknya memang satu paket. Itulah sebabnya kitab Amsal juga menuliskannya dengan jelas bahwa orang yang paling berpeluang menyakitimu adalah orang yang paling kamu cinta dan percayai. Jadi jika memang satu paket, tentu kalimat bijak yang bisa dibentuk ialah, berani mencinta berani disakiti hahahahaha..Mengerikan.