Aku seharian ini menemukan begitu banyak keajaiban. Salah satu yang terbesar justru keajaiban menemukan pisang goreng di pagi hari.
Bangun jam 6 pagi tadi aku harus sudah berkutat lagi dengan tulisan yang belum kelar; mengenai gender. Baca dikit, tulis banyak, nguap, nulis lagi, ketiduran 5 menitan, bangun dan mencoba konsentrasi nulis lagi hahaha...ajaib.
Jam 7 mandi dan bergegas ke rumah narasumber yang letakya di ujung bumi. Jauhhh banget dah. Persoalan dimulai dengan permintaan simpel yang kuiyakan tanpa mikir dari si narasumber.
"Ntar aku buatin kopi yah. Kamu bawa pisang goreng biar klop."
Lantas mulutku langsung aja mengiyakan. Mulailah problem itu.
Persoalannya sodara-sodara, sulit menemukan pisang goreng di pagi hari. Nggak tahu kenapa. Yang ada hanya lontong, mie balap, bakwan dan perkedel. Sepanjang jalan celangak celengok nyariin namun ga dapet juga.
Tapi hatiku ini lho...kok rasanya mantap aja tetap melaju dengan kecepatan tinggi ke rumah narasumber dengan satu keyakinan bahwa entah bagaimana akhirnya aku mendapatkan pisang goreng itu.
Tapi begitulah. Bagai penjajah kejam, aku membantai hatiku dengan logika. Daripada nggak dapat pisang goreng, yah beli saja lontong dan bakwan.
Nyatanya sodara-sodara, benaran saja. Jelang hampir dekat dengan rumah si narasumber, eh waktu aku nanya arah, nggak sengaja (atau disengajakan Tuhan???) aku melihat si bapak tempat aku bertanya- 15 derajat ke kanannya ada gorengan pisang dan ubi jalar.
Mataku berbinar dan segera memborong pisang dan ubi jalar goreng itu (takut didahului orang lain hihihi).
"Pak ini pisang gorengnya,"kataku pada si narasumber.
"Ti.." teriak si bapak pada pembantunya, "Tolong buatkan kopi yang enak buat si Vita. Dia ini penikmat kopi,"
Aku ketawa ngakak dan dia juga.
Dua jam ngobrol, coba tebak berapa pisang goreng yang dihabiskan bapak itu? Alamak, cuma setengah saja. Sedangkan aku ? Sumpe, aku pengen ambil piring di dapurnya dan makan lontong hahaha...
Tapi bagiku, pelajaran terpentingnya adalah bagaimana pisang goreng mengajarkanku tentang bagaimana tetap berharap meski tidak ada ada dasar untuk berharap. Bagaimana untuk tetap percaya kepada DIA apapun yang terjadi.
Pisang goreng itu bagiku keajaiban besar untuk mimpi besarku.
Terima kasih pak..bukan hanya untuk wawancaranya tapi juga untuk pelajaran tentang pisang goreng.
Bangun jam 6 pagi tadi aku harus sudah berkutat lagi dengan tulisan yang belum kelar; mengenai gender. Baca dikit, tulis banyak, nguap, nulis lagi, ketiduran 5 menitan, bangun dan mencoba konsentrasi nulis lagi hahaha...ajaib.
Jam 7 mandi dan bergegas ke rumah narasumber yang letakya di ujung bumi. Jauhhh banget dah. Persoalan dimulai dengan permintaan simpel yang kuiyakan tanpa mikir dari si narasumber.
"Ntar aku buatin kopi yah. Kamu bawa pisang goreng biar klop."
Lantas mulutku langsung aja mengiyakan. Mulailah problem itu.
Persoalannya sodara-sodara, sulit menemukan pisang goreng di pagi hari. Nggak tahu kenapa. Yang ada hanya lontong, mie balap, bakwan dan perkedel. Sepanjang jalan celangak celengok nyariin namun ga dapet juga.
Tapi hatiku ini lho...kok rasanya mantap aja tetap melaju dengan kecepatan tinggi ke rumah narasumber dengan satu keyakinan bahwa entah bagaimana akhirnya aku mendapatkan pisang goreng itu.
Tapi begitulah. Bagai penjajah kejam, aku membantai hatiku dengan logika. Daripada nggak dapat pisang goreng, yah beli saja lontong dan bakwan.
Nyatanya sodara-sodara, benaran saja. Jelang hampir dekat dengan rumah si narasumber, eh waktu aku nanya arah, nggak sengaja (atau disengajakan Tuhan???) aku melihat si bapak tempat aku bertanya- 15 derajat ke kanannya ada gorengan pisang dan ubi jalar.
Mataku berbinar dan segera memborong pisang dan ubi jalar goreng itu (takut didahului orang lain hihihi).
"Pak ini pisang gorengnya,"kataku pada si narasumber.
"Ti.." teriak si bapak pada pembantunya, "Tolong buatkan kopi yang enak buat si Vita. Dia ini penikmat kopi,"
Aku ketawa ngakak dan dia juga.
Dua jam ngobrol, coba tebak berapa pisang goreng yang dihabiskan bapak itu? Alamak, cuma setengah saja. Sedangkan aku ? Sumpe, aku pengen ambil piring di dapurnya dan makan lontong hahaha...
Tapi bagiku, pelajaran terpentingnya adalah bagaimana pisang goreng mengajarkanku tentang bagaimana tetap berharap meski tidak ada ada dasar untuk berharap. Bagaimana untuk tetap percaya kepada DIA apapun yang terjadi.
Pisang goreng itu bagiku keajaiban besar untuk mimpi besarku.
Terima kasih pak..bukan hanya untuk wawancaranya tapi juga untuk pelajaran tentang pisang goreng.
Comments