Skip to main content

God Chasers Conferense with Tommy Tenney


God Chasers Conferense with Tommy Tenney
Topik hari pertama: Melalui Problem Hidup

Aku bertemu untuk kedua lainya dengan Tommy Tenny tanggal 27-28 Agustus 2009. Dia masih sebagai pengkhotbah dan aku yah…masih tetap seorang jemaat hahahaha…

Serangkaian hal yang lucu tetap saja mengikutiku. Sepertinya Tuhan punya selera yang bagus untuk mengikat memoriku akan Tenney. Good job God!

Tenney berkhotbah selama dua hari di Pardede Hall di acara God Chasers Conferense with Tommy Tenney yang diselenggarakan GBI rayon 4 dan Persekutuan Gereja Lembaga Injili Indonesia (PGLII)

Di hari pertama Tenney bicara dengan topik Bagaimana Melalui Problem hidup. Kali ini dia mengambil kisah bangsa Israel yang menyeberang sungai Yordan (Yosua 4)

Well, apa yang istimewa dari sebuah kisah menyeberang sungai. Hey, tidak pernah sekalipun pendeta yang berkhotbah tentang sungai. Kalau menyeberang lautan yah sering. Tapi sungai ? Ayolah, kau (Tenney) pasti lebih baik dari itu, pikirku

Tapi kemudian aku mengingat dengan jelas saat pertama kali Tenney bawakan khotbah tentang Hadasa. Bukankah itu juga topik yang tidak pernah kudengar sebelumnya dan nyatanya apa yang kudengar itu luar biasa.

Kitab Yosua 4 menceritakan tentang Yosua yang memimpin bangsa Israel menyeberangi sungai Yordan untuk berperang ke dataran Yerikho. Hampir sama dengan cerita laut merah yang terbelah, Sungai Yordan terputus aliran airnya takkala para imam pengangkut tabut perjanjian menyeberang bersama dengan bangsa Israel. Nah, pada waktu itu, batu-batu tempat 12 imam pengangkut tabut berjejak, diperintahkan Tuhan untuk diangkut dan dibawa ke tempat dimana bangsa Israel akan berkemah. Tuhan bermaksud menjadikan batu-batu ini sebagai tanda peringatan bagi generasi Israel bahwa Tuhan sekali lagi menolong mereka.

Tapi Yosua tidak berhenti sampai disitu, ketika 12 orang terpilih yang mewakili bilangan 12 suku Israel selesai mengangkut batu-batu yang berat itu, Yosua kemudian meletakkan 12 batu yang berbeda di tempat bekas jejak para imam di tengah-tengah sungai Yordan.

Well, Tuhan tidak menyuruh Yosua untuk melakukan hal itu. Yosua juga tidak terpaksa untuk melakukannya.

Tenney bilang kira-kira mungkin beginilah yang dikatakan orang Israel atas tindakan Yosua…

“Ayolah Yosua, untuk apa engkau meletakkan batu disitu – di tengah sungai Yordan lagi. Tidak seorang pun tahu kalau ada batu-batu yang sengaja engkau letakkan disitu. Come on, kita sudah kedinginan dan kelaparan. Jangan menambahi beban kita. Lagipula Tuhan tidak menyuruh kamu melakukannya kan ? So what’s a matter?! Lupakan batu itu. Kau membuat kita menjadi menunggu. Berat nih tabutnya. “

Tapi Yosua tidak peduli. Dia tahu apa yang dia lakukan. Memang mungkin tidak ada seorangpun yang akan tahu dan kemudian mengingat ada 12 batu di tengah-tengah sungai Yordan. Tapi Yosua tahu yang orang lain tidak tahu. TUHAN TAHU PERSIS ADA BATU-BATU DISITU DAN HANYA ITU YANG YOSUA PERLUKAN.

Dan tahukah teman-teman, itulah sebabnya mengapa sungai Yordan menjadi sungai tempat Yesus dibabtis dan juga merupakan sungai yang airnya menyembuhkan. Ingat kisah perwira yang sakit kusta, Yesus menyuruhnya untuk membenamkan diri sebanyak 7 kali di sungai itu. Padahal diantara sungai lainnya yang membentang di Israel, sungai Yordan tercatat sebagai sungai yang terjorok. Tapi Yesus memilih sungai itu untuk menyembuhkan sang perwira karena sungai itu memiliki tanda peringatan berupa batu-batu – tempat Tuhan pernah berbuat sesuatu yang dasyat dalam kehidupan umatNya.

Di sungai Yordan ada altar (batu – batu) yang membuat sungai itu istimewa.

Lantas mengapa dan apa pentingnya suatu tanda peringatan .. Kitab Yosua 4 : 6 mengatakan “ supaya ini menjadi tanda di tengah-tengah kamu. Jika anak-anakmu bertanya dikemudian hari…”

Bukankah itu indah. Tuhan menginginkan kita selalu membuat tanda peringatan tiap kali Tuhan melakukan sesuatu yang dasyat atas hidup kita sehingga dikemudian hari tákkala anak-anak kita mengalami masalah yang dasyat yang dahulu sudah pernah kita lewati dan Tuhan membantu kita melewatinya – anak-anak kita pada akhirnya punya iman untuk melawati masalah yang mereka hadapi. Kita meninggalkan suatu tanda peringatan atau jejak kemenangan yang jadi tuntunan bagi hidup anak-anak kita kelak. Bukankah Allah tidak berubah. Kasih setia dan kuasa tetap untuk selama lamanya. Amin.
Jangan lupa membangun tugu peringatan saat mukzizat Tuhan terjadi. Iman memang sangat dasyat tapi sangat mudah dilupakan. Sedangkan sebaliknya ketakutan tidak dasyat tapi punya memori yang panjang.

Tenney cerita suatu kali ketika dia masih kecil, kucingnya berlari begitu kencang dan mendarat tepat di atas tungku gas yang menyala. Kucing itu menjerit dan melompat. Sejak saat itu si kucing jangankan untuk berada dekat tungku gas, untuk berada di wilayah dapur saja dia takut. Kucing itu takut dia merasakan rasa sakit yang dahulu.

Sama seperti kucing itu, sering sekali kita takut menghadapi masalah yang sama hanya karena kita punya pengalaman buruk mengenainya. Padahal kita tidak pernah tahu bahwa Tuhan sudah mengubah akhir cerita dari masalah itu. Memori akan hal yang buruk sering mengurungkan niat kita untuk melangkah dengan iman karena itu sangatlah penting untuk membangun tugu peringatan atas apa yang Tuhan pernah kerjakan sehingga kita bisa mengalahkan ketakutan kita dengan melihat kepada tugu peringatan tadi.

Lantas selain membangun tugu atau tanda peringatan tadi, apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasi masalah..

Suatu kali Paulus dan Silas dimasukkan ke dalam penjara. Kitab Kisah Para Rasul 16 : 23 – 25 mencatat mereka berkali-kali didera lalu kaki mereka dibelenggu dengan pasungan yang kuat. Namun hebatnya kira-kira tengah malam bukannya mereka istrahat setelah dipukul bertubi-tubi, hamba Tuhan ini malah berdoa dan menyanyi memuji-muji Allah dan orang-orang hukuman yang lain mendengarkan mereka. Dua hamba Tuhan ini menurutku sangat tidak masuk akal. Alih-alih melemaskan otot terutama kaki yang dibelenggu mereka justru berdoa dan bernyanyi yang kuyakini sangat keras karena alkitab mencatat orang hukuman yang lain mendengar suara mereka.

Lantas apa yang terjadi ? Nah ini dia jawabannya, somehow terjadilah gempa bumi dan sendi-sendi penjara terbuka termasuk belenggu yang ada di kaki mereka hohoho.. ajaib!! Para hamba Tuhan ini lepas.

Tenney menegaskan agar kita menyembah pada saat ada ditengah-tengah masalah. “Daniel menyembah dalam dapur perapian juga Paulus dan Silas. Saya menolak situasi atau kondisi yang mendikte level menyembah saya. Jangan terlebih dahulu temui masalahmu tapi utus terlebih dahulu hadirat Tuhan menghadapi masalahmu. Bawa tabut dan iman untuk berjaga sepanjang hari.”

Sebenarnya mudah bagi kita memuji saat kita telah mendapatkan solusi tapi yang penting adalah harus tetap menyembah saat menghadapi masalah. Walaupun kita sedang berjalan menuju solusi kita harus tetap membangun mezbah memuji Tuhan. Bukannya cepat-cepat keluar dari masalah itu.

Doa-doa yang terbaik bukan lahir di tempat umum tapi di tempat rahasia. Marilah kita membangun altar ditengah masalah, itu akan mengubah arus sungai. Mungkin sekarang kita bilang ini masalahku yang terbesar tapi besok kita bisa bilang ini adalah mukzizat Tuhan yang terbesar. Halelluya. Amin!


Topik hari kedua: Roh Kesatuan

Antusias yang sama di hari kedua untuk mendengarkan Tenney membuatku kerja secepat yang kubisa. Biar dapat tempat duduk lebih depan, biar lebih fokus. Tapi semuanya berantakan. Anak-anak (red: reporter) pulangnya telat, buat beritanya lama. Aku yang bertugas jadi produser terpaksa nungguin dan alhasil aku telat. Telat juga akhirnya jemput Dewi – teman gereja dan parahnya hiksss…tepat di depan gedung yang telah dijaga pululan polisi, sepatu merahku putus dengan sukses. Bukannya nolong, polisi si pengabdi rakyat malah tertawa ngakak. Aku malu pisan. “Aku belikan sandal yah, “ Dewi bergerak ke arah pedagang kaki lima – yang jaraknya 3 meter. Aku mengangguk lemas.
“Mentos…mentos..” Para polisi yang itu benar-benar nggak tahu diri menyindir habis.
“Vie, nomor berapa kakimu ?” teriak Dewi. Sebaiknya aku kesana.
Baru bergerak sepatu yang kiri ikutan putus kayak yang kanan. Mau nangis rasanya, polisi-polisi itu makin kurang ajar. Aku sedang berpikir untuk lari ke dalam gedung segera atau lari pulang lenyap ketika seorang polisi bilang, “Di dalam berkatnya sempurna. Pakai sandal nggak pa-pa kan ikut kebaktian, “ Oh…my man hihihihi..Tuhan, buatlah polisi yang satu ini jadi kapolres. Amin.

Dengan kaki telanjang aku mencoba sandal murahan yang harganya delapan ribu sepasang. Aku mencobanya dan kebesaran.
“Nomor 7 atau 8 ada? Yang ini kegedean.” Dewi mau menarik sandal itu kembali. Tapi nggak tega karena tentu saja sandal itu jadi kotor oleh kakiku yang tadi telah menjejak tanah dengan telanjang kaki. Aku dan Dewi tertawa bersamaan. Lantas tanpa bilang apapun lagi kecuali terima kasih, kami masuk ke dalam gedung dengan gagah. Kuharap hihihihi…

Aku dan Dewi duduk di belakang tapi masih bisa melihat Tenney dengan jelas di arah panggung.

Dan inilah yang Tenney khotbahkan di hari kedua…tentang roh kesatuan.

Keluarga Tenney memang keluarga pastor. Kakek dan bapaknya adalah pastor. So wajar jika pada usia 8 tahun, Tenny kecil telah tertarik dengan perkara rohani. Rumah Tenney biasanya menjadi base camp para pastor ngumpul. Nah, si Tenney junior diam-diam mencuri dengar yang para pastor bicarakan. Namun kalau sudah jam 9 malam dan yang merupakan jam tidurnya Tenney, bapak atau ibunya akan bergerak memanggil dia untuk segera tidur. Tetapi pada suatu malam ketika para pastor ini berkumpul dan membicarakan suatu topik yang menarik (yang kini dia lupa topiknya) dia sangat ingin mengetahui isi pembicaraan para pastor itu. Begitu inginnya dia sehingga dia memeras otak mencari akal menghindar dari jam tidurnya. Hingga kemudian anak laki-laki kecil yang cerdik ini berlari ke atas dan mengambil semir sepatu bapaknya dan dengan diam-diam dia mengoleskan isi semir sepatu itu ke semua sepatu milik para pastor.

“Tommy, ini saatnya kamu pergi tidur, “kata bapaknya. Tommy melirik ke arah tumpukan sepatu yang telah terkena olesan semir dengan pandangan, aku punya pekerjaan banyak nih. Tidak bisakah jam tidur menunggu.

“Oh, dia mungkin membutuhkan uang, “ujar salah satu pastor.
“Biarkanlah dia menyelesaikan pekerjaannya dulu, “kata yang lainnya.

Akibatnya Tommy kecil yang cerdik itu bukan hanya mendapatkan apa yang dia inginkan (rasa ingin tahu tentang topik rohani tadi ) tapi juga uang.

Tommy Tenney bilang, “Pengalaman waktu saya kecil itu mengajarkan saya bahwa jika kau izinkan dirimu menjadi hamba, kau akan ditarik ke tempat yang bagi orang lain terbatas.”

Aku mengerti benar apa yang Tenney maksudkan. Sebagai seorang karyawan di sebuah radio di Medan, meski tugas utamaku adalah reporter, namun terkadang bahkan sering sekali, beban pekerjaan rekan-rekan atau atasan sengaja ataupun tidak teralihkan kepadaku. Yah, kadang rasa kesal dan marah hinggap karena merasa dimanfaatkan oleh mereka Bahkan tak jarang rekan-rekan mengolok-olok karena menurut mereka aku bodoh sekali mau mengerjakan pekerjaan orang lain. Tapi ini yang mereka tidak tahu bahwa ketika aku terpaksa melakukan pekerjaan orang lain- pekerjaan yang tidak kusukai- aku belajar bidang lain dan jadi pintar karenanya.

Tenney juga mengatakan mengapa kita menghabiskan banyak waktu kita untuk pekerjaan atau profesi yang sifatnya sementara - yang kita geluti di dunia ini padahal ada pekerjaan lain yang kekal menunggu kita setelah kita mati yakni menyembah Tuhan.Untuk apa bekerja terlalu keras untuk sesuatu yang sementara dan kita mengabaikan yang abadi. “Apapun yang kita kerjakan hari ini adalah profesi sementara sedangkan yang kekal adalah menyembah. Jadi untuk apa kita bekerja keras untuk sesuatu yang sementara sedangkan kecil sekali untuk hal yang abadi.”tegasnya.

Banyak orang berdoa ketika menghadapi masalah atau ketika sedang menginginkan sesuatu. Padahal Lukas 11 mengajarkan kita untuk selalu berdoa dan bahkan berpuasa sebelum sesuatu itu terjadi sehingga ketika sesuatu terjadi kita sudah punya tabungan kuasa, hasil dari doa dan puasa yang telah rutin kita lakukan. Doa dan puasa yang terus dipanjatkan ada atau tidak ada masalah akan menjadi sumber kuasa tak terbatas yang akan menolong kita nantinya.


Doa juga haruslah sesuatu yang diucapkan/ diperkatakan karena Allah juga telah menciptakan langit bumi dan isinya hanya dengan berkata/berfirman. Sejak dari awal Allah mengisyaratkan bahwa segala sesuatu terjadi karena perkataan. Ada kuasa didalam perkataan. Ahli teologi yang telah mempelajari injil Yohanes menemukan bahwa sekedar berpikir itu tidak akan membuat sesuatu terjadi tapi perkataan akan memanggil surga. Pada saat kita berdoa, berdoalah dengan berkata-kata yang dikeluarkan dari bibir bukan dalam hati. Pada saat kita berdoa juga ada saatnya kita harus diam menunggu Tuhan bicara. “Sediakan waktu yang sama untuk kita berbicara dan waktu yang sama untuk mendengarkan Tuhan bicara. Ini adalah doa yang tidak egois.”

Tenney yang membawa anak perempuannya Tasha menceritakan kalau sewaktu Tasha kecil - dia - pernah terkurung dilemari pakaian. Tasha kecil itu menangis ketakutan. Tenney datang untuk menolong membuka pintu lemari itu tapi ternyata pintu itu terkuncinya justru dari dalam. Jadi sekeras apapun usaha yang dilakukan Tenney untuk membukanya, itu tidak akan terjadi kecuali dia mencoba menghentikan tangisan Tasha, menenangkan putrinya dan memandunya membuka sendiri gerendel pembuka pintu itu.

“Tasha, tenang nak. Dengarkan bapak. Diatas…,”
Alih-alih mendengarkan instruksi bapaknya, Tasha yang ketakutan justru semakin menangis kuat minta dikeluarkan. Tasha tidak berusaha tenang mendengarkan apa yang dikatakan bapaknya. Tenney sekali lagi berusaha menenangkan hati putrinya. Sayangnya tidak berhasil sampai kemudian melalui celah yang kecil, Tenney mengangsurkan roti coklat kesukaan Tasha. Melihat roti itu Tasha berhenti menangis dan pada saat itulah Tenney pelan-pelan berbicara pada putrinya dan mengatakan bahwa yang harus dilakukan Tasha hanyalah membuka gerendel pengunci yang terletak disebelah atas lemari. Tasha mendengarkan dan masih sambil menggigit rotinya dengan mudah membuka gerendel yang dimaksudkan dan pintu lemari pakaian itu terbuka.

Hal yang sama menurut Tenney juga berlaku dalam kehidupan doa kita. Terkadang jawaban atas masalah kita bukanlah gerendel yang luar tapi yang didalam. Jika kita hanya berdoa tapi tidak menyediakan waktu untuk mendengarkan Tuhan berbicara, kita tidak akan bisa keluar dari masalah yang kita hadapi. “Tuhan tidak dapat masuk begitu saja dalam segala sesuatu kecuali kita mengundang DIA. Orang yang tahu membuka pintu bagi Tuhan adalah orang yang lebih powerfull dari siapapun. Masalah apapun yang sedang terjadi di negeri ini adalah hal soal rohani dan kita adalah orang-orang yang memiliki otoritas rohani. “

Perkataan Tenney ini membuatku berpikir serius tentang kehidupan doaku. Kenapa ? Karena aku sering bahkan hampir selalu melakukan doa egois. Aku saja yang berbicara dan bukan Tuhan.

Berdasarkan pengalaman rohani Tenney belajar alkitab selama 40 tahun, dia menemukan hanya satu doa Tuhan Yesus yang hingga kini belum terjawab yakni yang terdapat di kitab injil Yohanes pasal 17:11, 21-23. “Doa Yesus buat murid-muridNya adalah satu-satunya doa yang hingga kini belum terjawab. Doa yang berbunyi …supaya mereka semua menjadi satu sama seperti Aku dan Kau adalah satu.“

Gereje-gereja berdiri dan sering sombong dengan denominasi serta tradisi masing-masing ibadah gerejanya. Gereja yang satu merasa lebih kudus, lebih beriman dan lebih alkitabiah dibandingkan yang lain.

“Saya rindu doa Tuhan Yesus terujud, “ ujar Tenney. Tenney mengambil sehelai tisu dan menceritakan suatu kisah menarik lainnya.

Suatu kali ketika Tenney masih menjadi anggota sidang gembala sebuah gereja lokal, dia bersama gembala sidang lainnya merunding untuk mengganti karpet di bagian altar gereja. Tenney menginginkan itu diganti dengan warna biru karena biar seragam dengan warna gorden gereja, namun seorang gembala sidang lainnya bersikeras itu harus tetap warna merah karena melambangkan darah Kritus yang merah. Tetapi akhirnya disetujuilah karpet altar diganti menjadi warna biru. Sejak saat itu hubungan Tenney dengan orang tersebut terganggu. Tapi Tenney tidak begitu mempedulikannya hingga suatu kali ketika dia mempersiapkan khotbah yang akan dibawakannya hari Minggu esoknya, Tuhan meminta dia menyemir sepatu gembala sidang tersebut.

Awalnya Tenney menolak karena menurutnya Tuhan pasti sedang bercanda. Dia berpikir jika dia harus melakukannya esok pada saat ibadah di depan jemaat, jemaat akan mengira dialah yang salah karena telah mengganti karpet altar jadi biru.

“Ayolah Tuhan, jika itu yang kulakukan, orang-orang akan mengira aku salah dan dia benar. Padahal kau taukan aku ini benar. Tidak ada yang salah dengan karpet biru ini,”

Tuhan juga nggak mau kalah, “Hey, Aku kan hanya memintamu untuk menyemir sepatu dia. Aku tahu engkau benar. Aku tahu itu. Aku hanya ingin kau menyemir sepatunya. Aku hanya ingin agar kau melakukannya untukku,”

Tenney tidak perlu waktu yang lama untuk tahu Tuhan sungguh-sungguh dengan permintaannya. Jadi esok harinya ketika dia sedang berkhotbah dengan tema hati hamba, dia meminta gembala sidang tersebut maju, duduk di bangku yang telah disiapkan dan dia pun melakukannya. Tenney dengan sungguh-sungguh duduk berlutut di depan gembala sidang itu, membuka sepatunya dan menyemir kedua sepatu gembala tersebut. Seketika itu juga hadirat Tuhan melanda ruangan itu, gembala itu menangis terisak-isak dan tanpa canggung balik gantian mendudukkan Tenney di kursi, mengambil sepatunya dan mengelapnya sungguh-sungguh. Dia dan Tenney akhirnya berpelukan erat dan menangis bersama dan apa yang kemudian terjadi adalah hal yang mengharukan. Ternyata ketika Tenney dan gembala itu saling menyemir sepatu, jemaat yang menyaksikannya serentak bergerak dan mulai mengelap sepatu jemaat yang duduk disebelahnya. Semua jemaat berpelukan dan sambil menangis meminta pengampunan.

Sejak saat itu Tenney menyaksikan pemulihan besar-besaran terjadi di gereja. Keluarga-keluarga dipulihkan. Hubungan suami istri dipulihkan, bapak dan anak dipulihkan serta mertua dan menantu juga dipulihkan. Sejak saat itu pulalah jumlah jemaat di gereja terus bertambah.

Usai menceritakan itu, Tenney meminta para pendeta maju ke panggung. Aku hanya berpikir Tenney akan mendoakan mereka. Ternyata Tenney melakukannnya lagi.

Tanpa ba bi bu, Tenney mengambil tisu dan dengan segera berlutut mulai mengelap satu per satu sepatu para pendeta tersebut sambil mengatakan, “Aku meminta maaf bagimu buat jalan panjang yang terjal yang kadang tidak enak yang harus kau tempuh karena pemberitaan injil. Aku berterima kasih buat kaki ini yang telah berjalan sejauh ini kemana mana untuk memperlebar kerajaan Allah di muka bumi. Aku tahu itu terkadang melelahkanmu secara fisik. Aku bersyukur atas hidupmu saudaraku,”

Aku tergugu menyaksikan peristiwa itu. Aku si manusia rendah tidak pernah melakukan yang Tenney lakukan saat ini. Aku menangis dan berusaha menyembunyikan airmataku yang entah kenapa tidak bisa kubendung. Ternyata aku tidak sendiri. Aku mendengar wanita yang duduk didepanku menyedot air ingusnya, perempuan yang disebelah mengambil lagi tisu baru dari tasnya termasuk Dewi yang mencolekku…Dia pun ternyata telah menangis. Aku ingat kami sempat tertawa menyadari kami berdua telah mewek dan semakin tertawa lebar ketika melihat ke arah kaki kami masing-masing. Dewi dengan sandalnya yang juga telah kotor karena terburu-buru menolongku membelikan sandal baru pengganti sepatuku yang putus dan tentu saja sandalku yang kebesaran hahahaahaha…

“Yah udah deh kita nggak perlu saling lap sandal kita. Kotor kali pun hahahaha..”kata kami bersamaan. Kami akhirnya saling peluk dan it’s feel so good. Aku merasa Tuhan baik banget, aku punya saudara rohani seperti Dewi. Meski aku anak tunggal, aku tidak merasa sendirian karena aku masih punya banyak saudara rohani.

Usai saling peluk, kami masih saja disuguhi adegan yang mengharu biru dan lucu abis. Dua perempuan yang duduk persis di depan kami tengah saling berebut siapa yang duluan melap sepatu siapa hahahhahaha…ada ada saja.

“Pastor Tenney, terima kasih buat hidupmu. Terima kasih karena kau mengajarkan begitu banyak hal. Aku berutang untuk hidup yang benar karenamu. Kamu adalah bapak rohaniku. I love you daddy Tenney,”

Comments

Popular posts from this blog

Masih cemas

Aku berusaha untuk konsentrasi menyelesaikan essay tapi pikiran selalu saja berlari ingin pulang dan memeluk mama. Seperti apapun yang kuupayakan, tetap saja aku nggak bisa menghalau rasa cemas ini. Aku takut...........

Kepada rekan sevisi (cont: ayo donasi ke Israel)

Medan, 08 September 2008 Kepada : Teman sevisi Salam kegerakan, Nama saya Novita Sianipar. Panggil saya Vita. Saat ini saya mendapat undangan untuk mengikuti konferensi internasional (All Nations Convocation Jerusalem/ ANCJ) di Israel mulai tanggal 21 September hingga 13 Oktober 2008. Saya memperoleh undangan ini dari rekan saya Miss X (maaf nama dirahasiakan), yang juga volunteer di JHOPFAN (Jerusalem House of Prayer for All Nations) di Israel. Dia merupakan staff disana pada konferensi sebelumnya. Beliau merekomendasikan nama saya sebagai salah satu volunteer untuk kawasan Asia. Saya merupakan satu-satunya volunteer asal Indonesia yang bakal bertugas di konferensi itu. Tugas saya dalam acara tersebut adalah menyambut para delegasi dari seluruh dunia khususnya dari Asia dan memfasilitasi kebutuhan mereka dalam acara tersebut. Selain itu saya mendapat tambahan tugas dibagian publikasi dan media. Adalah penting jika Indonesia mengirimkan volunteer perwakilannya di ANCJ di Israel. Saat i

apa yang hendak kukatakan padamu kawan

Lama aku termenung setelah menerima sms itu. aneh! aku hanya bisa bilang kata egois! Padahal dibenakku yang sederhana jutaan kata berkelebat ingin terlontar. aku belajar mengartikan semuanya dengan menatap lurus ke depan. Apa yang hendak kukatakan kepadamu kawan... Aku nggak perlu berteriak untuk menyatakan apa yang kurasakan. rasa kecewa ini menjalar cepat memenuhi seluruh urat syaraf. berteriak pun ga ada guna sekarang. kau telah melakukannya dengan kesadaran penuh. kau menjatuhkanku begitu dalam. jika saja yang melakukannya bukan kamu kawan. jika saja yang melakukannya bukan kamu yang kuanggap belahan jiwaku, aku pasti masih bisa tegak berdiri. apa yang hendak kukatakan padamu kawan...