semalam bapakku entah emang direncanakan atau nggak, dia bertanya pada kekasihku.
"Jadi kapan?"
"secepatnya tulang,"
"dimana nanti tinggal ? disini saja yah?'
Kekasihku melirik kepadaku sambil tersenyum yang nggak jelas gitu. aku mengelus punggungnya.
"nikahnya dimana ? di Medan aja," kata bapakku lebih menyerupai perintah.
"ibu bapak minta di jakarta Tulang,"
dan pertanyaan terkait lainnya terlontar terus. aku menghela napas panjang. benar aku mengelus punggungnya- berusaha menguatkannya terhadap agresi pertanyaan bapak. tapi jujur aku malah...
sebulan lalu...
"kau beruntung mendapatkannya. dia baik." kata ibuku.
"jadi aku beruntung bu ?" balasku menerawang. Ibuku mengangguk cepat.
"jadi akhirnya aku akan berakhir dengannya," ujarku pelan berusaha tidak terdengar ibu. Bukannya marah, ibu malah mengelus rambutku, "aku tahu yang kau maksud nang,"
"aku nggak tahu bu. hanya saja aku berpikir hm, apa dia yang terbaik? apa mungkin ada yang lain yang mungkin TUhan sediakan di luar sana hanya saja belum waktunya kami bertemu. Bagaimana ternyata bukan dia? bagaimana jika ada yang lebih baik yang disediakan Tuhan buatku? Bagaimana aku tahu dia orangnya?"
"Kemarin kau doa puasa kan? Apa jawaban TUhan? Berjalanlah sesuai jawabanNya. Apapun itu aku mendukung," wise benar ibuku.
"Ibu nggak marah? Ibu kan menyukainya?" Aku mengerjap nggak percaya.
"jika kau bertemu yang lebih baik, apakah kau akan meninggalkan dia?"
"maksud ibu, jika aku bertemu dengan pria yang lebih baik yang memang Tuhan sediakan untukku?"
ibuku mengangguk. aku terdiam. ketika itu aku teringat kekasihku. Well, aku beritahu sesuatu sobat...kekasihku itu bukan pria tampan. dia juga bukan pria yang telah mapan. dia juga bukan orang yang paling dewasa tingkat rohaninya (sesuatu yang dulu menjadi standar utama bagiku). dia pria biasa. pria sederhana. Tapi justru karena kekuranganya itu aku ingin menolongnya menjadi pria yang lebih maksimal lagi. DALAM SEGALA HAL.
"apa yang akan kau lakukan nang ?" desak ibuku.
"aku nggak akan meninggalkannya mom. aku tahu dia jodohku,"
----------------------------------------------------------------------------------
"bapak katanya secepatnya akan kemari, " Kekasihku masih berusaha menjawab sebaik mungkin pertanyaan bapak.
"Baguslah itu. Aku perlu tahu karena vita anakku satu-satunya dan jika kau menikah dengannya kelak, itu berarti kau menjadi anak lelakiku juga,"
Kekasihku tertawa.
"kok dari tadi bicarakan pernikahan dan nggak satu orang pun yang bertanya padaku, apa aku mau menikah dengan dia ?" kataku nimbrung.
Bapak nggak memperdulikan perkataanku,"yah kami tunggu ya secepatnya kedatangan bapakmu,"
"pak...!"seruku, "aku bilang kenapa nggak ada satu orang pun yang bertanya apakah aku mau menikah ama dia?"
"Kau sudah pasti mau menikah dengan dia,"celetuk ibuku cepat. aku melotot.kekasihku....? Dia tertawa renyah,"Honey, kau mau menikah denganku ?" Suaranya pelan dan mesra.
Kali ini semua orang terdiam. aku tertunduk malu.
Tuhan, aku beruntung mendapatkan dia dalam hidupku
"Jadi kapan?"
"secepatnya tulang,"
"dimana nanti tinggal ? disini saja yah?'
Kekasihku melirik kepadaku sambil tersenyum yang nggak jelas gitu. aku mengelus punggungnya.
"nikahnya dimana ? di Medan aja," kata bapakku lebih menyerupai perintah.
"ibu bapak minta di jakarta Tulang,"
dan pertanyaan terkait lainnya terlontar terus. aku menghela napas panjang. benar aku mengelus punggungnya- berusaha menguatkannya terhadap agresi pertanyaan bapak. tapi jujur aku malah...
sebulan lalu...
"kau beruntung mendapatkannya. dia baik." kata ibuku.
"jadi aku beruntung bu ?" balasku menerawang. Ibuku mengangguk cepat.
"jadi akhirnya aku akan berakhir dengannya," ujarku pelan berusaha tidak terdengar ibu. Bukannya marah, ibu malah mengelus rambutku, "aku tahu yang kau maksud nang,"
"aku nggak tahu bu. hanya saja aku berpikir hm, apa dia yang terbaik? apa mungkin ada yang lain yang mungkin TUhan sediakan di luar sana hanya saja belum waktunya kami bertemu. Bagaimana ternyata bukan dia? bagaimana jika ada yang lebih baik yang disediakan Tuhan buatku? Bagaimana aku tahu dia orangnya?"
"Kemarin kau doa puasa kan? Apa jawaban TUhan? Berjalanlah sesuai jawabanNya. Apapun itu aku mendukung," wise benar ibuku.
"Ibu nggak marah? Ibu kan menyukainya?" Aku mengerjap nggak percaya.
"jika kau bertemu yang lebih baik, apakah kau akan meninggalkan dia?"
"maksud ibu, jika aku bertemu dengan pria yang lebih baik yang memang Tuhan sediakan untukku?"
ibuku mengangguk. aku terdiam. ketika itu aku teringat kekasihku. Well, aku beritahu sesuatu sobat...kekasihku itu bukan pria tampan. dia juga bukan pria yang telah mapan. dia juga bukan orang yang paling dewasa tingkat rohaninya (sesuatu yang dulu menjadi standar utama bagiku). dia pria biasa. pria sederhana. Tapi justru karena kekuranganya itu aku ingin menolongnya menjadi pria yang lebih maksimal lagi. DALAM SEGALA HAL.
"apa yang akan kau lakukan nang ?" desak ibuku.
"aku nggak akan meninggalkannya mom. aku tahu dia jodohku,"
----------------------------------------------------------------------------------
"bapak katanya secepatnya akan kemari, " Kekasihku masih berusaha menjawab sebaik mungkin pertanyaan bapak.
"Baguslah itu. Aku perlu tahu karena vita anakku satu-satunya dan jika kau menikah dengannya kelak, itu berarti kau menjadi anak lelakiku juga,"
Kekasihku tertawa.
"kok dari tadi bicarakan pernikahan dan nggak satu orang pun yang bertanya padaku, apa aku mau menikah dengan dia ?" kataku nimbrung.
Bapak nggak memperdulikan perkataanku,"yah kami tunggu ya secepatnya kedatangan bapakmu,"
"pak...!"seruku, "aku bilang kenapa nggak ada satu orang pun yang bertanya apakah aku mau menikah ama dia?"
"Kau sudah pasti mau menikah dengan dia,"celetuk ibuku cepat. aku melotot.kekasihku....? Dia tertawa renyah,"Honey, kau mau menikah denganku ?" Suaranya pelan dan mesra.
Kali ini semua orang terdiam. aku tertunduk malu.
Tuhan, aku beruntung mendapatkan dia dalam hidupku
Comments