sedikit menyakitkan tapi aneh aku malah menikmatinya. terluka lagi. persoalan yang sama. kenapa yah terus berulang. mungkin karna aku belon lulus dalam ujian hidup yang satu ini. aku perlu pertolongan. bukan darinya. bukan darimu. tapi dari Dia yang empunya aku.
pagi ini menghadap Ayah (aku memanggilnya begitu) bercerita kepada Dia tentang penatnya hariku. Dia tersenyum lembut.alangkah damainya. seandainya semua wajah selembut Dia.
AKU: alo ayah... aku enggan ke kantor lagi hari ini
Ayah: persoalan klasik heh (matanya menatap lurus kearahku)
Aku:aku bosan.
Ayah: terhadap ....(Dia menyebutkan sederatan nama)
Aku: kenapa aku .......... (Dia memotongnya: kau harus mengubah cara berpikirmu) Aku balik menatapnya. aku mencari jawaban dalam beningnya mataNya. "Kenapa Ayah mendidikku terlalu keras,"
Ayah: (Dia menggelangkan kepalanya) hey.... kau tau itu tidak benar. Aku mendidikmu sebatas yang kau bisa hadapi."
Aku: tapi tidak tentang satu ini. aku lelah. aku muak. kadang aku berpikir Ayah tidak adil membiarkan aku terlahir sebagai anak tunggal. aku sangat membencinya.
Ayah:Bukankah Jesus juga terlahir sebagai anak tunggal.
AKu: Dia lain. AKU kan bukan Dia. GImana sih Ayah ini?! (aku memonyongkan bibirku)
Ayah:(mengacak rambutku) Dasar manja... tentu saja kau bukan Dia. Tapi bukankah kau juga harus belajar seperti Dia.
Aku: aku ga bakal bisa seperti Dia
Ayah: kau pasti bisa
Aku: Ayah gimana sih?! Aku kan hanya seorang novita.darimana Ayah tau aku pasti bisa
Ayah: (tersenyum lebar sambil menepuk dada dengan bangga) siapa dulu donk. ayahhhhhhhhhhh..............
Aku mendengus kesal. Dia malah tertawa. giginya putih kayak mutiara. Ayah memang pria paling tampan yang pernah ada didunia dan surga hihihi. "Kamu tau sayang, waktu Ayah menenunmu, Ayah telah menyiapkan semua hal yang memampukanmu menjadi sperti Dia.
Aku:lantas kenapa aku selalu mengalami kegagalan
Ayah: seharusnya tidak jika kau mau dengar apa yang Ayah bilang. Tapi bukan itu yang terpenting. Yang paling penting adalah kau belajar dari kegagalanmu dan berhasil melewatinya. Oh sayang, andai kau tau betapa inginnya Ayah selalu melihat senyum di matamu.
Aku: Apa Ayah masih mencintaiku?
Ayah: pertanyaan bodoh! (Dia merangkulku erat sekali. damai)
Aku: Apa Ayah sungguh2 mencintaiku?
Ayah: Ayah telah membuktikannya kan honey...(Dia menunjukkan telapak tangannya yang masih berbekas luka)
Aku: meski aku telah banyak melukai dan mengecewakan Ayah?
Ayah: hey... pertanyaan bodoh lagi
Aku: aku mencintai Ayah.
Ayah:Ayah tau sayang.
dan aku pun bercerita lagi dan lagi. hatiku masih sakit. tapi aku tau waktu bisa menyembuhkannya.
pagi ini menghadap Ayah (aku memanggilnya begitu) bercerita kepada Dia tentang penatnya hariku. Dia tersenyum lembut.alangkah damainya. seandainya semua wajah selembut Dia.
AKU: alo ayah... aku enggan ke kantor lagi hari ini
Ayah: persoalan klasik heh (matanya menatap lurus kearahku)
Aku:aku bosan.
Ayah: terhadap ....(Dia menyebutkan sederatan nama)
Aku: kenapa aku .......... (Dia memotongnya: kau harus mengubah cara berpikirmu) Aku balik menatapnya. aku mencari jawaban dalam beningnya mataNya. "Kenapa Ayah mendidikku terlalu keras,"
Ayah: (Dia menggelangkan kepalanya) hey.... kau tau itu tidak benar. Aku mendidikmu sebatas yang kau bisa hadapi."
Aku: tapi tidak tentang satu ini. aku lelah. aku muak. kadang aku berpikir Ayah tidak adil membiarkan aku terlahir sebagai anak tunggal. aku sangat membencinya.
Ayah:Bukankah Jesus juga terlahir sebagai anak tunggal.
AKu: Dia lain. AKU kan bukan Dia. GImana sih Ayah ini?! (aku memonyongkan bibirku)
Ayah:(mengacak rambutku) Dasar manja... tentu saja kau bukan Dia. Tapi bukankah kau juga harus belajar seperti Dia.
Aku: aku ga bakal bisa seperti Dia
Ayah: kau pasti bisa
Aku: Ayah gimana sih?! Aku kan hanya seorang novita.darimana Ayah tau aku pasti bisa
Ayah: (tersenyum lebar sambil menepuk dada dengan bangga) siapa dulu donk. ayahhhhhhhhhhh..............
Aku mendengus kesal. Dia malah tertawa. giginya putih kayak mutiara. Ayah memang pria paling tampan yang pernah ada didunia dan surga hihihi. "Kamu tau sayang, waktu Ayah menenunmu, Ayah telah menyiapkan semua hal yang memampukanmu menjadi sperti Dia.
Aku:lantas kenapa aku selalu mengalami kegagalan
Ayah: seharusnya tidak jika kau mau dengar apa yang Ayah bilang. Tapi bukan itu yang terpenting. Yang paling penting adalah kau belajar dari kegagalanmu dan berhasil melewatinya. Oh sayang, andai kau tau betapa inginnya Ayah selalu melihat senyum di matamu.
Aku: Apa Ayah masih mencintaiku?
Ayah: pertanyaan bodoh! (Dia merangkulku erat sekali. damai)
Aku: Apa Ayah sungguh2 mencintaiku?
Ayah: Ayah telah membuktikannya kan honey...(Dia menunjukkan telapak tangannya yang masih berbekas luka)
Aku: meski aku telah banyak melukai dan mengecewakan Ayah?
Ayah: hey... pertanyaan bodoh lagi
Aku: aku mencintai Ayah.
Ayah:Ayah tau sayang.
dan aku pun bercerita lagi dan lagi. hatiku masih sakit. tapi aku tau waktu bisa menyembuhkannya.
Comments
...kok waktu sih yang bisa menyembuhkan sakit hatinya? apa nggak salah tuh..?