Skip to main content

3 pelajaran moral saat cacar air

Aku tidak bisa tidur. Perasaanku kacau dan cacar air yang hampir memenuhi seluruh permukaan tubuh dan wajahku ini membuat aku tidak nyaman membaringkan diri dan memejamkan mata. Aku marah dengan semua yang terjadi dan semakin marah menyadari aku hanya bisa mengusap-usap lembut kulitku untuk menghalau  rasa gatal ini. Aku sama sekali tidak mengerti mengapa aku mendapat begitu banyak kesulitan sejak kepulanganku ke Indonesia.

Mama terus saja komplen bagaimana temanku yang telah kubantu pernikahannya, tak sekalipun mengajakku berfoto di hari pernikahannya. Sementara disaat yang bersamaan suhu tubuhku naik, asam lambungku naik dan aku mulai pusing. Komplen nyokap membuat pandanganku makin berkunang-kunang. Kami memang masih sempat ke jamuan makan, namun tubuhku mulai melemah. Untuk menutupi kemarahan nyokap, aku paksakan berdiri, berjalan dan mengajak si pengantin berfoto dengan diriku. Setelah basa-basi ga penting, nyokap dan aku masuk ke jamuan makan. Hanya butuh 10 menit bagiku untuk semakin menyadari jika aku tak segera pulang maka aku pasti akan sukses pingsan. Makanya aku segera mengajak nyokap pulang. Sepanjang perjalanan hingga sampai di rumah, nyokap komplen terus. Aku memilih segera berbaring. 30 menit kemudian aku terbangun dan ya Tuhan, nyokap menyambung omelannya dan yah! Aku sukses jatuh terjerembab di pintu kamar. Aku menangis bak orang stress karena rasa tubuh yang lemah tak berdaya.

Bukannya dibantuin, aku diomelin. Bapak juga ikut memberikan ceramah singkatnya. Asek!

Cape menangis aku tertidur. Astaga, aku merasakan lapar yang amat sangat, tapi tidak ada yang menjenguk ke kamarku sementara aku sangat lemah untuk bangkit. Aku memanggil bapak dan mama menolongku tapi mereka mengabaikannya. Aku menangis lagi dan tertidur lagi. Sekira jam 2 malam, aku demam hebat, aku menggigil. Aku menangis lagi dan berharap bapak atau mama menolongku. Tapi hanya aku sendiri. Aku ga tahu kapan akhirnya aku berhenti nangis dan esok harinya jam 10 pagi aku sms kak Deti untuk membawaku berobat. Suster di klinik dekat rumah bilang aku stress karena asam lambungku meningkat. Dia sarankan aku menenangkan pikiran. Dia hanya suntik aku sangobion. Hari Minggu itu, seharian kak Deti dirumah. Ibu bapak berdalih bilang kalau mereka pikir aku main-main saja sakitnya. Makanya mereka mengabaikanku.

Senin pagi pas mau mandi, aku kaget sekali badanku dipenuhi bisul berair. Senin sore pas dibawa ke dokter baru ketahuan kalau aku cacar air. ASTAGA!

Pesan moral yang ingin kubagikan ialah:
1. Kadang orang tua bisa lebih kejam dari orang asing sekalipun
2. Jangan pernah berharap terima kasih dari orang yang tak tahu terima kasih
3. Ga usah cengeng, ga ada yang lebih mengerti dirimu selain Tuhan


Comments

Popular posts from this blog

Kepada rekan sevisi (cont: ayo donasi ke Israel)

Medan, 08 September 2008 Kepada : Teman sevisi Salam kegerakan, Nama saya Novita Sianipar. Panggil saya Vita. Saat ini saya mendapat undangan untuk mengikuti konferensi internasional (All Nations Convocation Jerusalem/ ANCJ) di Israel mulai tanggal 21 September hingga 13 Oktober 2008. Saya memperoleh undangan ini dari rekan saya Miss X (maaf nama dirahasiakan), yang juga volunteer di JHOPFAN (Jerusalem House of Prayer for All Nations) di Israel. Dia merupakan staff disana pada konferensi sebelumnya. Beliau merekomendasikan nama saya sebagai salah satu volunteer untuk kawasan Asia. Saya merupakan satu-satunya volunteer asal Indonesia yang bakal bertugas di konferensi itu. Tugas saya dalam acara tersebut adalah menyambut para delegasi dari seluruh dunia khususnya dari Asia dan memfasilitasi kebutuhan mereka dalam acara tersebut. Selain itu saya mendapat tambahan tugas dibagian publikasi dan media. Adalah penting jika Indonesia mengirimkan volunteer perwakilannya di ANCJ di Israel. Saat i...

Masih cemas

Aku berusaha untuk konsentrasi menyelesaikan essay tapi pikiran selalu saja berlari ingin pulang dan memeluk mama. Seperti apapun yang kuupayakan, tetap saja aku nggak bisa menghalau rasa cemas ini. Aku takut...........

Berani mencinta berani disakiti

Benci dan kemarahan hanyalah dua komponen yang menyerang ganas kepada mereka yang dipercaya namun merusak kepercayaan itu. Benci yang kata orang benar-benar cinta sebenarnya menunjukkan defenisi yang benar bahwa benci hanya bisa dilampiaskan  kepada orang yang benar-benar kita cintai haha. Kemarin aku menonton sebuah FTV, Si tokoh wanita bilang, "Aku tidak ingin disakiti, makanya aku tidak ingin mencintainya. " Lantas, si tokoh pria mengatakan, "Kalau kau berani mencintai, kau sedang memberi peluang untuk disakiti." Cinta dan rasa sakit hati nampaknya memang satu paket. Itulah sebabnya kitab Amsal juga menuliskannya dengan jelas bahwa orang yang paling berpeluang menyakitimu adalah orang yang paling kamu cinta dan percayai. Jadi jika memang satu paket, tentu kalimat bijak yang bisa dibentuk ialah, berani mencinta berani disakiti hahahahaha..Mengerikan.