Skip to main content

Efek nulis di Kompasiana Part 1

Kemarin malam (kalau bahasa Medannya 'semalam' haha), usai publish tulisan pertama di Kompasiana, langsung pamer ke kekasih. Eh dia belon onlen padahal udah jam 10 malam waktu UK dan jam 11 malam waktunya dia di Londo (Belanda maksudnya). Tapi sepuluh menit kemudian dia nongol lengkap dengan mie instan kuah yang mengepul asapnya ( hahaha..lebay..gimana pulak, bisa lihat asapnya via skype haha)...

"Yang, udah lihat belon tulisanku di Kompasiana ?"
Dia yang masih sibuk dengan mie kuahnya, melirik bentar dan masih ngrasa ngrusu nyari kursi.
"Akh! Pake lama!"
"Yah bentar dek, ini juga mau duduk dulu, "

La iyah juga ya, pikirku. Dia harus duduk tenang, letakkan mie kuahnya, baca tulisanku dengan tenang baru bisa kasih pendapat. Jadi kuputuskan untuk bersabar dengan klik masuk lagi ke fesbuk.

Trus menit kelima dia ketawa--lama lagi. Aku curiga dia kemasukan hahaha...lebay!

"Eh yang, ketawa napaan? Tulisanku jelek ya?"

"Tulisan kamu lucu.."tawanya masih berderai dan masih sambil tetap menyeluruput mie kuahnya jiaaaaaaa! lapar berat si akang haha..

Dan kemudian komentar selanjutnya yang buat aku ketawa gantian. Asli ngakak dan hampir terjedot ke dinding saking maruknya ketawa hahaha..

"Oh, jadi itu maksudnya nulis ini..Makin terkenallah yah..siapa yang ga mau? Lajang, wartawan radio ternama, dan lulusan Inggris lagi..Siapa yang ga mau ...."


GUBRAK!!!

hahahahaha...

Seumur aku pacaran ama dia, baru kali ini dia menunjukkan gejala cemburu, padahal jelas-jelas aku buat tulisan "Selamat hari Emak" hanya untuk senang-senang bisa nulis di media lagi. (Baca: http://fiksi.kompasiana.com/cermin/2011/12/21/selamat-hari-mamak/ )

"Emang kamu mau aku sisipin kalau sekarang aku udah punya calon dan tinggal nikah?" ngelesku.

Dia diam haha..1-0..Aku kenal banget kekasih semata wayangku ini; pemalunya amit2 kayak demit haha...Lagipula, aku memang enggan publish karena takut ga jadi dan terulang kayak dulu.

Punya kekasih kayak dia memang menyenangkan..Temanku bilang dia sempurna. Bagiku sih kagak sempurna malah. Lagipula takut punya kekasih sempurna karena kesempurnaan kan miliknya Tuhan, jadi mending ama yang nggak sempurna deh kayak aku juga nggak sempurna sehingga kita bisa sama-sama saling mengisi ketidaksempurnaan itu. Amin....

Comments

Popular posts from this blog

kangenku melayang

Aku kangen banget hari ini- dengan kamu – pria yang begitu mempesona. Tapi rinduku ga pernah jelas bagimu. Kamu menejermahkannya dengan candaan tetapi aku mengartikannya sebagai penolakan. Rinduku ga pernah penting untukmu. Sesaat aku menyesal mencintaimu. Tetapi aku terlanjur mencintaimu dan aku ga akan pernah mencabutnya kembali. Aku terlalu mencintaimu. Akh..andai waktu bisa terulang. Andai jarak bisa ditiadakan… Jangan bilang aku kekanakan. Jangan bilang aku tidak mengerti dengan yang kukatakan. Bahasaku sederhana – aku hanya ingin berada disisimu.

liputan ke aceh

aceh... akhirnya aku menjejak kaki juga ke serambi mekah itu. dan hatiku menangis. dalam. rick paddcok-rekanku-jurnalis kawakan dari LA Times memegang tanganku. "it's ok rick, " aku menepis tangannya. kaki terus melangkah.pelan. tiap langkah hanya tangisan yang dalam. aku menghela napas. berat. sementara pastorku-Sukendra Saragih menangis pilu. raut wajahnya -God! aku tau betapa tersiksanya dia melihat ini semua. 9 tahun ia bolak-balik aceh. ratusan ribu kali. hanya untuk satu visi agar ada hidup baru yang mengalir di aceh. tapi hari ini.. gelombang tsunami meluluhlantakkan negeri ini dan menyeret ratusan ribu jiwa ke neraka. aku menarik napas lagi. kali ini lebih dalam. tapi yang terjadi aku malah muntah. Rick memegang pundakku,"are you ok vie" aku meraih lengannya. aku hanya bisa mengangguk pasrah. dan aku pun memulai liputanku. aku disana seminggu. ada banyak hal yang ingin kuceritakan. tentang kehilangan. tentang rasa sepi.tentang keputusasaan. tentang ...

arti cincin di jari manis

Hari ini seorang teman dari Jepang bertanya padaku apakah aku telah menikah. Aku balik bertanya kenapa dia berpikir demikian dan jawabannya karena aku memakai cincin di jari manis kiri. Aha! Pertanyaan ini pernah juga terlontar di hari terakhir aku di Jerusalem saat menghadiri konvokasi doa internasional. Seorang volunteer dari negara South Afrika menanyakan hal yang sama. Dan wanita ini menanyakan hal itu karena ternyata seorang pria bertanya kepadanya apakah aku telah menikah. Waktu itu aku belum bisa menangkap hubungan antara memakai cincin yang telah puluhan tahun menghiasi jariku dengan apakah aku telah menikah atau belum. Wanita itu bilang hampir di seluruh negara terutama negara barat, orang yang memakai cincin di jari manis kiri adalah orang yang telah menikah. Waktu itu pula wanita itu memandang kasihan padaku. Oh Tuhan benci sekali aku pandangan itu . Dari pandangannya aku mengartikan kalau aku telah melewati kesempatan untuk bertemu dengan para pria yang luar biasa di acar...