Hari ini aku mendpatkan nilai final di kelas pre sessional. Hasilnya ialah aku gagal. Aku terdiam dan kemudian menangis terisak di depan Rachel Cole (panitia yang membagikan hasil ujian).
"Your mark are good but you are fail in listening, so take it easy. You just take another exam on Tuesday," katanya. "Release your sadness, take a tea and prepare for next exams,"
Hatiku sakit sekali. Sakit bukan hanya karena aku gagal, tapi karena penyebab aku gagal.
Sehari sebelum ujian, anak-anak Chinese yang berkelompok itu telah mengetahui topik yang akan diujikan di listening. Mereka memang memberitahukan kepadaku soal topik itu 15 menit sebelum ujian dan aku memang sempat berselancar di google mencari tahu tentang topik yang akan diujikan. Namun aku hanya melihatnya sekilas dan berpikir tidak mungkin topik itu yang akan diujikan dan juga tidak mungkin ada guru yang sebegitu bodohnya membocorkan soal itu. Ternyata aku salah.
TOPIKNYA MEMANG ITU!
Aku shock, mati beku di tempat dan sebelum otak dan hatiku sepakat tentang apa yang terjadi, aku telah kehilangan 3 menit pertama dari 8 menit mini lecture yang diujikan dan seakan menambah daftar kesalahan berikutnya, di menit keempat dan seterusnya aku makin panik menyadari aku tidak mencatat apapun di 3 menit pertama. Padahal lecture yang diujikan itu hanya 7-8 menit saja. Aku panik dan sudah hilang fokus sesudahnya. Meski aku berusaha mengingat, aku tidak lagi bisa mengendalikan diriku. Rasa sesal, marah, kalut berlomba menjadi satu saat aku terus berusaha mengingat jawaban yang benar untuk soal yang diujikan tapi aku gagal melakukannya.
----------------------------------------------------------------------
Rachel menatap dengan penuh simpati. Aku katakan padanya jika aku bisa menggunakan hasil ujian harian dan MOCK listening pengganti nilai yang ada, tapi dia bilang nggak bisa. Aku menangis makin parah karena tahu betul listening adalah bagian yang selalu menyumbang nilai terbesar dalam ujian bahasa Inggrisku. LIstening adalah kekuatanku, sialnya ujian kemarin otakku memilih untuk kaget karena topiknya sama dan bukannya memilih untuk mengabaikan hal itu dan tetap fokus dengan yang diujika. Andai saja aku memilih tetap tenang, aku pasti berhasil karena nilaiku adalah yang terbaik di kelasku. Sayangnya- sekali sayangnya-aku kehilangan fokusku. Andai aku tidak tahu kalau soal itu sudah bocor, aku yakin hasilnya pasti berbeda. Tapi nasi sudah jadi bubur yang ada hanyalah penyesalan dan komitmen untuk menjadi yang terbaik di ujian Selasa mendatang.
Semangat!
"Your mark are good but you are fail in listening, so take it easy. You just take another exam on Tuesday," katanya. "Release your sadness, take a tea and prepare for next exams,"
Hatiku sakit sekali. Sakit bukan hanya karena aku gagal, tapi karena penyebab aku gagal.
Sehari sebelum ujian, anak-anak Chinese yang berkelompok itu telah mengetahui topik yang akan diujikan di listening. Mereka memang memberitahukan kepadaku soal topik itu 15 menit sebelum ujian dan aku memang sempat berselancar di google mencari tahu tentang topik yang akan diujikan. Namun aku hanya melihatnya sekilas dan berpikir tidak mungkin topik itu yang akan diujikan dan juga tidak mungkin ada guru yang sebegitu bodohnya membocorkan soal itu. Ternyata aku salah.
TOPIKNYA MEMANG ITU!
Aku shock, mati beku di tempat dan sebelum otak dan hatiku sepakat tentang apa yang terjadi, aku telah kehilangan 3 menit pertama dari 8 menit mini lecture yang diujikan dan seakan menambah daftar kesalahan berikutnya, di menit keempat dan seterusnya aku makin panik menyadari aku tidak mencatat apapun di 3 menit pertama. Padahal lecture yang diujikan itu hanya 7-8 menit saja. Aku panik dan sudah hilang fokus sesudahnya. Meski aku berusaha mengingat, aku tidak lagi bisa mengendalikan diriku. Rasa sesal, marah, kalut berlomba menjadi satu saat aku terus berusaha mengingat jawaban yang benar untuk soal yang diujikan tapi aku gagal melakukannya.
----------------------------------------------------------------------
Rachel menatap dengan penuh simpati. Aku katakan padanya jika aku bisa menggunakan hasil ujian harian dan MOCK listening pengganti nilai yang ada, tapi dia bilang nggak bisa. Aku menangis makin parah karena tahu betul listening adalah bagian yang selalu menyumbang nilai terbesar dalam ujian bahasa Inggrisku. LIstening adalah kekuatanku, sialnya ujian kemarin otakku memilih untuk kaget karena topiknya sama dan bukannya memilih untuk mengabaikan hal itu dan tetap fokus dengan yang diujika. Andai saja aku memilih tetap tenang, aku pasti berhasil karena nilaiku adalah yang terbaik di kelasku. Sayangnya- sekali sayangnya-aku kehilangan fokusku. Andai aku tidak tahu kalau soal itu sudah bocor, aku yakin hasilnya pasti berbeda. Tapi nasi sudah jadi bubur yang ada hanyalah penyesalan dan komitmen untuk menjadi yang terbaik di ujian Selasa mendatang.
Semangat!
Comments