Pernah donor darah ga? Hm, untuk pertama kalinya dalam hidupku yang masih muda ini aku melakukannya. Hari ini secara serentak di 7 kota, MNC network buat acara Donor Darah Peduli Sesama.
Awalnya sumpe ga niat. Apalagi jarumnya segede gaban tapi aku memberanikan diri. Pengen tahu rasanya dan karena aku lapar. Lho? Lha iya lah...kan setelah donor dikasih mie instan, telor rebus, susu dan kacang ijo. yumi....
Akhirnya aku mendatangi meja pendaftaran trus ke bagian pemeriksaan darah. Gitu nyampe di situ, aku gemetaran waktu tanganku ditarik (catat yah ditarik bukan diberikan dengan rela hihi) dan ditusukkan benda yang awalnya kukira pulpen ternyata suntik. Alamak, kaget dan sakit.Detik yang mengerikan. Waktu itu pulalah aku berdoa sungguh-sungguh agar tes darahku bilang aku ga mampu untuk donor. Nyatanya..
"Bisa mbak, darahnya tenggelam tuh," kata petugasnya.Kalau tenggelem itu menunjukkan kualitas darah yang baik dibandingkan mengambang.
"Nggak aja kenapa sih kak, "balasku. Petugasnya melotot. Aku langsung melengos; antara malu dan mencari cara melarikan diri.
Dari petugas itu aku diantar ke ibu dokter yang akan mencek tekanan darahku. Aku dah siap-siap untuk memberikan jawaban yang membuatku ga jadi donor. Namun ibu ini begitu lembut menyentuhku.Aku terharu biru.
"Bagus nih tekanan darahnya. Mbak cocok untuk donor,"katanya. Mataku liar mencari bantuan. Oh Tuhan, jauhkan aku dari pencobaan ini. Amin.
"Mbak gemetaran? Takut ya?"tanyanya.
"Iya bu. Saya takut,"jawabku jujur. Sebenarnya sih mencari peruntungan. Mana tahu saja kalo calon donor takut, boleh ga jadi donor.
Si ibu dokter tersenyum, "Yah udah lihat-lihat saja dulu. Ntar kalo sudah berani yah donor, ok?"
Aku melangkah gontai. Habislah aku. Waduh mama...
Aku emang ngeliat-lihat yang lain didonor tapi makin kulihat makin seram ihhh..Apalagi bosku Pak Ruli bilang begini, "Nov, kamu dah kasih pesan terakhir.." Ih jahat!!!!
Bang Benny juga saat kulihat, sok menderita begitu sambil bilang, "Nov, pesan terakhirku, pulsa xl 100 yang as 100 juga" Dasar....
Aku pikir jika saja yang donor disebelahku adalah temanku , aku bisa lebih berani tapi si Padol yang dites ternyata ga cocok jadi donor karena lagi flu. Dia nyegir dan merasa bebas gitu. Ih sebelnya aku.Akhirnya aku beranikan diri. Sekarang atau tidak sama sekali, tekadku.
Aku membaringkan diri terus ditensi lagi terus cari arteri. Semuanya masih oke, sampai aku melihat jarumnya dan tangan petugas itu mulai mengusapkan alkohol ke lenganku; saat jarumnya mengarah ke lengan refleks aku pegang tangan petugasnya dan teriak, "Aku takut kak!"
"Jadi gimana? Yah sudahlah kalau takut, "ujarnya. Aku senang dia bilang begitu sampai aku bersiborok mata sekejab dengan pendonor yang berbaring di sisi kanan. Pandangannya kurasakan mengancam dan mencelaku.
"Yah jadi sajalah kak. Tapi lakukan dengan cepat yah."
Aku menutup mata saat jarumnya menusuk lenganku.Rasanya? Sakit sebentar kok dan setelah itu oke-oke saja. Tapi aku tetap memalingkan wajah nggak mau lihat. Jarumnya itu lho...Mengancamku!
Si Padol juga jahat banget. Dia nyengir nakal begitu, menggelitik telapak kakiku yang telanjang dan bilang ini hari bebas mengerjai Novita tapi nggak bisa dibalas.
Padol awas ko yah...........
---------------------------------------------------------------------------------------
"Nov, kamu bangga dunk jadi donor hari ini."kata salah satu rekan. Aku terdiam. Aku nggak bangga karena emang niatnya bukan karena ingin nolong orang. Aku hanya ingin tahu rasanya apa dan karena lapar. Dua alasan bodoh aku pikir. Ampuni aku yah Tuhan...
Hm, aku senang bisa donor hari ini. Mienya enak hihihi
Comments