Awalnya rada males pergi ke gedung DPRD Sumut. Demonya pasti membosankan. Lagipula hari Senin sebelumnya juga ada demo dengan tema yang sama; soal pemekaran Provinsi Sumatera Tenggara. Nah Selasa kemarin demonya soal pemekaran provinsi Tapanuli.
Begitu nyampe di lapangan, teman-teman sudah ramai. Semua media massa sepertinya sudah lengkap dan bersiaga. Kita masih saja saling ledek soal dukung atau tidak dukung provinsi Tapanuli.
"Kau pasti tidak dukung.Iyah kan?"tanya rekan dari media lain.
"Aku Deli Serdang,"elakku. Aku nggak suka terlibat dalam pembicaraan ini karena muaranya akan kepada SARA. Teman-teman mencemoohku. Nggak ada sikap, menurut mereka. Aku nggak ambil pusing.
Waktu insiden itu terjadi aku berada disana. Aku memang tidak melihat dia ditonjok karena kerumunan massa yang besar. Tapi 3 lemparan batu ukuran kepalan tangan orang dewasa yang diarahkan ke Ketua DPRD Sumut, Aziz Angkat membuatku ngeri. Aku menelepon kantor agar segera reportase.
"Nov, kamu baik-baik saja kan. Kok jadinya seperti dirimu yang disekap?" tanya Arif rekanku via SMS.
Jujur aku gemetar karena baru kali ini aku melihat seorang ketua dewan yang terhormat diperlakukan kayak binatang. Dia ditarik-tarik kayak orang narik kambing yang akan disembelih. Rasanya aku ingin teriak untuk menghentikan kejadian itu tapi suaraku pasti kalah keras dengan suara mike orator yang terus saja memprovokasi massa agar tidak memperbolehkan Aziz Angkat keluar dari gedung.
Rasanya aku ingin sekali menarik mike itu dari gemgaman sang orator atau melarikan batrai besarnya agar mikenya nggak lagi menyuarakan provokasi. Tapi aku takut. Aku takut diamuk massa.
Sumpe, aku tidak sedang bela Azis Angkat tapi menurutku apa yang mereka lakukan sangat keterlaluan.
Aku masih ingat perkataan Tuhan Yesus ketika muridNya bertanya,"Guru, berapa kali kami harus mengampuni sesama kami yang berbuat salah?"
Dan Yesus menjawab,"Tujuh kali tujuh puluh kali."
Setiap orang pasti punya pembenaran untuk mendukung alasan tindakannya.
"Memang dia salah kok."
" Memang dia ingkar janji kok. "
"Dia itu penipu makanya wajar dibegitukan."
dan banyak alasan pembenaran lainnya. Tapi bukankah Yesus sekali lagi mengingatkan, kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu dan kasihilah sesamamu manusia seperti engkau mengasihi dirimu sendiri.
"Aziz Angkat adalah sesamamu kawan. Dia bukan binatang buruanmu. Dia sesamamu manusia yang harus kau kasihi seperti engkau mengasihi dirimu sendiri."
Begitu nyampe di lapangan, teman-teman sudah ramai. Semua media massa sepertinya sudah lengkap dan bersiaga. Kita masih saja saling ledek soal dukung atau tidak dukung provinsi Tapanuli.
"Kau pasti tidak dukung.Iyah kan?"tanya rekan dari media lain.
"Aku Deli Serdang,"elakku. Aku nggak suka terlibat dalam pembicaraan ini karena muaranya akan kepada SARA. Teman-teman mencemoohku. Nggak ada sikap, menurut mereka. Aku nggak ambil pusing.
Waktu insiden itu terjadi aku berada disana. Aku memang tidak melihat dia ditonjok karena kerumunan massa yang besar. Tapi 3 lemparan batu ukuran kepalan tangan orang dewasa yang diarahkan ke Ketua DPRD Sumut, Aziz Angkat membuatku ngeri. Aku menelepon kantor agar segera reportase.
"Nov, kamu baik-baik saja kan. Kok jadinya seperti dirimu yang disekap?" tanya Arif rekanku via SMS.
Jujur aku gemetar karena baru kali ini aku melihat seorang ketua dewan yang terhormat diperlakukan kayak binatang. Dia ditarik-tarik kayak orang narik kambing yang akan disembelih. Rasanya aku ingin teriak untuk menghentikan kejadian itu tapi suaraku pasti kalah keras dengan suara mike orator yang terus saja memprovokasi massa agar tidak memperbolehkan Aziz Angkat keluar dari gedung.
Rasanya aku ingin sekali menarik mike itu dari gemgaman sang orator atau melarikan batrai besarnya agar mikenya nggak lagi menyuarakan provokasi. Tapi aku takut. Aku takut diamuk massa.
Sumpe, aku tidak sedang bela Azis Angkat tapi menurutku apa yang mereka lakukan sangat keterlaluan.
Aku masih ingat perkataan Tuhan Yesus ketika muridNya bertanya,"Guru, berapa kali kami harus mengampuni sesama kami yang berbuat salah?"
Dan Yesus menjawab,"Tujuh kali tujuh puluh kali."
Setiap orang pasti punya pembenaran untuk mendukung alasan tindakannya.
"Memang dia salah kok."
" Memang dia ingkar janji kok. "
"Dia itu penipu makanya wajar dibegitukan."
dan banyak alasan pembenaran lainnya. Tapi bukankah Yesus sekali lagi mengingatkan, kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu dan kasihilah sesamamu manusia seperti engkau mengasihi dirimu sendiri.
"Aziz Angkat adalah sesamamu kawan. Dia bukan binatang buruanmu. Dia sesamamu manusia yang harus kau kasihi seperti engkau mengasihi dirimu sendiri."
Comments