Skip to main content

postingan milis

haik! dah beberapa hari ini aku menuai reaksi keras dari yah dua tiga orang soal tulisanku di milis jurnalis. actually aku bukan orang yang suka berkomentar atau memposting sesuatu ke milis. aku hanya penikmat milis, membaca; tertawa karenanya atau bahkan menggerutu karenanya. itu saja. sampai suatu ketika, seorang teman berkomentar begini;

"hoy, tolonglah aku sikit teman2.berikan aku siraman rohani dah banyak juga kurasa dosaku. kemarin aku melihat orang2 banyak meminta minta di jalan untuk gempa jogja. palak kali kurasa karena nyesak2 kan jalan saja mereka. trus kumaki mereka,"

lantas, aku balas bilang gini," yah berhentilah menggerutu dan memaki. kalo aku sih prinsipnya dah ga bantu, ga pula kukritik cara orang gimana nolong lain. terlalu sering kita bicara. ini saatnya untuk berdoa,"

kemudian darrrrr....!!! aku pun menuai reaksi keras itu. dikata2i yang lumayan hiksss membuat gerah sampai2 teman2 di kantor bertanya apa yang telah kulakukan. ga berhenti disitu, ketemu teman2 di dprd medan akupun ditarik untuk berbicara maksud tulisanku itu. waks! ga enak benar.

sorenya aku bales lagi postingan dari mereka yang mengecamku. isinya sebagai berikut:

On Thu, 8 Jun 2006 02:22:26 -0700 (PDT) novit sakudu wrote :

alo bang lindung pa kabar

kemarin aku ditarik temanku arif, ditanya apa yang kutulis di milis yang membuat banyak orang gerah... jelas hal ini tidak pernah dipikirkan sebelumnya kalo untuk kata doa saja, aku menuai reaksi yang beragam...bukankah doa hanyalah cara simpel yang bisanya ditempuh orang jika kita tidak tahu lagi apa yang dilakukan dan dikatakan.hanya itu.

gini bang, kata2ku soal doa itu tak ada sangkut pautnya dengan milis soal debat antara abang dan bang laung... aku tidak akan berkomentar lebih jauh karena makin banyak bicara makin banyak peluang untuk salah :)

vie-prapanca

dan sore ini aku takjub dengan respon yang kudapat dari teman2 milis. terharu dan juga lucu. Ini beberapa respon yang telah kuterima hingga jumat 9 juni 06 pukul 21.00 wib:

etty wahyuni wrote:
hihi, novi tiba-tiba jadi idola...

henrik sitinjak wrote:
makan siang di mana kita,nop ? :)

ekmal muhammad wrote:
Nov maju terus, jangan takut salah. Tak ada yang lebih pintar atau lebih bodoh di milis ini kok. Percayalah. Jadi jangan pantang mundur. Tulislah pendapatmu di milis ini, tanpa takut salah. Tokh itukan cuman perdebatan di milis, diluaran pun bukannya berantam. :) Ungkapkan gagasanmu, walaupun gagasanmu itu bisa memadamkan arus perdebatan. Itu sah-sah saja. Banyak peserta milis ini dan banyak pendapat tentunya. Semua punya pendapat, semua punya pandangan tentang sebuah topik. Namanya juga berpolemik, tentu masing-masing merasa benar.Pendapat yang benar dan bernas hanya akan dibuktikan oleh waktu. Sekali lagi jangan takut!

tertanda, FPI ( Front Pembela novI)

--- Edrin Adriansyah Nasution wrote: hahahaa, mantap petuah rizanul sampe mesti diskusi dengan jurnalis amerika

--- Rizanul wrote: Nah begini jadinya!!! Makanya kita harus sedikit berpikir dan merasa saat harus menyuarakan pendapat. Selain itu juga sedikit santun saat berkomentar, sehingga tidak ada yang merasa terintimidasi dan ketakutan saat berpendapat atau menyampaikan pokok pikirannya di dunia maya ini.Dalam kasus Novi ini, aku merasa tidak perlu adaketakutan. Teruskan saja pendapatmu kalau yakin itu benar danbiarkan pula orang yang menilai kebenaran itu sesuai pola pikirnya.

Novi yakinlah kalau kebenaran itu tidak ada yang mutlak, sebab aku sempat ngobrol sama seorang pakar jurnalistik Amerika tentang kebenaran itu.menurut dia kebenaran itu adalah kebenaran sesaat, setidaknya di era kebenaran itu dianggap benar oleh kelompok masyarakatnya.

Contohnya: Saat Soharto berkuasa, Komunis itu bahaya laten. sekarang sudah ada yang mengugatnya dan mengatakan komunisme itu adalah hak demokratis. Ahhh sudah lah, gak usah dicontohkan terlalu banyak, sebab di milis ini semua orang pintar dan mudah mengerti setiap postingan. Hehehe, buktinya, lihat saja komentar-komentar yang mucul di setiap topik pembicaraan yang masuk.

Jadi Novi, terus saja keluarkan komentar dan pikiranmu saat menerima postingan kawan-kawan.

Salam

Robby effendi wrote:
......halo....halo rekan sebaya...rekanseperjuangan...hihihihi... makin banyak bicara makin banyak salah......ayuuuukkk.....hihihihi dikau inilah novita..alenia terakhir mu itulah..berpotensi jadi komentar panjang lagi..hihihihi

salam manis dari graha pena rob


yudha panjaitan wrote:
hahaha.... milis ini kok jadi GERAH ya..?padahal awalnya cm krn ngomongin " DOA " ...Tuhan mungkin akan sdikit tersenyum liat diskusi kitayg PANAS ini..hehe...

hajar terus nov, kami di blakangmu.. GIGIT.. HAJAR.. JAMBAK GIGINYA ito...


Darat buaya wrote:
Halo juga mbak Novit Sakudu.
Kabarku baik-baik saja.Semoga kamu juga begitu ya.
Aku belum mengerti apa yang kamu maksud dengan gerahmensikapi anjuranmu untuk berdoa. Aku sendiri tidakpernah merasa gerah kalaupun kamu menganjurkan akuberdoa. Dulu juga bekas pacar-pacarku suka menganjurkan akuagar tekun berdoa.

Entahlah, apakah anjuranmu agar akuberdoa akan menjadi pertanda baik bagiku. Semoga saja begitu. Kamu menjadi wanita kesekian yang berusahamendekatkan aku dengan Yang Maha Kuasa. Terimakasih yambak Novit Sakudu.

Perdebatan dengan bang Laung kukira hal biasa saja.Tidak ada komentar yang harus membuat aku dan bangLaung harus sakit hati satu sama lain. Kukira kita semua adalah orang-orang dewasa yang selalu terbukaterhadap kritik dan saran. Sehingga sebaiknya tidakperlu takut atau ragu. Jadi tidak sekedar ngomong "Maju Terus Mbak Novit",tetapi tak jelas sikapnya tentang substansi persoalanyang diperdebatkan.

Thanks ya mbak Novit.


L I N D U N G


budi satria wrote:
aku pegang novi point setengah.......
eh salah ini bukan world cup....aku dukung pokoknya niv
maju terus......


robby effendi wrote:
padahal si novi tidak takut...
mengapa harus diberi semangat??

kata pakar jurnalistik keturunan Amrik dan besar-besar di India : jangan cepat percaya dengan orang lain, siapapun dia, memberi semangat bisa jadi ada rencana lain, jadi tetaplah percaya diri sendiri..hihihi :)..dia terlalu kuat untuk takut dengan milis yang paling bebas sejagat ini..(hihihi)

benar kata Ekmal, kebenaran menunggu waktu. tapi aku setuju juga jika sembari menunggu datangnya waktu itu kita harus punya pegangan-pegangan tertentu. ataupun apalah namanya.

tapi ini lah aku ya tuhan (berdoa)
kadang-kadang yang serius dibawa main-main (berdoa)
yang main2 dibawa serius (berdoa)
dalam doa ini tuhan (berdoa)
beri kami kekuatan untuk jumpa dengan pakar jurnalistik yang handal (doa)
banyakkan rezeki kami (berdoa)
banyakkan rezeki kami (berdoa)
kau paham pasti tuhan kenapa rezeki harus diulang 2 kali (berdoa)
ya tuhan (berdoa)
sehatkan kami anggota milis ini (berdoa)
dari api neraka seperti dalam gambar buku-buku yang tak disukai bang tikwan itu (berdoa)
sudahlah tuhan (berdoa)
kau lebih mengetahui dari apa yang dipikirkan makhluk mu ini (berdoa)
apalah kami ini (berdoa)
terima kasih tuhan (berdoa)


ROB
salam dari graha pena..
muuuah..


arifin siregar wrote:
Bud, dukung sih dukung...
Tapi jangan main-main pegang ah.
Bisa emangnya si Novi dipegang? Kalau bisa, aku pun
maulah hehehehe...Nggak usah dipoint pun gak
apa-apalah.

Untuk Novi; jangan ikuti imbauan, dukungan, dan
suruhan untuk maju terus yang diposting di milis ini.
Itu sesat dan menyesatkan.

Kenapa? Kalau ente maju, ente akan nabrak komputer.
Jadi, jangan maju! Lebih bijak, berdoalah terus....

arifin siregar
calon bupati tapsel



--------------

hm... aku jadi teringat kalo sejak sebulan yang lalu, aku juga ga dapat postingan lagi dari milis trijaya. teman2 sih bilang (ga tau apa mereka hanya coba menenangkan aku) mungkin aku yang salah pencet apa gituuu.. trus jadi ga masuk milis network kantorku lagi. tapi setelah aku share dengan teman2 yang memang ]kerjaannya adalah moderator beberapa milis, mereka bilang aku telah dipecat dari keanggotaan.

aku kaget dan merenung apa yang membuatku mendapatkan perlakuan itu. lantas, aku teringat postingan imelku yang terakhir ketika aku mempostingkan usulan AJI Jakarta tentang standar gaji jurnalis.. dan postinganku sebelumnya soal pertemuan mendadak seluruh reporter trijaya di jakarta yang unsekdjul. imelku itu melebar karena anak2 daerah yang lain mulai mempertanyakan ketidakadilan yang sering terjadi; evertyhing is only about java. anak daerah hanyalah keset kaki.

meski dugaan ini belum terbukti, aku sudah terlanjur males mempertanyakannya. jujur, aku jadi apatis dengan semua yang terjadi. apakah salah mempertanyakan hak kita? apakah salah menjadi orang yang berpendapat berbeda?

aku inget liputan ficerku soal gaya hidup gay... jujur aku tidak menaruh hormat terhadap mereka.bagiku mereka sampah dan aneh! hingga kemudian aku berinteraksi dengan mereka, masuk dan belajar berempati dan aku mendapati mereka bukan aneh.mereka bukan ga normal. mereka berbeda.itu saja. (hey...yang normal itu apa? siapa sih yang berhak menentukan itu normal, itu ga normal. apa berbeda dari kebanyakan orang membuat kita ga normal?! enggak donk.)

bukan aku akhirnya mengiyakan dan setuju dengan gaya hidup yang mereka pilih (atau yang terpaksa mereka pilih) tetapi bukan hakku untuk menjadi hakim bagi orang lain.

---------

Tuhan, sekali lagi aku bersyukur padaMu karena melalui pekerjaanku, aku belajar menjadi pribadi yang lebih baik. aku dimaki tetapi justru supaya aku berhenti memaki. aku direndahkan tetapi justru supaya aku berhenti memandang orang lain rendah. aku diperlakukan kasar tetapi justru supaya aku tahu itu rasanya sakit dan aku menjadi lembut di hari mendatang. aku disakiti tetapi justru supaya aku tahu bagimana memperlakukan orang dengan lebih baik.

Tuhan, Kau hebat sekali. Ugh.....I Love U more and more...Sekali lagi, KAU terlalu hebat untuk dapat diceritakan.

Comments

Popular posts from this blog

Kepada rekan sevisi (cont: ayo donasi ke Israel)

Medan, 08 September 2008 Kepada : Teman sevisi Salam kegerakan, Nama saya Novita Sianipar. Panggil saya Vita. Saat ini saya mendapat undangan untuk mengikuti konferensi internasional (All Nations Convocation Jerusalem/ ANCJ) di Israel mulai tanggal 21 September hingga 13 Oktober 2008. Saya memperoleh undangan ini dari rekan saya Miss X (maaf nama dirahasiakan), yang juga volunteer di JHOPFAN (Jerusalem House of Prayer for All Nations) di Israel. Dia merupakan staff disana pada konferensi sebelumnya. Beliau merekomendasikan nama saya sebagai salah satu volunteer untuk kawasan Asia. Saya merupakan satu-satunya volunteer asal Indonesia yang bakal bertugas di konferensi itu. Tugas saya dalam acara tersebut adalah menyambut para delegasi dari seluruh dunia khususnya dari Asia dan memfasilitasi kebutuhan mereka dalam acara tersebut. Selain itu saya mendapat tambahan tugas dibagian publikasi dan media. Adalah penting jika Indonesia mengirimkan volunteer perwakilannya di ANCJ di Israel. Saat i...

Masih cemas

Aku berusaha untuk konsentrasi menyelesaikan essay tapi pikiran selalu saja berlari ingin pulang dan memeluk mama. Seperti apapun yang kuupayakan, tetap saja aku nggak bisa menghalau rasa cemas ini. Aku takut...........

Berani mencinta berani disakiti

Benci dan kemarahan hanyalah dua komponen yang menyerang ganas kepada mereka yang dipercaya namun merusak kepercayaan itu. Benci yang kata orang benar-benar cinta sebenarnya menunjukkan defenisi yang benar bahwa benci hanya bisa dilampiaskan  kepada orang yang benar-benar kita cintai haha. Kemarin aku menonton sebuah FTV, Si tokoh wanita bilang, "Aku tidak ingin disakiti, makanya aku tidak ingin mencintainya. " Lantas, si tokoh pria mengatakan, "Kalau kau berani mencintai, kau sedang memberi peluang untuk disakiti." Cinta dan rasa sakit hati nampaknya memang satu paket. Itulah sebabnya kitab Amsal juga menuliskannya dengan jelas bahwa orang yang paling berpeluang menyakitimu adalah orang yang paling kamu cinta dan percayai. Jadi jika memang satu paket, tentu kalimat bijak yang bisa dibentuk ialah, berani mencinta berani disakiti hahahahaha..Mengerikan.